7 : Sebuah Pembunuhan

85 16 2
                                    

"Apa kau yakin ini tidak akan membuat kita berdua dalam masalah?" Sori terlihat cukup ketakutan saat menatap Joohee yang kini sudah berbalut pakaian miliknya. Padahal, Joohee merupakan putri mahkota.

"Kau tenang saja. Aku butuh sedikit udara segar." Joohee tersenyum sembari mengikat simpul pada pakaiannya. Tak lupa, dia kembali memastikan penyamarannya terlihat sempurna dengan menatap pantulan dirinya di cermin. Setelah dirasa sempurna, dia meraih papan nama milik Sori yang tadi dia letakkan di atas meja. "Aku pasti kembali secepat mungkin."

"Tapi, nona ...."

"Sampai jumpa!" Joohee melangkah keluar setelah menyampirkan mantel berwarna merah maroon itu di kepalanya agar tak ada yang bisa menyadari identitasnya. Dia juga sesekali tersenyum saat bisa melewati para penjaga istana dengan cukup mudah.

"Ternyata keluar dari istana tidak sesulit itu," gumam Joohee kesenangan. Masalahnya, perutnya lapar dan tak ada pilihan selain pergi menuju markas Bunga Teratai. Dia harap Sori di dalam istana tak terlibat masalah apa pun.

Di istana lainnya, pria yang menyandang gelar putra mahkota itu melakukan hal serupa dengan Joohee. Dia meminta Kyung yang merupakan pengawal pribadinya untuk pura-pura menjadi dirinya lagi. Beruntung, Kyung sendiri sudah sangat tahu apa tujuan tuannya jika sudah memintanya bertukar peran.

"Kali ini sebelum fajar terbit."

"Siap, pengawalku tercinta." Pria dengan pakaian serba hitam itu segera melompat lewat jendela. Dia tak keluar istana lewat pintu keluar mana pun dengan alasan melatih ilmu bela diri serta sihirnya.

***

"Bukan seperti itu." Bak memiliki 2 karakter berbeda, kini Jungkook menjelma menjadi Yun, sosok yang selama ini sangat disukai Joohee. Padahal Joohee datang ke markas untuk menenangkan pikirannya sekalian memastikan kondisi Jina. Namun, sialnya dia malah bertemu dengan Jungkook di sana.

Jungkook mengangkat kedua tangannya saat Joohee mengarahkan pedang itu ke lehernya. Bahkan, gadis itu memberi tatapan dingin padanya, berbeda dari tatapan hangat yang biasa dia dapat. Namun, Jungkook malah senang melihatnya. Setidaknya, dengan cara seperti ini dia benar-benar bisa melindungi Joohee di dalam istana.

"Bukankah sudah kukatakan bahwa aku akan membunuhmu jika kau sampai muncul di hadapanku lagi?"

Jungkook tersenyum kikuk sambil menurunkan pedang itu. "Di sini kita bukan musuh."

"Sebuah kemustahilan yang akhirnya kulihat. Kalian berdua bertengkar." Pria dengan tubuh sedikit lebih tinggi dari Jungkook itu tersenyum. Dia duduk di meja yang biasa mereka gunakan untuk berdiskusi dan meletakkan sebuah kendi berisi alkohol. "Apa yang akan kita bahas hari ini?"

Jungkook segera tersenyum dan menghampiri pria yang kini menuangkan alkohol buatannya ke cangkir. Namun, Jungkook segera menolaknya sebab kali terakhir dia mencoba arak buatan Hoon, rasanya seperti dirinya akan mati mendadak di tempat. "Soal pajak ... Apa sudah diselidiki?"

"Jiwoo yang menyelidikinya."

"Jiwoo eonni?" tanya Joohee sembari meletakkan pedangnya di atas meja dan duduk di samping Hoon. "Dia pergi sendiri?"

"Dia ahlinya menjadi gisaeng," ujar Hoon kemudian menegak arak itu. Wajahnya segera mengernyit saat rasa pahit malah lebih mendominasi. Padahal dia berekspektasi akan ada sedikit rasa manis. "Seharusnya ini lebih enak dinikmati di bawah bulan purnama seperti saat ini."

Shadow Of Bitae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang