2 : Mencari Benang Merah

109 23 3
                                    

Duduk di dekat air terjun sembari membaca novel romantis karya Heejun memang merupakan cara termudah meromantisasi kehidupan. Pria dengan balutan pakaian hitam yang biasa dia kenakan saat melakukan operasi itu, menggigiti batang tumbuhan kecil sambil sesekali dibuat salah tingkah oleh alur manis yang dia baca. Sekarang dia mengerti alasan utama hampir seluruh dayang menyukai novel itu. Baru membaca seri pertama saja dia sudah jatuh cinta.

"Tuan Yun, maaf. Aku punya banyak pekerjaan tadi," ujar Joohee kemudian berlutut. Sungguh, dia tak bermaksud membuat Yun menunggu. Namun, dia harus mempersiapkan segala persiapan pernikahan nonanya. Makanya dia datang agak terlambat.

"Tidak apa-apa. Berkatmu aku bisa menyelesaikan novel ini," jawab Jungkook sembari menunjukkan novel yang baru saja dia baca. "Ayo, kita mulai saja."

"B-baiklah."

Jungkook tersenyum kemudian duduk di samping Joohee yang kini masih berdiri. Dia kemudian memejamkan mata dan berkata, "Hal terpenting untuk menggunakan sihir tingkat 1 adalah membiarkan jiwamu tenang. Kau harus merasakan dengan hatimu setiap elemen yang ada di sekitarmu."

Pria itu membentuk lingkaran besar dengan tangannya dan perlahan membuat air di hadapannya berputar meski tak begitu cepat. Tentu saja hal ini membuat Joohee terpukau.

"Cobalah," ujar Jungkook sambil menoleh ke arah Joohee. Tentu, gadis dengan pakaian yang serba hitam serta rambut yang digelung bak pria itu segera duduk di samping Jungkook dan memejamkan matanya.

"Rasakan setiap elemen itu dengan hatimu," ujar Jungkook sembari beranjak. Memang, dia sangat tahu tujuan Joohee mempelajari semua ini. Yap! Untuk menyerang keluarganya. Namun, dia tetap mengajarinya dan mencari cara untuk membuktikan pada Joohee bahwa keluarga kerajaan tak sejahat yang dia pikirkan. Dia yakin ada kesalahpahaman yang membuat keluarga Joohee berakhir dibantai.

Joohee menghela napas dan memasang wajah sedihnya saat sama sekali tak bisa melakukan apa yang dilakukan Jungkook tadi. "Sepertinya aku tidak bisa."

"Jika kau menyerah, kau tidak akan bisa membalaskan dendam orang tuamu." Jungkook kembali duduk di samping gadis itu. "Sihir ini bisa kau gunakan untuk memanfaatkan elemen di sekitarmu. Kau bisa memutar arah panah yang menuju ke arahmu atau memijakkan kaki di atas air."

Joohee mengatur napasnya kemudian kembali memejamkan mata. Kali ini dia mencoba untuk fokus pada angin yang sejak tadi berembus menyapa kulitnya. Dia ingin mencoba mengendalikannya setidaknya untuk berputar arah. Namun, kali ini lagi-lagi dirinya malah gagal. Padahal dia merasa sangat harus menguasainya karena prajurit di dalam istana sudah pasti menguasainya. Jika dia hanya mengandalkan teknik bela diri dan pedang, dia akan mudah kalah.

"Tidak perlu terburu-buru. Kau belum sepenuhnya gagal." Jungkook merogoh bagian bajunya dan mengeluarkan bungkusan kain dari sana. "Menurutku kau sudah cukup baik untuk fokus. Masih banyak waktu."

"Terima kasih." Joohee mengambil kue dengan madu di tengah-tengahnya itu. Sudah cukup lama makanan itu menjadi favoritnya. "Ah ya, aku masih bertanya-tanya kenapa kau mau mengajariku?"

"Mungkin ... Karena aku tau rasanya ingin membalaskan dendam." Jungkook menghela napas. Dia menyesal karena sebelumnya menolak ajakan sang kakak untuk kembali ke istana. Mungkin jika saat itu dirinya langsung setuju, sang kakak pasti masih ada. Namun, dirinya merasa hanya berandai-andai tak membuat sang kakak bisa kembali.

"Ah ... Kakakmu ya? Mungkin ... Dia sudah bertemu kakakku di atas sana."

"Kau benar. Mungkin mereka berdua sedang berbagi kue ini juga," ujar Jungkook yang kemudian membuat keduanya tertawa. "Kuharap kau bisa mendapat keadilan."

"Aku juga mengharapkan hal yang sama untukmu." Joohee menatap langit dan menghela napas. "Padahal tanpa kemampuan sihir yang bagus, aku bisa saja membunuh putra mahkota. Kudengar dia hanya pria lemah yang bahkan tidak lulus seluruh ujian."

Shadow Of Bitae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang