43 : Dendam + Giok Kehidupan

47 9 1
                                    

Jungkook berlutut sebelum memuntahkan darah. Tubuhnya benar-benar sudah lemas padahal sejak tadi dirinya sama sekali tak menggunakan tenaga dalamnya. Intuisinya kemudian mengarah pada Joohee, meyakini bahwa gadis itu sedang menggunakan tenaga dalamnya.

Hwarim tertawa mendapati kondisi Jungkook saat ini. Gadis dengan balutan gaun pengantin berwarna merah itu kemudian berjongkok, mengangkat bahu pria itu dengan mata pedangnya kemudian menyeringai. "Jadi ... Kau ingin melanjutkan pertarungan ini atau menyerah?"

Jungrim yang kembali dengan beberapa prajurit tambahan, tentu saja tak bisa bertindak gegabah. Apalagi pedang itu tepat berada di bawah dagu pria itu. Bisa-bisa Jungkook terbunuh jika dirinya asal bertindak.

"Kau baik-baik saja?" Jungrim mencoba mendekat. Namun, pangeran Junghwan segera membentuk formasi agar Jungrim maupun prajurit tambahan yang baru tiba, tak bisa menyentuh Hwarim.

"Kakak, kau yakin akan menyodorkan pedang ke arahku?"

Junghwan menyeringai. "Apa alasan yang bisa membuatku takut untuk melakukannya?"

Jungkook menoleh ke arah sudut ruangan tempat sang ayah beserta tamu-tamu penting ada di sana. Memang, para prajurit sudah membentuk formasi untuk melindungi. Kyung juga ada di sana dan berdiri di barisan paling depan. Namun, prajurit-prajurit itu sama sekali tak berani bertindak karena orang yang ada di hadapan mereka tetaplah putri Bitae.

Jungkook menjadikan pedangnya sebagai tumpuan untuk kembali berdiri. "Aku tidak akan menyerah semudah itu. Kalian harus membayar nyawa kakak dan ibuku!"







Gadis dengan mata tertutup kain serta pakaian didominasi putih itu menoleh sebelum kemudian menghindari sebuah anak panah yang hampir menancap di kepalanya. Dia juga memutar tubuhnya di udara saat dari arah lain, seorang prajurit berzirah menghunuskan pedang ke arahnya. Dia berakhir berdiri di atas pedang itu. Dirinya menyeringai sebelum kemudian menggunakan pedangnya untuk melumpuhkan musuh yang menyerangnya secara keroyokan itu.

"Seharusnya mereka ada di aula utama," gumam Joohee kemudian melangkah menuju tempat tersebut. Beruntung dirinya bisa tiba lebih awal dan menyingkirkan beberapa prajurit yang kemungkinannya akan menghalangi kelompok Bunga Teratai memasuki istana.

Joohee menghentikan langkah saat prajurit itu membentuk sebuah formasi. Namun, alih-alih merasa terintimidasi, gadis itu justru menganggap semuanya terasa makin seru.

"Jadi ... Siapa yang akan maju lebih dulu?" Joohee mengalirkan energi ke pedangnya, menyeringai sebelum kemudian menancapkan pedangnya ke tanah dan menciptakan aliran energi yang cukup kuat untuk memecah formasi yang sebelumnya dibuat oleh musuhnya. Beberapa bahkan berakhir memuntahkan darah karena energi yang dikeluarkan pedang itu cukup kuat.

Energi kuat itu tentu saja membuat Hwarim melangkah keluar, diikuti beberapa prajurit. Tak hanya Hwarim, Jungkook yang kini membantu Jungkook untuk berjalan pun ikut kelar untuk melihatnya.

"Joohee?" Jungkook cukup terkejut dengan kehadiran Joohee di sana. Dia pikir energinya kacau karena Joohee memang sedang mengobati Yuan. Ternyata salah. Joohee menggunakannya untuk bertarung.

Joohee menyeringai, menunjuk Hwarim yang saat ini berdiri di tangga dengan pedangnya yang masih terlihat mengeluarkan energi berwarna keemasan itu. "Aku kemari untuk merebut mempelai priamu."

Hwarim berdecih sembari melipat kedua tangannya. "Kau bisa melawanku? Aku lebih suka lawan yang sebanding."

"Kurasa itu kalimat yang seharusnya kukatakan." Joohee menyeringai sebelum kemudian berlari untuk mulai menyerang Hwarim. Namun, alih-alih langsung melawan, Hwarim justru membiarkan prajurit lembah biru yang dimiliki Baekhwanjong untuk menyerang mewakili dirinya. Dengan kemampuan mereka, Hwarim merasa Joohee akan berakhir terluka. Apalagi, setahunya Joohee terlihat tak bisa menggunakan giok ajaib itu.

Shadow Of Bitae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang