EOTH; Epilog

231 34 0
                                    

Epilog; Iya kan, Kim Junkyu?

•chapter epilog; start•

"Ayah! Ayah! Lihat ini! Jaehan bawa bunga buat ayah!"

Jiwon tersenyum lebar, menyambut teriakan girang putranya yang berlari dari arah taman belakang rumah. Kim Jaehan, begitu Jiwon memberikan nama itu kepada putra tunggalnya yang baru menginjak usia 5 tahun. Jaehan begitu mirip dengan ibunya, sosok aimofagos bernama Hwang Hajun yang Jiwon nikahi 7 tahun yang lalu.

Waktu berlalu begitu cepat, terkadang Jiwon tidak percaya jika kehidupannya berubah dengan sangat cepat. Saat ini ia telah menjadi kepala keluarga, menjadi ayah dari putranya, dan sosok suami yang dapat diandalkan oleh isterinya. Rasanya ini hanyalah mimpi, Jiwon masih belum bisa tersadarkan bagaimana sebenarnya dunia ini menyapanya.

"Jaehan udah bilang bunda kalo mau metik bunga di taman belakang?" tanya Jiwon, menggendong tubuh mungil putranya menuju halaman rumah.

Jaehan justru tertawa kecil, "Maaf ayah, Jaehan belum bilang ke bunda. Nanti deh, tapi ayah bantu Jaehan ya?"

Dicubitnya hidung putranya gemas, "Besok-besok jangan diulangi oke?"

"Siap ayah. Jaehan minta maaf ya?" pinta Jaehan yang diangguki oleh Jiwon serta sebuah usapan pada pucuk kepala si kecil.

Jiwon menatap ke arah depan, dimana hanya terdapat jalan sepi suatu komplek yang mungkin beberapa kali sebuah kendaraan melintas. Seperti kehadiran Jaehan, ternyata sudah 5 tahun berlalu sejak kepergian ayahnya, Junkyu. Pria itu benar-benar bebal, ayahnya itu sama sekali tak ingin mendengarkan permohonan dirinya maupun istrinya sendiri. Seperti suatu kepastian, Junkyu menepati ucapannya dengan pergi setelah membawa keluarganya menuju kebahagiaan.

Junkyu mengalami kecelakaan tunggal tepat setelah perayaan kelahiran cucunya, Jaehan. Kecelakaan besar yang berhasil membuat dirinya kehilangan kesadaran dalam kurun waktu yang cukup lama. Junkyu berhasil melewati masa-masa sulitnya. Namun itu hanya berlangsung singkat, Dewa dengan tergesa-gesa membawa jiwa Junkyu meninggalkan dunia. Mencetak suatu kejadian buruk diingatan semua orang.

Jiwon tak bisa membayangkan lagi betapa hancurnya ibunya kala sang ayah tiada. Jihoon terlihat begitu hancur dan tak berdaya. Sebenarnya Jihoon selalu mempersiapkan diri jika suatu saat nanti Junkyu benar-benar pergi seperti yang diucapkan suaminya itu. Tapi, jujur saja sampai kapan pun Jihoon tak akan pernah rela dengan kabar kematian Junkyu di seumur hidupnya.

"Diriku sangat rela jika Dewa mengambilku terlebih dahulu sebelum Dewa datang menjemput suamiku," itu yang diteriakkan Jihoon kala Jiwon mendekapnya erat.

Tapi itu telah berlalu. Jiwon kembali melanjutkan hidupnya bersama keluarga kecilnya di pemukiman baru. Dan Jihoon, pria itu memilih membuka usaha di rumahnya sebagai seorang desainer butik. Kesibukkan itu pasti akan selalu menutupi perasaan sedih dan kesunyiannya setelah kepergian Junkyu dari hidupnya.

"Kamu tau? Ayah kamu itu sayang banget sama kamu. Walau kadang dia galak, tapi percaya deh sama bunda kalo ayah kamu itu bener-bener sesayang itu sama kamu," ujar Jihoon yang tengah disibukkan dengan tumpukan kain di atas meja kerjanya.

Jiwon tersenyum, "Iya kah?"

"Hm. Kanu harus tau kalo ayah kamu nangis kayak anak kecil waktu kamu lahir. Junkyu itu sebenernya cengeng, dia bakal nangis kalo ngerasa nyakitin bunda ataupun kamu," lanjut Jihoon.

Ending of The HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang