EOTH; 10

518 66 7
                                    

10; Titah sang Pemimpin Kaum

•chapter ten; start•

"Habis dari mana Lo? Coba liat sekarang jam berapa, kan gue udah bilang jangan pulang malem-malem. Ntar kalo Lo kenapa-kenapa--"

"Gue nggak papa, Jeongwoo. Nih buktinya gue masih lengkap dari kepala sampe kaki." jawab Jihoon.

Jeongwoo menghela nafasnya lelah, kakaknya itu cukup keras kepala. Sudah berapa kali ia selalu mengingatkan Jihoon untuk pulang lebih awal, namun kakaknya ini masih saja menyepelekan peringatannya. Jeongwoo tahu jika Jihoon lebih tua darinya, tapi tidak salah kan jika mereka saling mengingatkan.

Jihoon terkekeh melihat wajah pasrah adiknya, "Iya-iya, besok gue pulang lebih awal."

"Nggak percaya gue sama Lo." balas Jeongwoo kembali menyandarkan penuh punggungnya pada sofa ruang tamu.

"Eh? Bang Jihoon udah balik?" Haruto datang dari arah dapur dengan tangan yang penuh oleh jajanan yang ia rampas dari lemari penyimpanan makanan.

Jihoon menatap Jeongwoo sekilas dengan kerutan di dahi, "Haruto nginep sini?"

Haruto terkekeh, "Hehe iya, bang. Tadi Jeongwoo nelfon tiba-tiba, gue kira kenapa-kenapa ternyata nih anak minta ditemenin. Katanya takut di rumah sendirian."

"Sayang..." rengek Jeongwoo yang terdengar menjijikkan di telinga Jihoon.

"Najis bucin." umpat Jihoon sebelum ikut duduk di salah satu sofa kosong disana.

Jihoon menatap Haruto yang baru saja duduk di samping sang adik, "Haruto nanti tidur di kamar gue aja. Biar gue tidur di depan tv, mau nonton drama."

Jeongwoo merenggut, "Nggak boleh tidur sekamar?"

"Nggak, kalian masih puber. Takutnya ada hal-hal tidak diinginkan." balas Jihoon tanpa basa-basi.

Jeongwoo tertawa tak percaya, "Lo kira cowok bisa hamil? Mau kita berdua ngewe sampe mampus pun nggak bakal hamil, bang."

Jihoon mendesis, "Kalo enggak ya enggak, Lo paham bahasa manusia kan?"

Haruto memukul paha Jeongwoo kala melihat kekasihnya itu ingin membalas perkataan Jihoon, "Nanti gue aja yang tidur depan tv, bang. Di kamar Lo ada tv juga kan? Jadi biar gue yang tidur di ruang tengah."

"Eh, nggak usah. Udah santai aja sama gue, kamar gue bersih juga kok. Wangi, udah gue pasangin parfum otomatis disana." elak Jihoon mencoba menebak pikiran Haruto.

Haruto terkekeh, "Bukan gitu, bang. Kan Lo tuan rumah, mosok tidur di depan tv?"

"Maka dari itu, karena gue tuan rumah gue bisa tidur dimana aja kan." balas Jihoon menyakinkan.

"Udah-udah, biar gue aja yang tidur depan tv." sahut Jeongwoo.

"Si tai." umpat Jihoon.

Jihoon diam, pikirannya berkeliaran entah memikirkan apapun itu. Sedangkan Jeongwoo dan Haruto pasangan bucin yang tak tahu tempat itu kini tengah menebar kemesraan di depan Jihoon. Astaga, muak sekali Jihoon melihat adegan seperti ini.

"Yang, tadi nggak berantem sama Junghwan lagi kan?" tanya Haruto mengusap rambut Jeongwoo yang berada di pangkuannya.

Jeongwoo menggeleng seraya mengagumi paras indah Haruto dari bawah, "Enggak kok, lagi males juga mau berantem."

"Kenapa malesnya nggak dari dulu-dulu?" tanya Haruto mencubit hidung kekasihnya gemas.

"Kan udah aku bilang, dia duluan yang mulai. Kalo dia nggak nyari masalah, aku juga nggak bakal nonjok dia." ujar Jeongwoo.

Ending of The HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang