EOTH; 31

421 54 4
                                    

31; Kau Tidak Bisa Berbohong

•chapter thirty one; start•

"Ayah kamu adalah Kim Junkyu... Bunda harap, setelah ini kamu jangan berniat benci sama ayah kamu. Dia nggak tau apapun tentang kehamilan bunda, apapun yang terjadi Kim Junkyu tetaplah ayah kamu Jiwon..."

Jiwon menatap ujung sepatunya, setetes-dua tetes air hujan mulai terlihat meninggalkan bekas tetesan air di dekat sepatunya. Ucapan bundanya pagi tadi membuatnya tak fokus sepanjang hari. Bahkan beberapa kali guru akan menegurnya karena ketahuan melamun.

Ini sudah waktunya jam pulang, namun selama setengah jam Jiwon menunggu, ibunya itu tak kunjung menjemputnya. Menunggu di halte bus yang terdapat di depan sekolah pun menjadi pilihan Jiwon.

"Bunda ngasih tau siapa ayah kamu karena kamu berhak tau Jiwon. Tapi seperti yang kamu tau, ayah kamu udah punya keluarga sendiri. Jadi, bunda juga berharap kamu jangan sekali-sekali berkeinginan menemui ayah kamu."

Tangannya meremas dada kirinya dimana ia merasakan sesak yang luar biasa. Ternyata sesakit ini hanya untuk menerima kenyataan. Jika Jiwon tau betapa menyiksanya kebenaran, maka lebih baik Jiwon diam dan tak berusaha untuk mencarinya.

Hingga seseorang datang menghampirinya, mengusap punggung Jiwon karena panik melihat pemuda itu kesakitan. Pada awalnya Jiwon tak menyadari siapa gerangan yang saat ini sedang mencoba menenangkannya. Namun tidak, disaat Jiwon tahu bahwa orang itu adalah gadis yang berusaha ia hindari.

Itu Rora, gadis yang ia ketahui adalah putri dari ayah kandungnya.

Jiwon sontak menyentak tangan Rora hingga membuat gadis itu terkejut, "Pergi!"

"Kak Jiwon? Kakak kenapa?"

Jiwon kini memunggungi Rora seraya menetralkan nafasnya yang terdengar kacau. Ia ingin menangis keras, berteriak di hadapan Rora hanya karena mengetahui bahwa gadis itu adalah alasan ia dan ibunya tak dapat kembali kepada Junkyu selaku ayahnya. Namun apalah daya, Jiwon tak dapat melakukan apapun saat ini.

"Jiwon!" itu suara Jihoon yang baru saja turun dari mobilnya ingin menjemput putra semata wayangnya.

Pria itu berlari menghampiri putranya yang kesakitan dengan panik, apa yang terjadi pada Jiwon-nya?

Jihoon berjongkok di hadapan putranya, menangkup wajah pucat Jiwon dan menepuk pelan pipi itu, "Jiwon? Ini ayah, kamu kenapa?"

Ibu dan anak itu sepakat untuk memanggil ibunya dengan sebutan ayah disaat mereka berada di luar rumah. Selain menyembunyikan identitas mereka sebagai aimofagos, hal itu mereka lakukan agar manusia tidak memandang mereka dengan sebelah mata.

Jiwon kini membiarkan tangisannya meledak, "Ayah, bawa Jiwon pulang!"

"Iya sayang, ayo kita pulang." balas Jihoon menenangkan putranya dan mulai membantu Jiwon untuk pergi.

"Om! Ini punya Kak Jiwon!" teriak Rora mengejar mereka seraya memperlihatkan kotak makan milik Jiwon yang tertinggal.

Namun alih-alih menerima, Jiwon justru menepis bekalnya sendiri hingga terjatuh di atas tanah. Pemuda itu menatap Rora sanksi, "Lo nggak perlu peduliin gue!"

"Jiwon! Kamu nggak boleh kasar sama perempuan!" tegur Jihoon.

"Ayah, tapi dia yang udah-!"

"Rora!"

"Mama!" teriak Rora seraya menghambur ke dalam pelukan Ahyeon dan menangis keras akibat sakit hati. Dia tidak pernah berharap akan mendapatkan bentakan dari kakak kelas yang ia cintai ini.

Ending of The HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang