4 : Cinta dan Dendam

87 17 0
                                    

Joohee tak henti-hentinya kagum dengan beragam aksesoris cantik di sana sambil membayangkan akan secantik apa jika Jina memakainya. Apalagi kulit Jina memang seputih susu. Jepit-jepit itu kelak akan menambah kecantikannya.

"Apa yang kau ...." Joohee tak sempat melanjutkan kalimatnya. Dia terpaku saat Jungkook mengajaknya ke depan cermin dan memakaikannya salah satu jepit dengan hiasan merak. Namun, beberapa detik kemudian dia melepas jepit tersebut dan berbalik. "Aku tidak pantas untuk ini."

Jungkook tersenyum kemudian meletakkan jepit itu ke telapak tangan Joohee. "Bukankah semua wanita Bitae bisa menggunakannya?"

"Hanya untuk para bangsawan. Untuk pelayan sepertiku ... tidak bisa."

"Kalau begitu ... simpanlah. Ini hadiah karena kau sudah menemaniku berkeliling dan mendapatkan seri terbaru buku yang kuinginkan," jelas Jungkook sembari menutup telapak tangan Joohee agar menggenggam jepit itu. Memang benar. Untuk pelayan tidak bisa mengenakan aksesoris seperti itu. Namun, bukan berarti mereka tidak boleh menyimpannya 'kan? "Bagaimana? Kau sudah mendapatkan hadiah untuk nonamu?"

"Sudah." Joohee tersenyum sembari menatap jepit itu. Bukankah malah semakin bertambah alasannya untuk mencintai pria itu. Dia bahkan jadi mulai memikirkan seri terbaru untuk novelnya sekarang. "Terima kasih untuk hadiahnya. Aku akan membalasmu nanti."

"Tidak perlu. Kau menyimpan hadiahku saja itu sudah lebih dari cukup."

"Baiklah, aku akan menyimpannya. Terima kasih banyak." Joohee tersenyum sembari menatap jepit itu. Sungguh, ini kali pertamanya dapat hadiah setelah orang tuanya tiada. Ditambah orang yang memberinya hadiah merupakan orang yang sangat dia cintai. Tentu dia akan menyimpan hadiah itu dengan sangat baik.

"Kau sudah menemukan hadiah yang kau cari?"

Joohee tersenyum kemudian mengangguk. Dia memilih norigae, tusuk rambut, serta kantung wewangian untuk Jina. Dia terlalu bingung hingga kemudian memutuskan untuk memilih hadiah-hadiah itu. Lagipula, hadiah apa pun yang dia berikan, Jina sudah pasti akan menyukainya. Bahkan hanya sekotak kue madu yang dia buat saja, Jina akan sangat senang. 

Selagi Joohee membayar barang yang dia beli, Jungkook memilih untuk menunggu di luar. Dia memerhatikan suasana pasar yang saat ini tengah ramai. Dia masih menunggu Kyung yang sedang mencari informasi soal dayang yang sebelumnya bekerja untuk putera mahkota. Dia sulit mendapat informasi karena orang-orang yang sebelumnya bekerja untuk sang kakak, segera pulang ke kampung halaman masing-masing begitu kakaknya meninggal.

Sementara itu, di lain tempat Kyung melangkah memasuki tempat yang katanya merupakan tempat tinggal salah satu dayang yang sebelumnya melayani kakak Jungkook. Dia berusaha sekeras mungkin tak mencurigakan. Dia duduk di sana dengan pakaian bak seorang musafir yang tengah mampir di sebuah kedai mie. Sebagai seseorang yang sudah lama bekerja di istana, tentu dia mengenali dayang yang sebelumnya bekerja di istana timur.

Suara teriakan dari arah barat membuat Kyung segera meraih pedangnya dan bergegas menghampiri sumber suara. Matanya kemudian membulat kala mendapati orang yang ingin dia tanyai banyak pertanyaan itu malah tergeletak bersimbah darah.

Kyung menoleh saat mendapati siluet seseorang. Dia segera mengejarnya alih-alih memeriksa kondisi dayang yang seharusnya dia mintai jawaban. Dia yakin kematian dayang itu pasti sudah direncanakan.

***

"Beritahu padaku!"

Joohee menelan berat salivanya kala pedang itu diarahkan ke lehernya. Bahkan, lidahnya terasa begitu kelu untuk sekadar menjawab pertanyaan itu. Meski dia lebih dari mampu untuk mengayunkan pedang, dia tidak boleh melakukannya. "D-dia ...."

Shadow Of Bitae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang