33 : Asal-Usul Racun

56 8 11
                                    

"Kau menolaknya bahkan tanpa berpikir." Raja Sa meletakkan bidaknya, menatap putranya dan menunggu respon apa yang akan dia dapat dari Jungkook. Makin hari, dia makin yakin Jungkook memang menjadi orang paling cocok untuk menggantikannya. Tak peduli setinggi apa pun orang yang memerintahnya, Jungkook lebih suka melakukan apa pun yang dia suka.

"Jawabannya sederhana. Aku tidak menyukainya."

Raja Sa menahan senyum lalu mengangguk. Dia menatap formasi catur itu, mencoba menghancurkan formasi baru yang dimiliki putranya. Hingga kemudian dirinya meletakkan bidak di antara 2 bidak milik Jungkook. "Pernikahan kerajaan bukan soal suka atau tidak. Tapi berguna atau tidak."

Jungkook menyeringai. Hidupnya sudah tersika dengan banyak aturan karena merupakan putra mahkota. Apa dia juga harus lebih tersiksa karena pernikahan yang tak dia sukai? "Menikahinya tidak memberikan keuntungan padaku selain lahan pertanian."

"Misalkan, saat ini kau adalah raja. Apa keputusanmu masih sama?"

"Tentu saja." Jungkook tersenyum sebelum kemudian meletakkan bidaknya. Memang, sebelumnya dia merasa sakit hati karena yang bisa memerintah prajurit untuk bergerak hanya sang ayah. Namun, setelah dipikirkan lagi, tiba-tiba memutus hubungan malah mungkin akan membuatnya sulit memahami musuhnya. Kalaupun sang ayah adalah musuh, dia bisa dengan mudah memantaunya dengan cara seperti ini.

"Kau mengambil keputusan tanpa memikirkan Bitae. Baekhwanjong akan sangat membantu Bitae apalagi saat kemarau. Ayah harap kau bisa memikirkannya lagi."

"Keputusanku sudah bulat. Aku tetap akan menolaknya," tegas Jungkook.

"Racun yang sedang kau cari ... Asalnya dari Baekhwanjong. Mungkin ini bisa jadi bahan pertimbanganmu lagi jika ingin menyelamatkan gadis itu."

Jungkook yang baru akan meletakkan bidaknya, kini menatap sang ayah. "Baekhwanjong?"

"Tepatnya keturunan gunung barat. Mereka terkenal karena kemampuan mereka menggunakan racun."









"Aku tidak mengenalnya. Kau tahu dia siapa?" tanya Joohee saat mendapati seseorang tengah berjalan dari ujung jembatan. Sesekali wanita itu memejamkan mata, merasakan semilir angin yang menyentuh halus kulitnya.

"Selir Jang. Kau tidak pernah melihatnya karena masalah kesehatannya. Dia ibunya pangeran Juyeon, pangeran Junghwan, dan putri Hwangyi."

"Mereka ...."

"Ah ... Pangeran Juyeon menjaga perbatasan. Lalu ... Pangeran Junghwan dan putri Hwangrim yang kutahu mereka sedang keluar istana dan mencari bunga keabadian untuk penyembuhan selir Jang."

Joohee hanya mengangguk menanggapi informasi-informasi yang diberikan Sori. Hingga kemudian kepanikan menyerangnya kala Sori tiba-tiba terbatuk. "Kau baik-baik saja? Sudah kubilang, istirahat saja."

"Aku ... Baik-baik saja."

"Tidak tidak. Aku akan mengantarmu untuk istirahat."

***

Jungkook menghela napas kemudian membakar surat yang dikirim oleh salah satu anggota Bunga Teratai. Ternyata yang dikatakan sang ayah benar. Racun itu berasal dari Baekhwanjong. Namun, dia tak mungkin menikahi putri ke-5 mereka untuk hal ini 'kan?

Jungkook memilih mengenyampingkan masalah itu. Kini dia meraih surat lain yang berasal dari Hoon kemudian membacanya. Dia pikir Hoon akan memberi kabar soal Jina dan pengawal pribadi sang kakak yang sampai saat ini masih menghilang. Namun, setelah surat yang dia dapatkan malah soal pembunuhan yang baru.

"Mereka sepertinya tidak akan berhenti sampai semua saksi habis," gumam Jungkook kemudian membakar surat tersebut. Dia kemudian menarik laci, meraih kantung wewangian yang dia temukan di lokasi kejadian insiden Joohee. Dia masih belum menanyakan soal kantung wewangian itu. Sebab, bisa saja semua ini hanya siasat adu domba. Juga, kemungkinan besar Kyung bisa mengelak. Kasim Oh? Tentu dia tak bisa mengarahkan alibi ini pada kasim Oh karena kemungkinannya terlalu kecil.

Shadow Of Bitae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang