EOTH; 23

355 45 18
                                    

23; Pergi Dari Kenyataan

•chapter twenty three; start•

"Anak bodoh!"

Wajah Jihoon terpaksa menghadap arah kanan disaat sebuah tamparan keras ia dapatkan di sebelah rahangnya. Matanya berkaca-kaca, bukan karena sakit pada wajahnya, melainkan rasa sakit hatinya akibat kata-kata menyakitkan yang ia terima. Bibirnya bergetar berusaha mengeluarkan suara membela yang nyatanya terhenti di kerongkongan.

"Mau jadi apa kamu setelah ini hah? Ayah biarin kamu memilih jalan kamu sendiri, tapi bukan kayak gini Park Jihoon!" bentak pria berambut setengah beruban yang kini menatap tajam ke arah putra sulungnya.

"Seharusnya kamu sadar kalo kamu punya harga diri! Menjijikkan!" bentak sang ayah dengan wajah memerah akan kesedihan, kemarahan, dan rasa malu yang lebih mendominasi.

Sebuah pukulan akan kembali mendarat di tubuh Jihoon, tapi seseorang berhasil menahan tangan ayahnya disaat yang tepat. Jeongwoo datang, membela kakaknya dengan keberanian yang tersisa. Ia tahu jika Jihoon salah, tapi tak seharusnya sang ayah menyakiti kakaknya yang tengah bebadan dua.

"Ayah gila? Bang Jihoon lagi hamil!" bela Jeongwoo.

Tuan Park mendecih, "Kamu masih bela kakak kamu yang terang-terangan berhubungan dengan sesosok lathrotires sampe hamil kayak gini? Kalian ini kenapa hah?"

Jeongwoo sempat terdiam sebelum memasang badannya untuk sang kakak dari amukan ayah mereka, "Jeongwoo juga salah, Jeongwoo nggak bisa jaga bang Jihoon dengan baik. Maka Jeongwoo juga pantas dihukum yah, tapi tolong jangan hukum bang Jihoon..."

Tuan Park menatap keras ke arah putra sulungnya, namun bukannya marah menggebu-gebu, justru saat ini Tuan Park jatuh terduduk dengan tangis yang menggelegar ke seluruh penjuru kediamannya. Tubuhnya melemas, tak kuasa menahan sakit akibat didikannya yang gagal. Tangannya terus memukuli lantai dengan keras melampiaskan rasa sakit yang dirasakannya.

"Ayah sayang sama kalian nak... Tapi kenapa kalian ngelakuin ini ke ayah? Kenapa? Apakah semua yang ayah kasih ke kalian kurang? Kasih sayang? Ayah selalu nyempetin telefon kalian dan membiarkan serta mendukung apapun yang kalian mau. Atau harta? Ayah kurang apa lagi buat menuhin seluruh kebutuhan kalian? Bilang sama ayah! Bilang! Apa yang kurang dari ayah?" ungkap Tuan Park menangis tersedu-sedu.

"Ayah selalu ngingetin kalian buat berhati-hati, tapi kenapa kamu justru berhubungan sama lathrotires itu Jihoon? Keluarga kita adalah salah satu dari seperkecil aimofagos murni yang masih hidup, seharusnya kamu paham tentang hal ini... Kenapa kamu ngelakuin itu?" tangis sang ayah.

Tuan Park menunjuk ke arah pintu utama, "Diluaran sana, lathrotires udah melakukan pembantaian aimofagos buatan manusia secara besar-besaran. Dengan kamu berhubungan sama lathrotires itu, apakah kamu mau mereka mengendus keberadaan kita yang merupakan aimofagos murni?"

"Kita udah dianggap buruk sama manusia karena mereka! Di mata manusia kita sangat jahat! Yang nyatanya, aimofagos murni nggak pernah mengusik kehidupan manusia!" bentaknya.

"Dan bisa-bisanya kamu jatuh cinta sampai berhubungan sejauh ini sama dia? Kim Junkyu itu calon pemimpin lathrotires Jihoon!" lanjut Tuan Park menatap Jihoon yang selalu menunduk.

Tuan Park bangkit, mengusap air matanya dengan kasar, "Ayah minta sama kalian, jauhi Junkyu dan Haruto. Mulai sekarang kalian berdua tinggal disini, jangan ada yang membantah."

"Ayah, tapi Haruto manusia!"

"Titik, ayah nggak akan ngasih kalian kebebasan lagi setelah ini. Dan Jihoon, gugurkan kandungan kamu."

Ending of The HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang