EOTH; 40

378 55 10
                                    

40; Inikah Akhir Dari Segalanya?

•chapter fourty; start•

Junkyu tersenyum melihat sosok aimofagos yang telah mati di bawah kakinya. Ia telah membunuh dua aimofagos murni malam ini, putranya dan adik dari sang pujaan hati--Park Jeongwoo yang telah tiada dengan mata terbuka.

Geraman rendah terdengar, bau anyir darah membuat kepalanya pusing. Tatapannya mengedar, menatap siapapun yang saat ini dengan terang-terangan maupun secara sembunyi memperhatikan gelagatnya saat ini. Ternyata teror aimofagos telah berakhir 17 tahun yang lalu, teror yang sempat menggemparkan Kota Madison selama hampir 4 bulan lamanya.

Junkyu membungkam, menatap sebuah mobil yang sebelumnya ia incar kini justru mendatanginya dengan sukarela. Jihoon ada di dalam sana, bersama putranya yang telah memejamkan matanya. Degup jantung Junkyu berdetak kencang, mengapa kini ia merasakan sakit teramat pada hatinya hanya dengan menatap wajah penuh kekecewaan milik Jihoon?

Jihoon membuka pintu, keluar dari mobil dengan langkah gontai. Hampir saja tubuhnya tumbang disaat dengan sangat jelas ia melihat adiknya yang telah tiada dengan keadaan sangat mengenaskan. Hatinya telah mati, bahkan air matanya telah mengering dan meninggalkan bekas kemerahan di setiap inchi wajahnya.

"Puas lo?" tanya Jihoon.

Jihoon tersenyum gila, "Puas lo? Gue tanya sekali lagi, puas lo Kim Junkyu?!"

Ditunjuknya mayat sang putra yang masih tergeletak tak berdaya di dalam mobil, "Jiwon bener-bener pergi seperti yang lo mau! Dia ninggalin gue yang berusaha meyakinkan dia buat tetap hidup! Puas lo Kim?! Puas lo udah bunuh anak lo sendiri?!"

"Hati lo itu udah busuk! Segala hal yang lo liat jadi salah di mata lo! Kenapa gue bisa suka sama orang bejat kaya lo Kyu? Kenapa?"

"Sekarang gue paham kenapa Aimofagos bisa sebenci itu sama lo! Karena lo nggak ada bedanya sama makhluk terburuk, makhluk terjahat, dan makhluk nggak punya hati di dunia ini! Lo nggak pantes hidup bahkan di ketiga kehidupan lo ini Kim Junkyu!"

"Gue nyesel kenal sama lo! Hidup gue hancur sejak lo masuk ke dalam kehidupan gue! Lo itu semacam benalu yang menghisap seluruh kebahagiaan orang lain! Lo egois, lo ngelakuin apapun yang lo anggap benar tanpa melihat sudut pandang orang lain!"

"Kalo lo nggak mau punya anak dari gue, seharusnya lo nggak menanam benih lo itu di perut gue Kim Junkyu! Bahkan sekalipun gue manusia laki-laki, kaum lathrotires masih bisa memberikan benihnya! Lo gila Kyu, lo nggak waras!"

"Dengan segala kelebihan lo ini, gue rasa lo terlalu bodoh buat memanfaatkannya. Sakit Kyu, lo nggak tau rasa sakit yang dirasain sama korban-korban atas kebejatan lo selama ini!" bentak Jihoon.

"Lo udah merusak kesucian Aimofagos!" Jihoon melangkah maju, perlahan seluruh tubuhnya ditumbuhi urat-urat hitam yang mengerikan.

"Lo udah melakukan hubungan terlarang, memalsukan sejarah dan membunuh anak lo sendiri yang masih ada di dalem perut Bang Yedam!" kini taring dan cakar mulai tumbuh menambah kesan menyeramkan dari sosok aimofagos ini.

"Dan sekarang, seorang ibu dan seorang kakak ini akan meminta pertanggung-jawaban! Nyawa dibalas nyawa!"

Sayap selebar 4 meter itu kini terbentang luas, asap berwarna kemerahan memenuhi indera penglihatan siapapun yang ada disana. Suasana menjadi mencengkam, Jihoon telah termakan amarah dan tak ada yang bisa mencegahnya saat ini. Bahkan sekalipun banyak kaum aimofagos berbondong-bondong berdiri di belakangnya.

Persetan dengan manusia yang menatap mereka sebelah mata, kaum aimofagos akan meminta hak hidup mereka yang telah lathrotires rebut.

"Kami sudah muak dengan segala tindasan dan tuduhan palsu kalian, lathrotires! Dan sekarang nyawa harus dibalas nyawa, kalian harus menanggung karma termasuk kamu Kim Junkyu!" sahut salah satu aimofagos yang berdiri dengan angkuh.

"Pemalsuan sejarah itu seperti neraka bagi kami! Kalian telah merenggut kehidupan kami sebagai aimofagos!"

"Kalian tak pantas hidup!"

Tanah seakan berguncang, suara hentakan ribuan kaki terdengar mendekat. Dari jarak yang tak dekat, para aimofagos bisa melihat sekumpulan serigala yang tengah berlari menuju ke mereka dari arah berlawanan.

Baiklah, apakah akan ada peperangan di antara dua kaum ini?

Tidak, kini pandangan Junkyu justru memutih. Telinganya kembali berdenging nyaring, membuat tubuhnya limbung di atas tanah. Ringisan lirih terdengar, setitik air mata menetes mengiringi rasa sakit yang kian mendera. Detak jantungnya seolah berhenti, meninggalkan sakit teramat luar biasa yang membuat kepalanya terasa pening. Darah-darah mengucur deras dari seluruh lubang yang ada di tubuhnya.

Apa yang terjadi?

Sebuah kaki menendangnya kuat hingga kini tubuhnya terlentang di atas tanah. Matanya terbuka, dan hembusan nafasnya mengudara untuk terakhir kalinya.

"Kau sudah selesai, Lathrotires."

•••

Dimana dirinya berada?

Disini hanya putih, tak ada satupun yang bisa ia lihat kecuali cahaya terang yang entah darimana asalnya. Begitu juga dengan tubuhnya, semuanya lengkap dan hanya dilapisi selembar kain putih yang tipis.

Apakah ini akhirat? Tapi bukankah seharusnya ia berada di neraka?

Tempat apa ini?

"Lathrotires."

Suara lembut itu memasuki gendang telinganya hingga membuat seluruh tubuhnya bergetar, "Siapa disana?"

"Lathrotires."

"Tunjukkan siapa dirimu!" teriaknya mulai frustasi dengan situasi aneh yang sedang terjadi.

"Bagaimana bisa kau tetap melakukan kesalahan besar di kehidupan ketigamu ini, Lathrotires?" pertanyaan itu mengudara bersamaan wujud sang Dewa Kyvernitis yang terpampang nyata di hadapannya.

"Ayah?" terkejutnya dan langsung bersimpuh di hadapan sang ayah.

"Apa saja yang kau lakukan kepada saudaramu--Aimofagos hingga hidupmu semenyakitkan ini?"

"Maafkan aku ayah, Aimofagos benar-benar ingin menghukumku atas tindakan yang telah aku lakukan kepadanya." jawabnya.

"Ayah tidak bisa menghentikan keinginan saudaramu, karma tetaplah karma. Aimofagos memiliki dendam yang sangat besar kepadamu."

Nafasnya tercekat, benar yang dikatakan Dewa Kyvernitis. Semua yang terjadi adalah karma dari perbuatannya, "Apa yang harus aku lakukan untuk menghentikan semuanya ayah? Aku lelah..."

"Mengapa disaat semuanya hampir terasa sempurna, Aimofagos kembali menghancurkannya? Siapa yang salah disini ayah? Aku hanya ingin menyelesaikan kutukan itu dengan cepat, namun lagi-lagi dia menggagalkannya." ujarnya.

"Dia tidak menggagalkannya, dirimulah yang kurang teliti dan bertindak gegabah di setiap pergerakanmu putraku..." balas Dewa Kyvernitis mengusap pucuk kepala putranya yang terus menunduk.

"Apalagi yang harus aku lakukan? Bahkan aku siap untuk bersujud di sisa hidupku agar aku mendapatkan maafku kepada Aimofagos. Tolong bantu putramu ini ayah..." lirihnya putus asa.

"Membantumu? Apa yang bisa ayah lakukan agar dirimu merasa puas?"

"Apapun, meski itu menyakitkan."

Dewa Kyvernitis tersenyum, "Baiklah, sesuai apa yang kau minta putraku Lathrotires..."

•chapter fourty; finish•

jangan lupa tekan vote dan tinggalkan komentar di sepanjang jalan cerita.

ikuti akun penulis untuk mendapatkan kisah menarik lainnya.

Minggu, 18 Agustus 2024

Ending of The HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang