32 : Udang Di Balik Batu

61 9 20
                                    

"Apa Joohee terlihat baik-baik saja karena sebenarnya racun itu malah ada di tubuhku sekarang?" batin Jungkook sambil menunggu obat itu mendidih. Memang terdengar cukup masuk akal jika demikian. Namun, dia juga masih belum yakin soal itu. Apalagi, memang racunnya bukanlah jenis yang bisa terdeteksi.

"Makin hari hal yang perlu kupikirkan malah makin banyak," gumamnya lagi dalam hati. Dia kemudian menuang obat tersebut ke mangkuk dan melangkah menuju kamar Joohee. Tanpa Sori dirinya sungguh takut Joohee lebih dalam bahaya. Apalagi setelah kejadian di makam itu.

"Bisakah kau mengetuk dulu? Jangan mentang-mentang kau adalah putra mahkota, kau bisa seenaknya," oceh Joohee sambil merapikan tulisannya agar tak akan dibaca Jungkook. Dia kemudian melipat kedua tangannya, menghentikan pria itu agar tak lebih masuk ke kamarnya. "Apa yang kau lakukan?"

Tanpa menjawab lewat kata, pria itu menunjuk mangkuk yang ada di tangannya dengan matanya. Tentu saja Joohee yang masih ingat bagaimana rasa obat itu, segera bergidik.

"Kau baru terkena racun. Setidaknya selama 2 minggu, kau harus meminumnya."

"Tapi ...."

Jungkook merogoh pakaiannya, memberikan sebuah permen susu yang dia buat sendiri dan tersenyum. "Kau harus patuh atau aku terpaksa melakukan sesuatu agar kau bisa meminumnya."

Mendengar ucapan Jungkook tentu saja membuat Joohee buru-buru menghabiskan obat tersebut. Masalahnya, Jungkook selalu punya cara di luar nalar. Apalagi, yang terbayang di benaknya adalah cara menyuapi obat dari mulut ke mulut.

"Apa tidak ada cara selain hal yang menyiksa seperti ini?" tanya Joohee sambil meletakkan mangkuk itu di meja.

"Aku sudah memberikan penawar rasa pahitnya 'kan?" Jungkook mengambil mangkuk itu dan melangkah untuk kembali ke kamarnya. Namun, langkahnya terhenti saat sebuah pedang mengarah ke lehernya. "Apa lagi?"

"Ini agak mencurigakan. Biasanya Sori yang mengantarkan apa pun untukku. Lalu kenapa kali ini kau mengantarnya sendiri? Apa ...." Joohee menatap pria itu penuh selidik. "Kau ingin memastikan racun yang kau berikan bisa kuminum semua 'kan?"

"Jika ingin membunuhmu, aku lebih baik menggunakan pedang. Tapi ... Kau bukan Jina. Jadi aku tidak bisa membunuhmu sembarangan."

Joohee membulatkan mata. Entah sejak kapan fakta itu terungkap. Satu hal yang pasti, dirinya kini takut akan dapat hukuman karena berpura-pura menjadi Jina.

"Tenang saja. Aku tidak akan membunuhmu. Kau lupa? Kau adalah sekutuku. Itu sebabnya aku mengantarkan sendiri obatnya karena takut seseorang malah menaruh racun diam-diam," jelas Jungkook diiringi senyum. Dia kemudian menurunkan pedang itu. "Apa jawabanku sudah cukup?"

Joohee segera menyilangkan kedua tangannya di depan dada, menatap pria itu penuh curiga. "Kau ... Menginginkan sesuatu 'kan?" Kecurigaannya bukan tanpa alasan. Belakangan Jungkook terus menghindarinya. Namun, tiba-tiba pria itu berubah seakan baru kerasukan hantu gunung. "Atau ... Kau kerasukan?"

Jungkook benar-benar tertawa mendengar ucapan melantur dari Joohee. Namun, dia akui gadis itu sudah lebih dari cukup membuat perasaannya agak membaik. "Sepertinya aku memang kerasukan."

"Jangan mendekat." Joohee buru-buru mengulurkan pedangnya saat Jungkook malah mulai bertingkah jahil dengan mendekatkan diri padanya.

Jungkook terkekeh melihat wajah panik dari gadis itu. "Baiklah maaf. Aku hanya bercanda. Sekarang tidurlah aku juga harus kembali ke kamarku."

***

"Sepertinya kau sedang banyak pikiran." Sejak tadi, Jungrim memang memerhatikan Jungkook yang terus melamun sambil sesekali menghela napas. Terlihat dengan jelas pria itu sedang tak baik-baik saja. "Apa karena insiden Joohee?"

Shadow Of Bitae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang