10 : Hal Yang Harus Ditukar

61 16 0
                                    

Gadis itu perlahan membuka matanya. Dalam dirinya kini muncul banyak tanya. Apalagi, langit-langit yang ditangkap netranya, bukan langit-langit kamarnya. Juga, aroma yang dia hirup bukanlah aroma yang biasanya tercium di kamarnya.

Dengan kepala yang masih terasa sakit serta nyeri yang juga timbul dari luka-luka cambukan itu, Joohee terduduk. Dia kemudian mengedarkan pandangan, mencoba mencari seseorang yang bisa dia mintai jawaban mengapa dirinya berakhir di tempat itu? Hingga kemudian netranya tertuju pada sosok pria berbalut jubah pangerannya sedang duduk di jendela sambil membaca buku di tangannya.

"Permisi ...."

Suara itu segera mengalihkan atensi pria yang tadi tengah fokus mempelajari ilmu bela diri dari bukunya. Dia kemudian menutup buku tersebut dan menghampiri Joohee dengan senyum hangat. "Akhirnya kau bangun juga."

"Aroma ini ...." Joohee bergumam dalam hatinya kala aroma yang tak asing itu tercium oleh indera penciumannya. Dia kemudian menatap Jungrim. Ada sedikit rasa pengelakkan saat hatinya meyakini pria malam itu adalah Jungrim. Namun, karena dirinya belum terlalu mengenal pria itu, tidak menutup kemungkinan Jungrim memang orangnya. Bisa saja kebaikan yang dilakukan Jungrim kali ini hanya untuk memastikan dirinya sama sekali tak ingat soal kejadian malam itu.

Jungrim cukup terkejut saat Joohee tiba-tiba mendorongnya dengan sekali hentakan telapak tangan. Dia tentu tak pernah menyangka gadis itu akan menyerangnya sehingga efek tenaga dalam yang Joohee keluarkan cukup membuatnya terluka. Padahal, kondisi Joohee baru saja pulih. Tak sampai di situ saja. Jungrim lebih terkejut saat Joohee menodongkan tusuk konde ke lehernya alih-alih membantunya untuk kembali berdiri.

"A-apa yang kau lakukan?"

"Siapa yang menyuruhmu?"

Jungrim mengerutkan dahi. Dia benar-benar tak mengerti apa yang dimaksud Joohee. Apa soal siapa yang menyuruhnya menunggu di sana? Dia tak bisa mengatakannya karena Jungkook bisa saja membunuhnya nanti. Namun, jika tidak mengatakannya, dia mungkin akan mati sekarang.

Hingga kemudian dia mendapat kesempatan saat Joohee lengah dan melepaskan diri dari ancaman gadis itu. Kali ini barulah pertarungan mereka berdua imbang sebab Jungrim juga siap menerima serangan demi serangan Joohee. Bahkan, dia bisa mengalahkan gadis itu hanya dengan jurus yang menggunakan satu tangan. Namun, rasa senangnya menikmati kemenangan segera sirna saat mendengar ringisan dari gadis itu. Dia lupa Joohee baru saja pulih dan luka-lukanya masih belum sepenuhnya kering.

"Maaf." Jungrim membantu Joohee untuk duduk di tepi ranjang itu. Namun, dengan segera Joohee menolaknya dan duduk di sana dengan kekuatannya sendiri. "Apa alasanmu tiba-tiba menyerangku?"

"Sepertinya aku perlu bukti lebih. Wewangian saja kurasa tidak cukup. Dia pasti akan mengelak dengan mudah," gumam Joohee dalam hati. Meski dia benci pada cara Jungkook yang 'katanya' sengaja menjebaknya, baginya Bunga Teratai tetap rumahnya. Dia takkan membiarkan siapa pun menyentuh kelompok yang sudah membuatnya tak kesepian bahkan mengajarinya banyak hal itu. Kejadian tempo hari tentu saja akan membuat kelompok Bunga Teratai dicari biro kepolisian.

Dugaan Joohee benar. Saat ini, raja serta para pejabat sedang mendiskusikan soal insiden Bunga Teratai yang terjadi di salah satu rumah bordil. Mereka menuntut raja agar bisa dengan tegas menangani kasus ini. Apalagi kelompok itu dianggap meresahkan. Setelah melakukan perampokan, kini kelompok tersebut berani mengambil nyawa seseorang. Sudah seharusnya mereka mendapat hukuman berat agar tak lagi terjadi kejadian yang serupa.

"Untuk kasus ini, kuharap bisa diselidiki dengan baik. Mereka hanya bergerak pada malam hari. Jadi pastikan untuk menghentikan mereka dan menangkap mereka. Lalu berikan hadiah pada siapa pun yang melapor."

Shadow Of Bitae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang