EOTH; 06

515 64 6
                                    

06; Bumi Bukanlah Tempat Aimofagos

•chapter six; start•

Junkyu berdiri kala melihat keluarganya berlari ke arahnya dengan wajah kelewat panik. Hyunsuk harus dilarikan ke rumah sakit setelah kehilangan banyak darah akibat luka tusukan di beberapa bagian lehernya. Pria yang malang.

Tuan Kim meraih pundak Junkyu, "Gimana keadaan Hyunsuk?"

"Bang Hyunsuk masih di dalem, pa. Dokter belum keluar dari tadi, tapi bang Hyunsuk pasti bakal baik-baik aja." jelas Junkyu menjelaskan.

Nyonya Go meraih sebelah lengan Junkyu, "Nak? Sebenarnya apa yang terjadi sama kakak kamu? Kenapa bisa sampe kayak gini?"

Junkyu bungkam, ia sangat takut untuk menjawab pernyataan ibunya ini. Tidak mungkin kan dia menjawab secara terang-terangan bahwa ini adalah ulah aimofagos? Aimofagos telah punah, dan seharusnya itulah yang terjadi!

Tapi pada kenyataannya, Junkyu baru saja membunuh sesosok aimofagos demi menyelamatkan Hyunsuk.

Beruntung kali ini fokus Nyonya Go teralihkan kala seorang dokter datang dan memanggil keluarga pasien, "Maaf, Tuan Kim? Ada yang ingin saya sampaikan tentang keadaan putra sulung anda. Bisakah anda ke ruangan saya saat ini?"

"Tentu." balas Tuan Kim sebelum berjalan menuju ruangan yang dokter itu maksud. Disusul oleh Nyonya Go yang kemudian mengekori suaminya.

"Bang?" panggil Doyoung membuat wajah Junkyu menyendu.

Junkyu menghela nafas seraya menatap telapak tangannya yang masih terdapat bekas darah kering, "Ini, bukan darah manusia maupun lathrothires..."

"Maksud Lo?" tanya Doyoung terkejut dengan tatapan yang terus menelisik ke seluruh tubuh Junkyu yang telah dipenuhi darah.

Junkyu balas menatap sang adik, "Ini darah aimofagos, gue udah bunuh aimofagos malem ini, Doy. Aimofagos itu nyata. Mereka nyata dan juga hidup berdampingan sama kita."

"Bang, Lo nggak bercanda kan?"

Gelengan Junkyu berikan, "Gue nggak bercanda, bang Hyunsuk kayak gini karena ulah makhluk itu."

"Terus gimana, bang? Besok pasti bakal banyak wartawan yang dateng buat wawancara. Kita ini keluarga Kim, pasti hal ini bakal jadi perbincangan panas di luar sana." ujar Doyoung mulai panik.

Junkyu mengangguk, "Kita nggak mungkin ngomong jujur tentang keberadaan aimofagos. Tenang aja, gue udah bikin bang Hyunsuk nggak inget kejadian semalem. Kita masih bisa ngasih kesaksian palsu dengan bilang bang Hyunsuk habis kena begal."

Doyoung rasanya ingin menangis mendengar usulan sang kakak yang di luar nalar itu, "Keluarga Kim kena begal nggak tuh?"

•••

"Sejauh ini keadaan Tuan Hyunsuk baik-baik saja. Beruntung sekali luka Tuan Hyunsuk masih bisa ditangani, jika terlambat sedikit saja mungkin akan terjadi pendarahan hebat karena luka itu berada di bagian leher."

Sang dokter itu secara tiba-tiba membuka ponselnya, mencari sesuatu di dalam benda pipih itu yang kemudian ia sodorkan kepada Tuan Kim dan Nyonya Go. Sepasang suami-isteri itu saling melempar tatap sebelum mulai memahami gambar yang terpampang jelas pada layar ponsel di hadapan mereka.

Pria berkacamata itu kembali menyimpan ponselnya, "Ini adalah foto luka milik Tuan Hyunsuk. Cukup aneh jika dilihat, seperti luka tusukan? Sejujurnya saya tidak pernah menemukan luka seperti ini sebelumnya, namun dalam sekilas luka ini sedikit mirip dengan luka tusukan kuku. Tapi tidak mungkin ada kuku sebesar ini."

"Untuk sementara saya mendiagnosa luka Tuan Hyunsuk sebagai luka tusukan dari benda asing. Mungkin saja luka ini timbul dari benda tak berbentuk dan benda semacamnya." jelas Dokter itu yang kemudian diangguki oleh sepasang suami-isteri di depannya.

"Apakah luka ini berbahaya bagi putra saya untuk kedepannya?" tanya Nyonya Go.

"Mungkin ada sedikit peluang bagi Tuan Hyunsuk terkena cedera leher, ini disebabkan oleh beberapa memar di bagian lehernya. Tetapi hal ini masih bisa dicegah dengan perawatan khusus dari pihak medis." jawab sang dokter.

Wajah Tuan Kim sedikit tidak nyaman mendengar penjelasan tentang kondisi putranya ini, "Dokter, saya sangat meminta bantuan anda untuk menganalisis penyebab luka di leher putra saya. Seperti yang tadi anda katakan, penyebab luka di tubuh putra saya masih tidak bisa diketahui."

Sang dokter menganngguk, "Tentu saja, Tuan Kim. Saya pasti akan mencari tahu penyebab dari luka yang didapat Tuan Hyunsuk, karena luka ini adalah jenis luka yang pertama kali saya temui. Ini akan menjadi salah satu objek penting di bidang kami."

"Tapi, jika dilihat sekilas... Ini cukup mirip dengan beberapa luka yang diterima oleh korban-korban teror akhir-akhir ini." ujar Dokter itu secara tiba-tiba yang membuat suasana disana seketika hening.

•••

Sesuai seperti yang Doyoung duga sebelumnya, pagi ini halaman rumah sakit telah dipenuhi oleh jejeran manusia televisi yang tengah menunggu penampakan sasaran mereka yang tak lain lagi adalah keluarga Kim. Bukankah mereka ini terlalu niat untuk mengusik kehidupan keluarga lain?

Doyoung menatap kerumunan orang-orang itu dari dinding kaca di lantai 4 dimana ruang inap Hyunsuk berada. Ia dan Junkyu sengaja berjaga di depan ruangan, takut-takut jika ada orang tak beretika secara tiba-tiba masuk dan mengganggu kakak tertua mereka.

Fokus Doyoung teralihkan kepada sosok Junkyu yang tengah berdiri bersandar pada dinding ruangan, pria itu sama sekali tak terlelap sejak semalam. Lihatlah bagaimana wajah Junkyu kini terlihat begitu kelelahan.

"Bener kan kata gue? Mereka dateng, heran deh pada dapet informasi darimana? Perasaan cepet banget dapetinnya." ujar Doyoung.

Junkyu terkekeh mendengarnya, "Emang kayak gitu, kan? Pekerjaan itu jauh lebih penting dari nyawa bagi mereka. Nggak usah heran, info dari kita bagaikan jantung hati buat mereka."

"Tapi papa udah minta pihak kepolisian buat berjaga di depan, kan?" tanya Junkyu.

Doyoung segera mengintip lagi ke arah bawah dan bisa ia temui jajaran pria berseragam yang berjaga di dekat pintu rumah sakit. Ayahnya itu sangat protektif terhadap anak-anaknya. Bahkan Hyunsuk yang notabenya adalah anak angkat pun tak lepas dari pantauannya.

"Lo tidur aja deh, bang. Kasian itu mata Lo udah sayup-sayup." ujar Doyoung.

Junkyu menggeleng, "Gue nggak percaya sama Lo."

"Dih babi, gue juga lathrothires dominan kali." bela Doyoung.

Junkyu menaikkan sebelah alisnya, "Lathrothires dominan mana yang nggak berani nonton film horor? Padahal mereka sama aja kayak bangsa kita, toh juga mereka nggak nyata."

"Tau darimana kalo mereka nggak nyata?"

Junkyu terkekeh kemudian mengusak rambut adiknya gemas, "Di dunia bawah cuma ada lathrothires sama aimofagos. Selain itu mereka nggak nyata. Iblis? Mereka ada di dunia yang berbeda, dan mereka nggak mengusik kehidupan manusia. Paham?"

"Tugas iblis apaan dong?"

"Mereka diciptain di dunia yang berbeda. Bukan di bumi, bukan di antara manusia." jelas Junkyu.

"Terus kenapa iblis dibilang jahat?"

Junkyu menghela nafas lelah menghadapi pertanyaan Doyoung yang tak berujung, "Kita nggak tau cara mereka hidup, yang pasti mereka hidup dibawah banyak kejahatan dan perilaku-perilaku buruk lainnya."

"Tau gitu harusnya aimofagos dibiarin bebas di dunia iblis, kenapa malah mereka ada di bumi?"

•chapter six; finish•

jangan lupa tekan vote dan tinggalkan komentar di sepanjang jalan cerita

ikuti akun penulis untuk mendapatkan kisah menarik lainnya

Rabu, 12 Juni 2024

Ending of The HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang