8 : Malam Pengantin

87 19 2
                                    

Joohee terbangun dengan napas terengah serta keringat yang membanjiri seluruh tubuhnya. Matanya kemudian mengedar, mendapati dirinya sudah berada di kamarnya lagi. Padahal, seingatnya terakhir kali dia sedang berada di hutan untuk mengejar seseorang yang mencoreng nama baik Bunga Teratai.

Joohee meringis kala rasa ngilu dia rasakan saat menggerakkan tubuhnya. Ah benar. Dia kalah saat berusaha membuka penutup wajah orang yang dia kejar. Namun, siapa yang membawanya kembali ke istana?

"Akhirnya kau bangun, nona." Sori meletakkan wadah berisi air yang akan dia gunakan untuk membersihkan wajah Joohee. "Semalam Kyung yang membawamu kemari."

"Kyung?"

Sori segera mengangguk. "Dia pengawal pribadi pangeran mahkota."

"Seharusnya dia membiarkanku mati saja di sana." Dia kemudian melirik Sori yang kini matanya mulai berkaca-kaca. "T-tidak. Aku tidak akan mengatakan hal buruk lagi."

Joohee membiarkan Sori melipat lengan bajunya agar dia bisa membersihkan wajahnya segera. Dia masih penasaran siapa yang tiba-tiba menggunakan nama kelompok Bunga Teratai seperti ini? Satu-satunya yang dia ingat dari ciri-ciri pelakunya adalah wewangian yang dia gunakan. Dia bisa mencium aroma bunga lavender yang kuat dari tubuh pelakunya.

"Aku tidak mungkin menangkap orang itu hanya dengan wewangian," gumam Joohee dalam hati. Meski para pelayan istana tengah sibuk membantunya bersiap, pikiran Joohee benar-benar melayang entah ke mana.

Sementara, di lain tempat Jungkook tengah mempersiapkan pesta ulang tahun raja. Memang, sejak tadi raganya berjalan ke sana ke mari dan memastikan setiap persiapannya berjalan dengan baik. Namun, pikirannya terus tertuju pada Joohee. Andai Kyung tak menemukan Joohee saat melakukan investigasi soal benang merah kematian sang kakak, mungkin gadis itu sudah berakhir mengenaskan di tengah hutan.

"Putri mahkota sudah siuman, Yang Mulia," bisik kasim Oh yang baru saja tiba setelah mendapat titah untuk mencari informasi soal Joohee secara diam-diam. Dia bersikap sangat hati-hati karena khawatir itu malah akan berdampak pada keselamatan Joohee. Apalagi, dia menyadari ada orang yang mengincar kelemahannya. Dia takut Joohee menjadi hal pertama yang disingkirkan mereka.

"Kudengar kau melewatkan malam baik lagi." Jungrim memilih bahan makanan yang ada kemudian meletakkannya di tempat terpisah. "Kusarankan kau mengikuti titah kerajaan."

"Bukankah ada hal penting selain itu? Mereka hanya memikirkan soal keturunan."

"Kupikir kau setuju menikah karena memang mencintai gadis itu," jawab Jungrim yang kemudian membuat Jungkook hanya tersenyum tipis. Cinta? Bahkan itu malah menjadi alasannya tak mau menikahi gadis yang dia cintai. Namun, kenyataannya malah tak mau sejalan dengan keinginannya. Mendadak Joohee muncul menggantikan Jina yang seharusnya dia gunakan untuk menyelidiki menteri Ko.

"Bukankah di kerajaan, menikah adalah ajang memperkuat kekuasaan? Kalau begitu ... Alasanku juga sama."

"Setidaknya lakukan apa yang diperintahkan ayahanda karena itu juga termasuk hal yang bisa memperkuat kekuasaanmu," jelas Jungrim.

"Baiklah. Akan kulakukan." Jungkook sebenarnya sudah sangat gerah dengan setiap rumor yang tersebar dalam istana. Dari mulai dirinya yang tidak normal hingga banyak hal lain yang tersebar karena dirinya yang tak kunjung tidur bersama putri mahkota.

Jungrim tersenyum kemudian mengekori Jungkook. Memang dirinya hanya sebatas teman belajar Jungkook. Namun, terkadang dia akan menemani pria itu saat sedang tak ada urusan apa-apa. Dia melakukannya semata-mata karena permintaan almarhum Jun.

"Ah ya, soal penari yang akan tampil ... Biasanya dari mana?"

"Aku akan mengundang mereka. Untuk urusan itu bisa kau serahkan padaku."

Shadow Of Bitae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang