45 : Dekret

42 9 0
                                    

"Kau menemukannya?"

Hyun yang kini masih mencoba mengatur napasnya, segera menggeleng. Dia sudah menyusuri istana bagian barat. Namun, dia tak menemukan Joohee sama sekali di sana.

"Bagaimana denganmu?"

Sori juga segera menggeleng sesaat setelah dia tiba di sana. Dia menyusuri bagian timur termasuk kediaman Joohee yang sebelumnya. Namun, mereka sama sekali tak menemukan keberadaan Joohee.

"Aku bisa merasakan dia sedang menggunakan gioknya, tapi aku sama sekali tidak tahu dia ada di mana. Apa ada yang mencarinya ke kediaman menteri Ko?"

"Yang Mulia, salah satu pelayan melihat dia pergi ke arah selatan," ujar salah seorang penjaga istana setelah memberikan salam terlebih dahulu.

"Selatan?" Jungkook terdiam sejenak, memikirkan siapa yang mungkin ada di sana. Namun, melihat ingatan mengerikan yang terjadi di masa lalu, seharusnya Joohee lebih mengincar menteri Ko alih-alih yang lain. Dia benar-benar menyesal karena tak sadarkan diri untuk sesaat setelah mereka melakukan perjalanan waktu.

Jungkook segera pergi ke selatan, diikuti oleh Hyun, Sori, serta penjaga istana yang tadi ikut mencari Joohe. Jangan lupakan soal pengawal pribadi Hyun yang juga mengikuti mereka.












Di dekat danau, Joohee masih terisak. Mengetahui hal yang sebenarnya benar-benar membuat dadanya terasa begitu sesak. Dirinya benar-benar bingung harus bereaksi apa sekarang. Satu sisi ada rasa lega bahwa pada akhirnya, dia tahu apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Namun, sisi lain dirinya merasa tak sanggup untuk meminta hutang nyawa dari menteri Ko.

Joohee melirik pedang peninggalan keluarganya yang sengaja dia letakkan di samping tempatnya duduk saat ini. Sempat terbesit pikiran untuk membunuh. Namun, dia berhasil mengendalikan perasaannya hingga berakhir tak masuk kendali giok itu.

Merasakan seseorang menyampirkan mantel di bahunya, membuat Joohee buru-buru menyeka air matanya.

"Jungkook sedang mencarimu ke seluruh istana dan kau malah di sini." Jungrim duduk di samping gadis itu. Melirik pedang yang tergeletak lebih dulu sebelum akhirnya tersenyum. "Kau ingin menyimpannya?"

Joohee melirik pedangnya. "Pedang itu tiba-tiba menghampiriku lagi. Tidak ada pilihan selain membawanya."

"Inilah yang sebenarnya diincar orang-orang dari giok yang ada padamu. Pedang legenda itu. Ayahmu dulu selalu memenangkan perang meski dengan mata yang tertutup. Kurasa ... Itu adalah alasan yang pada akhirnya membuat dirinya dituduh berkhianat. Sama seperti Jungkook, tentunya ada banyak orang yang tidak suka padanya."

Joohee tersenyum. Meski berakhir dicap sebagai seorang pengkhianat yang berkolusi dengan musuh, dia bersyukur masih ada yang menganggap sang ayah memang dijebak. "Kau percaya ayahku tidak berkhianat?"

"Tentu saja. Dia jenderal terhebat yang pernah kukagumi saat masih kecil."

"Jika kau jadi aku ... Apa kau akan menghukum pelakunya?"

Jungrim terdiam sesaat. "Kau menemukan bukti?"

Joohee merogoh pakaiannya, lewat perjalanan waktu yang dia lakukan, dia berakhir menemukan surat asli yang dikirim sang ayah untuk raja. Namun, seseorang mengubahnya sebelum sampai ke tangan raja. Padahal, surat itu berisi kabar kemenangan.

"Ini ...."

"Surat yang ditulis ayahku. Sementara surat yang ditulis oleh orang yang mengubahnya, sudah dibakar," jelas Joohee sambil menggulung kembali surat itu setelah Jungrim selesai membacanya. Susah payah dia menemukan bukti itu. Tentu takkan dia berikan pada siapa pun dengan mudah sebelum dirinya yakin menteri Ko akan dapat hukuman.

Shadow Of Bitae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang