48 : Krisis Lainnya

29 7 2
                                    

Tatapan kosong itu terlihat jelas dari wajah Jungkook. Sebuah kenyataan yang tak pernah ada di bayangannya, malah ada di depan mata. Dia ingin tak mempercayainya, namun tangan hangat yang biasanya dia genggam, kini sudah mendingin.

"Yang Mulia, mereka memberontak," ujar salah satu penjaga istana. Tentu hal ini segera membuat Hoon serta Woojin bersiap dengan pedang mereka. Namun, lain halnya dengan pria berbalut pakaian berkabung itu. Dia malah memilih duduk dan menuangkan kembali arak itu ke gelasnya.

"Aku tidak takut pada kematian," ujar Jungkook. Setelah ibu juga ayahnya, kini Joohee malah menyusul. Tentu saja baginya kematian bukanlah hal yang begitu menakutkan. Dia justru berpikir hal tersebut akan membawanya menemui mereka yang pergi mendahuluinya.

Jungkook terlihat santai. Dia beranjak kemudian duduk di mejanya. Tangannya lantas meraih pena dan mulai menuliskan sesuatu pada lembaran kertas kosong sementara Hoon, Woojin, serta penjaga istana itu cemas soal keselamatan raja mereka.

"Jika terjadi sesuatu padaku, berikan dekret ini pada Jun Hyung," ujar Jungkook sembari melanjutkan setiap kalimat untuk dekretnya.

Ketenangan dalam kediaman Jungkook, berbanding terbalik dengan keadaan di luar. Setidaknya setengah dari prajurit istana menjadi pengikut menteri Ko dan mendewakannya. Setelah dekret itu turun kemarin, tentu para pejabat lain yang memihak menteri Ko juga selir Hwang langsung bereaksi. Padahal, Jungkook masih berbaik hati dengan tak menghukum mati mereka. Dia hanya mengirim menteri Ko ke perbatasan. Kemudian, dia hanya mencopot gelar bangsawan dari selir Hwang sehingga wanita itu harus menjadi rakyat biasa.

Kesalahan keduanya cukup fatal. Meski ada pengelakkan soal pembunuhan para saksi, selir Hwang tetap berniat membunuhnya bahkan sampai mengirimkan pasukan istana untuk menyerangnya saat mengantar Hoon, Woojin, dan Jiwoo ke tempat aman. Jadi, tak ada pilihan bagi Jungkook selain memberikan hukuman agar tak ada lagi yang berani berkhianat padanya atau pada Bitae.

"Yang Mulia ... Kau ...."

"Akan lebih baik jika aku bisa menyusul Joohee lebih cepat. Salah satu dari kalian pergilah ke aula tempat jasad Joohee berada. Jaga dia dan pastikan dia dikuburkan dengan layak," jelas Jungkook.








Entah sudah kali ke berapa umpatan itu terdengar dari mulut Jiwoo. Yang jelas, dia benar-benar tak mengerti dengan jalan pikiran para prajurit yang mengatas namakan perjuangan untuk rakyat dengan menyerang Jungkook karena tak kunjung turun dari posisinya sebagai raja.

Tang!

Suara peraduan pedang itu membuat Jiwoo berbalik, mendapati Jun sudah berdiri di belakangnya setelah menyelamatkan nyawanya.

"Di mana yang lainnya?" tanya Jiwoo yang kini saling memunggungi dengan Jun agar mereka bisa lebih waspada.

"Mereka melakukan sesuatu pada anggota kita."

"Apa?!" Jiwoo mengayunkan pedangnya, membelokkan arah tombak yang akan mengenai perutnya.

"Mereka merencanakannya dengan baik," lanjut Jun sambil melawan beberapa prajurit yang menyerangnya. Anggota Bunga Teratai sebagian besar tertidur setelah menyantap hidangan jamuan yang merupakan rangkaian upacara pemakaman. Mereka terlalu larut dalam duka hingga tak memikirkan hal lain termasuk soal musuh mereka.

Jun mengerang saat lengannya tersayat. Untuk sesaat dirinya tak fokus karena sembari memerhatikan Jiwoo dan berharap gadis itu tak terluka. Namun, hal itu malah membuat dirinya berakhir terluka. Bahkan, kini pedangnya juga terjatuh. Dia sudah ada di tahap pasrah. Apalagi dia meminta Yuan untuk menyelamatkan diri bersama Jina alih-alih bersamanya.

"Apa kau sudah bosan hidup?" omel Jiwoo saat Jun justru diam saja padahal pedang itu hampir menebas lehernya. Beruntung dia bisa dengan cepat menyadari bahwa pria itu sedang sangat membutuhkan bantuannya.

Shadow Of Bitae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang