EOTH; 37

266 48 9
                                    

37; Ayah yang Bodoh!

•chapter thirty seven; start•

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, dan Jihoon masih sibuk dengan membereskan pekerjaannya di dapur salah satu restoran di Kota Madison.

"Ji, gue pulang duluan ya. Lu pulangnya jangan malem-malem, kalo misal belum selesai bisa dilanjutin besok."

Jihoon menghentikan kegiatannya sejenak guna menatap seseorang yang berdiri di daun pintu, "Santai aja, bang. Ini bentar lagi juga beres kok. Lo pulang aja, hati-hati di jalan."

"Oke, gue duluan." pamitnya sebelum menghilang dari balik pintu.

Kesunyian dan keheningan itu bertahan sejenak, karena ponsel Jihoon yang berada di atas meja secara tiba-tiba berdering menandakan seseorang mencoba menghubunginya. Keningnya mengkerut, mengapa Ahyeon meneleponnya malam-malam seperti ini?

Tanpa banyak berpikir Jihoon segera mengangkat telepon itu hingga ia bisa mendengar kericuhan dari seberang sana.

"Ada apa Ahyeon?"

"Bang Jihoon! Jiwon bang!"

Detak jantung Jihoon seakan berhenti dalam beberapa saat mendengar nama putranya itu disebut di tengah kericuhan yang pastinya terjadi di seberang.

"J-jiwon kenapa? Anak gue kenapa?"

"Bilang ke gue kalo Jiwon nggak ada di sekolah. Dia udah pulang dari tadi kan?"

Jantung Jihoon terasa merosot hingga ke ujung kaki, bagaimana bisa ia melupakan hal sepenting ini? Jiwon memang meminta izin kepadanya untuk pulang lebih larut karena ada kepentingan sekolah dan akan meminta tolong kepada Jeongwoo untuk menjemputnya pulang. Mungkin karena Jihoon bisa mempercayai Jeongwoo, maka pria itu tentu saja mengizinkan putranya.

Tapi apa ini?

"Jeongwoo belum ngabarin gue Ahyeon..." jawabnya begitu lirih.

"Jemput Jiwon sekarang bang! Bang Junkyu tadi ngamuk dan bilang mau ngebunuh anaknya sekarang!"

Ponselnya jatuh dengan begitu kencang di atas lantai hingga banyak serpihan bagian ponsel yang terbelah. Tubuhnya seakan tak bisa di ajak kerjasama, ia justru membeku dengan air mata yang membendung. Sejauh ini? Apakah sejauh ini Junkyu benar-benar ingin membunuh putranya sendiri?

Jihoon menggertakkan giginya, "Bajingan itu... Gue nggak bakal ngampunin dia jika ada luka sedikit pun dibadan anak gue."

•••

"Hati-hati guys, jangan lupa sampe rumah langsung ngabarin grup chat biar besok bisa konfirmasi ke guru pembimbing."

"Siap Jiwon."

"Gue duluan ya."

Jiwon tersenyum seraya melambaikan tangannya kepada teman-temannya. Ia baru saja ada kepentingan kelas yang memang harus diselesaikan hingga petang, dan pada pukul 10 ini ia baru bisa pulang. Pemuda itu berjalan keluar gerbang menuju kursi halte dimana ia biasanya menunggu ibu atau pamannya menjemput.

Jiwon mengambil ponsel yang berada di sakunya, mendial nomor Jeongwoo guna mengabari bahwa ia sudah selesai dan meminta pamannya itu untuk menjemputnya sekarang.

Sekolah sudah sangat sepi, bahkan Jiwon bisa mengatakan bahwa hanya ada dirinya dan penjaga sekolah malam yang ada disana. Saat ini udara begitu dingin, Jiwon merapatkan jaketnya menghalau rasa dingin yang menusuk.

Ending of The HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang