1 : Dua Sisi

144 21 2
                                    

"Akhirnya kau kembali."

Pria dengan balutan pakaian serba hitam itu segera terkekeh saat mendapati sang pengawal pribadi terlihat sangat gelisah. Dia tentu tahu apa yang membuat sang pengawal pribadi sampai seperti itu.

"Sudah kubilang, kau akan aman asal tidak ketahuan." Pria itu kemudian meraih pakaian tidur dan mengganti pakaian serba hitam yang sebelumnya dia kenakan. "Apa pangeran Hyun mencariku lagi?"

"Ya. Dia mencarimu, Yang Mulia."

Pria itu membuat simpul pada pakaiannya kemudian menyeringai. Tentu saja dia sudah menduga hal seperti ini akan terjadi. Apalagi, belakangan memang Hyun sangat mencurigainya. Beruntung dia punya kecerdasan yang luar biasa sehingga bolak-balik keluar istana dan berubah menjadi sosok Yun dari kelompok Bunga Teratai bukanlah sebuah masalah besar.

Sa Jungkook. Seorang putra mahkota yang baru dilantik bulan lalu. Sebenarnya tak ada yang setuju soal dilantiknya Jungkook karena pria itu dianggap tak punya kemampuan apa-apa. Bahkan, nilainya di setiap ujian malah yang paling rendah. Meski begitu, raja tetap melantiknya menjadi putra mahkota menggantikan sang Kakak karena hanya dirinya satu-satunya putra sah dari ratu.

"Biarkan dia masuk. Aku juga tidak mungkin bisa tidur mendengar dia terus berisik," ujar Jungkook yang kemudian membuat Kyung memberi hormat terlebih dahulu sebelum membukakan pintu.

"Apa membuka pintu saja sangat lama?" kesal Hyun kemudian mempercepat langkah diikuti dayang dan kasim di belakangnya. Dahinya kemudian berkerut saat mendapati Jungkook yang kini menguap sambil pura-pura melawan kantuknya untuk membaca buku.

"Pangeran Hyun?" tanya Jungkook kemudian kembali pura-pura menguap. "Maaf, aku terlalu sibuk membaca buku ini sampai tidak mendengar suaramu. Ada apa?"

Pangeran Hyun melempar tatapan penuh selidiknya, mencoba mencari apa yang salah dari saudaranya. Dia yakin soal bayangan hitam yang tak sengaja dia lihat beberapa bulan lalu adalah Jungkook. Dia tak sebodoh itu dengan menganggap bayangan tersebut merupakan penyusup. Kecuali memang Jungkook yang menyamar dan bergabung dengan kelompok pemberontak.

"Maaf, sepertinya aku terlalu khawatir karena tidak sengaja melihat penyusup ke sini."

Jungkook membulatkan mata, pura-pura terkejut dengan apa yang dikatakan Hyun. Satu-satunya yang bisa membuat bocah ingusan itu pergi memang harus dengan mengikuti dramanya. "Sungguh?"

"Aku terlalu khawatir karena kau juga masih berada di level satu untuk ilmu sihir."

Sungguh, Jungkook rasanya ingin sekali menggunakan ilmu sihirnya untuk membuat Hyun pingsan. Namun, usahanya menyembunyikan ilmu bela diri, ilmu pedang, dan ilmu sihir yang dia miliki malah akan sia-sia.

Bukan tanpa alasan Jungkook memilih menyembunyikannya. Selain karena dirinya yang baru tinggal di istana setelah dinobatkan menjadi putra mahkota, dia ingin tahu siapa dalang di balik terbunuhnya sang kakak. Meski mereka berdua tinggal terpisah karena Jungkook yang harus tinggal di desa Yeoju, sang kakak selalu mengunjunginya untuk sekadar memberi makanan enak atau mengajarkannya ilmu bela diri.

"Terima kasih atas perhatiannya. Tapi ... Kurasa dalam hal ini Kyung lebih bisa melindungiku," jelas Jungkook dengan nada sopan namun tepat sasaran. Bahkan, dapat dilihat dengan jelas lawan bicaranya kini sudah benar-benar kesal bahkan kehabisan kata-kata. "Aku sangat menghargai perhatianmu."

Hyun segera membalikkan tubuh untuk meninggalkan kamar Jungkook. Tadinya dia ingin melawan pria itu karena berani mengatakan hal seperti itu padanya. Namun, dia ingat apa yang dikatakan sang ibu. Akan lebih baik jika dirinya tak mencari masalah dengan Jungkook. Bukan apa-apa, harga dirinya akan sangat jatuh karena melawan Jungkook yang bahkan tak lulus dalam ujian sihir tingkat 1.

"Hampir saja aku mengeluarkan sihirku," kesal Jungkook diakhiri decakan. Dia kemudian berbalik dan menepuk-nepuk bahu Kyung. "Terima kasih untuk bantuanmu."

"Yang mulia harus bangun sebelum jam 6."

"Aku tahu, kelas untuk senjata 'kan? Aku akan tidur sebentar."

Sementara, di lain tempat seorang gadis menghela napas saat tak mendapati siapa pun di kediaman majikannya. Gadis berbalut pakaian sederhana itu segera pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan serta air untuk nonanya membasuh wajah.

Ae Joohee. Seharusnya kehidupannya tak berakhir seperti ini. Dia harus bekerja keras meski seharusnya dia juga menjadi seorang nona muda dari keluarga bangsawan. Namun, lama kelamaan dia jadi terbiasa hidup sebagai Ae Joohee yang hanya seorang pelayan rendahan di keluarga menteri militer. Dia hanya merasa perlu berterima kasih karena keluarga itulah yang menyelamatkannya saat sang ayah dituduh sebagai pengkhianat.

"Agassi ... Agassi ...." Joohee mengguncang tubuh gadis yang kini masih betah memejamkan matanya. Dia kemudian mencari sebuah buku di dekat tempat tidur nonanya dan tersenyum saat mendapati benda itu. Dia yakin sebenarnya sang nona sudah bangun sejak tadi. Namun, pura-pura tidur karena takut dimarahi.

"Ampun ampun ampun!" Pinta gadis itu di sela tawanya. Dia tak menyangka Joohee akan menggelitikinya seperti ini. Padahal dia sudah berusaha keras agar tak ketahuan membaca novel romantis dari penulis favoritnya.

"Agassi, kau tidak tidur semalaman lagi?"

"Kau harus baca ini nanti. Sangat seru," ujar Ko Jina sambil menunjukkan novel yang dia maksud. Dia kemudian memeluknya. "Aku yakin dia merupakan pria paling romantis di seluruh Bitae."

Joohee hanya terkekeh mendengar tebakan itu. "Bagaimana jika yang menulisnya adalah wanita?"

"Sudah jelas namanya Heejun. Dia pasti pria."

"Baiklah kali ini aku tidak akan mengadukanmu lagi asalkan kau pinjamkan buku ini," ujar Joohee yang tentu saja membuat Jina mengangguk setuju. Dia menyerahkan buku itu kemudian mulai membersihkan wajahnya.

"Apa tulisanku memang terlihat seperti tulisan pria?" gumam Joohee dalam hatinya. Yap! Dia adalah sosok dibalik nama Heejun. Di sela kesibukannya menemani Jina ke mana pun dan di mana pun, dia menuliskan kisah romantis untuk menuangkan perasaan-perasaannya terhadap Yun.

Sejak masuk kelompok itu, dia mulai menyukai pria itu. Apalagi saat pria itu mengajarinya secara perlahan bela diri dan sihir. Baginya, Yun adalah sosok pria luar biasa. Otaknya sangat cerdas dan auranya benar-benar karismatik. Dia hanya tak menyangka tulisan-tulisannya akan sangat laku bahkan diperbincangkan di setiap sudut Bitae.

"Apa kau membayangkan pria yang seperti Ziyi? Sepertinya aku juga harus mencari calon suami yang seperti dirinya."

"Bukankah tuan sudah menjodohkanmu dengan putra mahkota?"

Jina berdecak. Sebenarnya dia juga tak mau melakukan ini. Apalagi dia sangat mengidamkan pria yang selembut dan sekeren Ziyi dalam novel tulisan Heejun.

Joohee terkejut saat Jina menggenggam tangannya. "A-ada apa?"

"Kau mau menggantikanku tidak? Aku tidak mau menikah dengan pria yang tidak keren seperti putra mahkota. Kau tahu sendiri rumor yang tersebar seperti apa." Jina memasang wajah memelasnya. Tentu dia sangat berharap Joohee mau menggantikannya menikah dengan putra mahkota. Namun, senyumnya segera pudar kala Joohee melepas genggaman tangan itu sebagai penolakan.

"Maaf, tapi kali ini aku tidak bisa menggantikanmu seperti saat menggantikanmu untuk hadir dalam kelas."

"Ayolah, aku tidak mau menikah dengannya. Kau tau sendiri dia sepayah apa. Aku seorang putri menteri peperangan. Bagaimana bisa aku menikah dengan orang yang payah?" Jina berdecak kemudian mengerucutkan bibirnya. "Aku tidak mengerti dengan selera ayah."

"Mungkin itu memang yang terbaik menurut tuan besar. Bukankah bagus? Di masa depan kau bisa jadi ratu Bitae," jelas Joohee. Masalahnya, jika dia menggantikan Jina, dia takkan bisa menikah dengan Yun sampai kapan pun. Lalu, akan ada banyak masalah jika dirinya sampai menggantikan Jina. Meskipun memang, cara ini bisa membuatnya semakin dekat dengan tujuannya. Yap! Balas dendam pada keluarga kerajaan.

*****

8 Juli 2024

Shadow Of Bitae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang