41 : Surat Kosong

44 9 5
                                    

"Apa kita benar-benar harus melakukannya?" Jungkook sudah mencoba menghindar. Namun, pada akhirnya Hyun yang kini tertidur pulas, tetap akan memeluknya. Melihat ekspresi Jungkook, tentu saja membuat Jungrim hanya bisa terkekeh.

"Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi."

"Tapi, kita tidak perlu tidur di ranjang yang sama." Jungkook melepas pelukan Hyun. Namun, saat dia akan beranjak, dia harus kembali berbaring karena Hyun memeluknya.

Memang, Hyun terkadang menyebalkan dengan segala tingkahnya. Namun, pria itu tetaplah adiknya. Dia tak bisa membiarkan Hyun dalam bahaya. Apalagi, cepat atau lambat Hyun pasti akan diincar untuk dibunuh.

"Jadi, apa rencanamu selanjutnya?"

"Apa lagi selain berpura-pura bodoh seperti yang biasanya kulakukan?" Jungkook mengembuskan napas lega saat bisa lepas dari jerat Hyun yang seolah tak mau melepaskannya sejak tadi.

"Aku perlu sedikit bantuanmu untuk melancarkan aksiku."

"Bantuan?"

Jungkook mengangguk kemudian membisikkan hal apa yang perlu Jungrim lakukan. Dia melakukan ini karena tak menutup kemungkinan saat ini ada yang mengawasi mereka. Selanjutnya, dia melangkah keluar, membuat Kyung yang sebelumnya tengah menatap papan nama yang ditinggalkan sang ibu, segera menyembunyikannya lagi.

"Aku akan tidur di perpustakaan. Kau berjaga di sini saja. Jaga mereka berdua," ujar Jungkook kemudian melangkah. Memang, saat ini Kyung masuk dalam daftar musuhnya. Namun, Kyung hanya satu kali mencoba menyakitinya, membuktikan bahwa pria itu mungkin tak begitu berniat menyakitinya secara langsung. Jadi, mempercayakan Jungrim dan Hyun padanya bukanlah hal yang buruk. Apalagi, Jungrim adalah putra selir Hwang. Kyung takkan berani melakukan apa pun padanya.

Jungkook membelokkan arah menuju kamar tempat Jina berada alih-alih ke perpustakaan. Dia hanya merasa akan lebih aman jika dirinya bersama Jina. Setidaknya, takkan ada yang berani menyentuh putri dari sosok yang cukup berpengaruh itu.

"Jangan salah paham. Aku hanya sedang melindungi nyawaku." Jungkook menutup pintu, membuka lemari kemudian meraih alas tidur lain dan meletakkannya berjauhan dengan tempat Jina berbaring sekarang.

"Apa ini siasatmu untuk membunuh Yuan dan melancarkan rencanamu?"

Jungkook berdecih mendengar kecurigaan Jina yang tak pernah ada habisnya Itu. "Jika aku berniat melakukannya, aku tidak akan meminta kelompok itu melindungi Yuan. Aku membutuhkan informasi darinya. Jadi, aku tidak akan membunuhnya."

"Lalu Joohee?"

Jungkook mengembuskan napas. "Dia pasti akan baik-baik saja. Tidurlah. Ini sudah larut, tidak baik untuk bayimu. Percayalah padaku, aku tidak akan menyakiti mereka."

Awalnya, Jungkook akan langsung menghukum menteri Ko karena sudah meng-kambing hitamkan keluarga Ae atas pengkhianatan yang justru dilakukannya sendiri. Namun, dia mengurungkan niat tersebut saat tiba-tiba saja dia mendapati Jina sedang mengandung. Dia tak sekejam itu untuk melibatkan orang yang tidak bersalah. Dia akan memikirkan soal masalah ini nanti. Yang lebih penting saat ini adalah penyerangan yang akan dilakukan selir Jang bersama Baekhwanjong.

***

Plak!

Suara itu terdengar begitu nyaring diiringi dengan rasa panas di pipi kanan pria itu. Sesampainya di kamar, dia justru mendapatkan sebuah tamparan penuh rasa marah dari gadis yang kini terlihat mencoba menahan air matanya.

"Seharusnya aku tidak mempercayaimu sama sekali. Kau membunuh Joohee?" Jina menunjuk Jungkook sembari menahan kemarahannya bahkan tubuhnya sampai gemetar, matanya memerah dan air mata terlihat menggenang di sana. Di perjamuan yang diadakan oleh selir Hwang sebagai permaisuri itu, dia malah mendengar pernyataan Jungkook yang mengatakan dirinya sudah membunuh Joohee yang dengan berani menggantikan Jina di hari pernikahan.

Shadow Of Bitae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang