47 : Apa Dia Sudah Tiada?

44 7 2
                                    

Dengan napas tersenggal, gadis dengan luka goresan di pipi serta luka di lengan itu kini bersandar di tiang gerbang kediaman Jungrim. Dia sungguh berharap tak ada lagi lawan yang mau menantangnya. Apalagi, sejak tadi dirinya hanya sendirian menghadapi prajurit dari pasukan elit milik Baekhwanjong yang menyadari keberadaan Joohee. Mereka seakan sudah tak tertarik pada Jungkook. Mereka lebih menginginkan Joohee.

"Astaga aku tidak boleh sampai tertidur." Jiwoo menampar pipinya kala matanya perlahan menutup. Energinya yang sangat terkuras, tentu membuat dirinya mulai mengantuk. Ditambah dengan dirinya yang memang tak kunjung tidur selama 2 hari karena harus berjaga.

Suara langkah beberapa orang dari arah timur, membuat Jiwoo segera bersiaga. Bahkan, dia sampai mengisi kembali energi di pedangnya agar bisa melawan mereka dengan sisa tenaganya. Namun, dirinya segera menurunkan pedangnya serta memberi hormat saat yang tiba di sana adalah Jun bersama beberapa prajurit termasuk Hoon.

"Kau baik-baik saja?" tanya Hoon saat menghampiri Jiwoo. Padahal, sangat jelas pria itu terlihat lebih terluka.

"Apa gadis itu masih belum sadarkan diri?" tanya Jun yang kemudian membuat Jiwoo mengangguk. Sejak kemarin, Jungrim sama sekali tak keluar dari kediaman itu, membuatnya berpikir Joohee memang masih belum sadarkan diri.

"Apa Yang Mulia juga ...."

"Dia tidak sadarkan diri. Kudengar ... Jiwa mereka terhubung dan kemarin gadis itu terlalu banyak menggunakan gioknya," ujar Jun. Dia kemudian mencoba masuk untuk memastikan. Namun, dengan segera Jiwoo menghalanginya. 

"Pangeran Jungrim memintaku untuk tak membiarkan siapa pun masuk sebelum dirinya yang keluar."

Jun mengerutkan dahi. "Kau tidak merasakan sebuah keanehan?" Pria itu kemudian menerobos. Sebagai seseorang yang tinggal lebih lama di istana, tentu Jun lebih memahami semua orang yang berada di istana. Memang, selama ini Jungrim bukan orang yang mudah terpengaruh meski selir Hwang selalu berusaha untuk merebut posisi putra mahkota untuk putranya. Namun, siapa pun di dunia takkan mungkin menolak jika giok itu ada bersama mereka. 

"Dia masih lemah, tapi dia akan segera sadar. Giok itu sudah seperti jantung untuk Joohee dan dia sempat mengeluarkannya beberapa saat untuk menyelamatkanmu," jelas Jungrim dengan wajahnya yang pucat. Hingga kemudian dirinya membuat semua orang yang ada di sana panik saat tiba-tiba tak sadarkan diri. 

"Sepertinya dia sengaja tidak keluar dari sini agar tidak ada satu pun yang merasa khawatir padanya," ujar Jun kemudian menggendong sang adik agar bisa berbaring dengan lebih nyaman di atas ranjang. Entah seberapa besar energi yang Jungrim pinjamkan agar giok kehidupan bisa kembali menjadi sumber kehidupan untuk Joohee.

***

Meski cukup banyak korban jiwa, Bitae tetap memenangkan peperangan itu dan memukul mundur pasukan Baekhwanjong yang masih tersisa. Artinya pertarungan habis-habisan yang Jungkook lakukan tak berakhir sia-sia meski pada akhirnya sang kakaklah yang mengakhiri peperangan itu dengan sebuah kemenangan. Namun, sayang sekali hingga hari ini Jungkook masih belum sadarkan diri, begitu pun dengan Joohee.

"Yang Mulia ...."

"Untuk saat ini, aku bukanlah raja. Meski aku kembali, aku hanya sebatas seorang pangeran. Dekret yang dibuat ayah juga sudah cukup jelas menunjuk adikku sebagai raja. Aku tidak bisa menggantikannya," ujar Jun yang sudah cukup muak dengan permintaan yang terus disebutkan bergantian baik oleh Yuan hingga Hoon. Memang, sebelumnya dirinyalah yang menjadi putera mahkota bahkan sebelum Jungkook masuk ke istana. Namun, itu hanya sebatas dulu.

"Tapi ...."

"Apa kau berharap adikku tidak akan pernah bangun lagi?" tanya Jun yang tentu saja membuat Yuan segera berlutut. "Jika iya, kuharap kau menyingkirkan jauh-jauh pikiran itu. Kurasa ... dia lebih cocok ada di posisi itu."

Shadow Of Bitae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang