EOTH; 03

581 74 9
                                    

03; Bertengkar Lagi dan Lagi?

•chapter three; start•

Junkyu tak berhenti mengetuk-ngetukkan ujung jarinya pada setir mobil. Tatapannya tak berpindah sedikit pun dari gerbang berwarna putih dimana Doyoung bersekolah di tingkat akhirnya. Entahlah, sudah berapa lama ia menunggu disini dan terus berharap batang hidung adiknya itu akan terlihat sebentar lagi?

Ditatapnya arloji mahal yang tersemat jelas di pergelangan tangan kirinya, 30 menit sudah berlalu sejak Junkyu memarkirkan mobilnya di tepi jalan. Jika tahu akan selama ini mungkin sejak tadi Junkyu akan membawa mobilnya itu masuk ke dalam sana.

"Lama banget, buset! Ini gue masuk aja kali, ya? Keburu diderek aja nih mobil." gerutu Junkyu mulai menjalankan mobilnya ini masuk ke dalam kawasan sekolah.

Baru saja setengah mobilnya masuk, jendela pintunya diketuk secara brutal oleh seseorang yang selama ini Junkyu tunggu.

Jendela kaca itu segera dibuka oleh sang empu, "Lu kemana aja, babi?! Udah lumutan gue nungguin Lo keluar!"

"Bang! Bantuin gue! Gue butuh bantuan Lo!" namun justru ini yang Junkyu dengar.

"Apaan?"

"Junghwan, bang! Junghwan!"

Junkyu merotasikan bola matanya malas mendengar nama yang baru saja adiknya itu katakan. Pasti anak bernama lengkap So Junghwan itu baru saja membuat ulah hingga Doyoung meminta bantuannya seperti ini.

"Sekarang dimana tuh anak?" tanya Junkyu santai.

Doyoung kalang kabut, "Di dalem, bang! Di lapangan indoor!"

Junkyu kembali menutup jendela mobilnya dan segera memarkirkan mobilnya asal. Turun dari mobil, Junkyu dengan pahamnya mengikuti adiknya yang berlari menuju tempat kejadian. Tempat kejadian dimana sebentar lagi Junkyu akan melihat perkelahian sengit antara pemuda bernama Junghwan dan musuh bebuyutan pemuda So itu.

Benar saja, suasana di dalam lapangan indoor ini sudah sangat tidak kondusif dan ricuh. Dan tak jauh di depannya, dua pemuda saling melayangkan tinju tanpa ampun dengan amarah yang berkobar di mata mereka. Selalu seperti ini, apakah mereka tidak akan pernah rukun?

"MATI AJA LO, PARK JEONGWOO!"

"LO YANG HARUS MATI! BERANI-BERANINYA LO DEKETIN PACAR GUE?!"

"GUE NGGAK DEKETIN, ANJIR!"

"GUE LIAT PAKE MATA GUE SENDIRI, BANGSAT! ENYAH LO, SO JUNGHWAN!"

"PARK BAJINGAN! JANGAN NYENTUH HIDUNG GUE!"

"LO YANG MULAI GEBUKIN MUKA GUA!"

"APA?! LO BILANG GUE YANG MULAI?! MATI LO, PARK!"

Anak-anak ini benar-benar membuat Junkyu pusing. Mereka selalu bertengkar karena masalah-masalah sepele yang seharusnya tidak diselesaikan dengan seperti ini. Tetapi mungkin memang inilah laki-laki, mereka akan merasa lebih hebat jika berhasil melumpuhkan lawannya dengan otot mereka.

Dengan langkah panjang dan yakin, Junkyu menghampiri dua pemuda itu yang saat ini menjadi pusat perhatian. Dalam satu kali tarikan pada kerah bagian belakang milik Junghwan, Junkyu berhasil menghentikan aksi tak berperikemanusiaan yang pemuda itu lakukan.

Junghwan tadinya ingin memberontak, namun ia urungkan kala melihat siapa gerangan sesosok yang saat ini mencengkram kerah bajunya.

Junkyu menatap datar wajah Junghwan yang kembang kempis, "Udah gelutnya? Bangga Lo sama wajah babak belur gitu?"

Junghwan tetap diam dan terus menatap tajam Jeongwoo yang kini berdiri tak jauh di hadapannya dengan nafas tak beraturan.

Junkyu melepaskan cengkeramannya dan memijat pelipisnya lelah, "Kalian ini apa nggak malu? Hal-hal kecil aja selalu dipermasalahin. Inget kalian udah 18 tahun, udah nggak jamannya main gebuk-gebuk kayak gini."

Ending of The HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang