12; Dua Bulan Telah Berlalu
•chapter twelve; start•
Hyunsuk menatap pantulan dirinya pada cermin yang berada di sudut ruangan kamarnya. Dengan jari yang bergetar, ia berusaha mencoba menyentuh luka-luka menganga yang berada di lehernya. Tatapannya nanar, rasanya begitu menyakitkan untuk ia sadari.
Jari-jari yang semula hampir menyentuh lukanya sendiri, kembali Hyunsuk tarik. Air mata segera membendung di pelupuk, akankah mereka menjadi luka abadi disana?
"Ini bukan luka biasa... Kan?" lirih Hyunsuk menurunkan pandangannya.
Setidaknya jika Hyunsuk lihat, disana terdapat 5 luka serupa yang melingkar di lehernya. Begitu dalam, namun tak ada rasa sakit yang bisa Hyunsuk rasakan dari sana. Aneh, Hyunsuk benar-benar membenci hal yang terjadi padanya saat ini.
Hyunsuk menatap kedua tangannya yang bergetar hebat, jantungnya berdegup kencang, pikirannya berkecamuk, "Kenapa gue nggak bisa inget apapun tentang malam itu?"
"Harusnya gue inget. Tapi, tapi kenapa gue nggak inget apapun? Malem itu gue pulang dari kantor, terus Doyoung telfon gue. Iya, Doyoung telfon. Terus, terus apa? Terus apa yang terjadi?" racau Hyunsuk dengan air mata yang tak berhenti mengalir.
"Setelah Doyoung telfon gue ngapain? Gue ngapain? Gue kenapa? Apa yang terjadi waktu itu? Apa?" bahkan kali ini tanpa Hyunsuk sadari, sebelah tangannya tak berhenti memukuli kepalanya sendiri.
"Kenapa gue nggak inget? Hyunsuk bodoh, harusnya Lo inget! Kenapa gue bisa luka kayak gini? Harusnya Lo inget!" racau Hyunsuk semakin menjadi.
"Hyunsuk!" teriak Nyonya Go kala ia baru saja memasuki kamar putra sulungnya. Dan alangkah terkejutnya dirinya mendapati sang putra tengah mencoba menyakiti dirinya sendiri.
Nyonya Go segera memberikan pelukan menenangkan meski upaya itu tak sepenuhnya berhasil, "Hyunsuk, ini mama..."
"Ma? Kenapa Hyunsuk nggak bisa inget apapun? Kenapa ma? Hyunsuk, Hyunsuk nggak bisa inget." ujarnya terbata-bata.
"Hyunsuk..."
Hyunsuk meraih kedua pundak Nyonya Go dan menatap penuh harap kepada sang ibu, "Ma, jelasin apa yang sebenernya terjadi malem itu. Hyunsuk yakin, mereka bukan luka biasa... Tolong jelasin ke Hyunsuk, ma."
"Ma, semua ini bikin Hyunsuk gelisah. Kalo emang semua itu bener, kenapa kenyataan yang Hyunsuk sadari berbeda?" tanya Hyunsuk langsung menusuk ke relung hati Nyonya Go.
Hyunsuk menunjuk luka menganga di lehernya, "Luka tusukan apa yang ninggalin bekas sedalam ini tanpa rasa sakit, ma?"
"Kenapa luka-luka ini nggak pernah terlihat membaik? Apakah Hyunsuk bakal cacat abadi, ma?" tanya Hyunsuk yang membuat tangis Nyonya Go pecah.
Nyonya Go memeluk putra sulungnya erat, "Bukan gitu, nak... Kamu pasti sembuh, percaya sama mama ya? Kamu pasti sembuh, Hyunsuk..."
"Sampai kapan, ma? Sampai kapan?" balas Hyunsuk muak dengan ucapan-ucapan serupa dari sang ibu.
•••
Ternyata 2 bulan telah berlalu sejak titah pertama pemburuan aimofagos dijatuhkan. Dan selama itu juga, Tuan Kim bersama putra bungsunya sama sekali belum terlihat menginjakkan kaki mereka di kediaman Kim. Mungkin hal yang sama juga dirasakan oleh keluarga lathrothires lain, yang mana salah satu anggota keluarga mereka juga ikut serta dalam pemburuan ini.
Junkyu berhenti dari kuliahnya, pria ini secara tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi. Bahkan awak media pun sama sekali tak bisa melacak kabar dari salah satu anggota keluarga terpandang ini. Begitu juga dengan anggota keluarga Kim lainnya, mereka seperti menghilang di waktu yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending of The Hell
Fiksi PenggemarAimofagos itu tidak nyata, namun orang-orang selalu membicarakannya. *** Kota Madison dilanda sebuah teror aneh yang telah banyak merenggut nyawa warganya. Begitu aneh teror yang terjadi membuat orang-orang berpikir bahwa aimofagos benar nyata keber...