13 : Ramalan

59 14 3
                                    

Joohee melangkahkan kaki buru-buru. Sesekali dirinya memukul-mukul pelan dahinya karena kecerobohannya. Bisa-bisanya dia lupa ada undangan acara minum teh bersama para selir kerajaan. Beruntung dia bisa kembali ke istana lebih cepat. Sedikit terlambat mungkin takkan apa-apa.

Sesampainya di paviliun istana selir Hwang, Joohee memberi hormat. "Maaf, aku sedikit terlambat."

"Tidak apa-apa. Duduklah."

Joohee tersenyum kemudian duduk di meja yang masih kosong. Nampaknya, meja tersebut memang dipersiapkan untuk dirinya. Sebagai putri mahkota, memang seharusnya Joohee duduk di dekat selir Hwang. Namun, dia memilih untuk diam dan menerima apa pun yang diberikan untuknya. Kecuali teh itu. Dia takkan benar-benar meminumnya.

"Jadi ini gadis itu? Nyalinya besar juga," gumam selir Hwang dalam hati sembari menyesap teh dari cangkirnya. Sebenarnya dia mengundang mereka untuk minum teh bersama karena penasaran dengan putri mahkota yang ternyata hanya menggantikan Jina.

"Kudengar ... selir Kim sedang mengandung sekarang," ujar selir Hwang sembari meletakkan cangkirnya. Pernyataan tersebut segera membuat selir pangeran Jinan itu tersenyum sambil menyentuh perutnya. Hal ini diikuti juga dengan ucapan selamat dari yang lainnya. "Kuharap kita semua juga bisa secepatnya bisa mendengar kabar baik juga dari putri mahkota."

Joohee hanya tertawa hambar sebagai respon. Kabar baik? Bagaimana bisa ada kabar baik saat hubungannya dengan Jungkook jauh dari kata baik-baik saja? "Mohon do'anya dari semuanya."

"Ah ya, acara ini seharusnya dilakukan setelah pernikahan putri mahkota, tapi karena putri mahkota punya banyak kegiatan setelahnya, jadi baru bisa diadakan hari ini," jelas selir Hwang. Dia kemudian mengajak semua yang hadir untuk mengangkat cangkir dan meminum tehnya bersama. Namun, hal ini sama sekali tak dilakukan oleh Joohee. Dia bisa merasakan senyum-senyum palsu itu. Bahkan, dia sampai merinding dibuatnya. Dia pikir hal seperti ini hanya ada di novel.

"Putri, kenapa kau tidak mencicipi tehnya?"

"A-ah ... Aku akan mencicipinya." Joohee tersenyum canggung, membiarkan pelayan istana menuangkan teh ke cangkirnya. Dia tak bisa memeriksa apakah teh itu beracun atau tidak. Jika melakukannya, dia yakin selir Hwang akan sangat tersinggung. Dia juga tak bisa pura-pura meminumnya karena akan ketahuan.

Hingga kemudian, sebuah ide melintas di otaknya. Cangkir yang ada di tangannya, jatuh dan menciptakan suara pecahan hingga membuat mereka yang ada di sana segera terkejut.

"Putri, kau baik-baik saja?" tanya pelayan yang kebetulan berdiri di dekatnya.

Sembari memasang wajah pura-pura lemas, Joohee mengangguk. Dia harap dramanya ini bisa lolos. Dia sungguh sedang tak dalam suasana hati bisa menjawab banyaknya pertanyaan yang sepertinya akan diajukan lagi. Apalagi, semuanya terkesan merembet ke hal-hal yang sangat sensitif. Entah soal hubungannya dengan putra mahkota atau desakan untuk memiliki keturunan.

"Bawa putri mahkota ke balai pengobatan," titah selir Hwang yang segera dilakukan oleh beberapa pelayan yang ada di sana.

"Akhirnya aku bisa lolos!" gumam Joohee dalam hatinya.

***

Jungkook tersenyum saat mendapati Joohee tertidur di atas buku yang sedang dia tulis. Padahal dia ingin mengajak Joohee untuk menyelidiki tuan Ko diam-diam. Namun, dia tidak tega membangunkan gadis itu.

"Siapa sangka gadis manis ini sangat berbahaya jika sudah terbangun," gumam Jungkook diiringi senyum. Dia kemudian memindahkan Joohee dengan hati-hati agar gadis itu tidak terbangun.

"Aku pasti akan membunuhmu."

Jungkook terkekeh pelan saat Joohee bahkan menggumam seperti itu dalam tidurnya. Sepertinya tekad Joohee untuk membunuhnya sudah sebulat itu.

Shadow Of Bitae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang