9 : Kebenaran Yang Diketahui

75 15 11
                                    

Joohee memejamkan mata saat rasa panas itu mulai terasa di bagian yang dicambuk. Dia benar-benar tak menyangka akan mendapatkan perlakuan seperti ini dari menteri Ko.

"Aku tidak menyangka kau akan seserakah itu. Seharusnya sejak awal aku tidak menyetujui soal pernikahan ini." Menteri Ko tentu sangat kesal. Setelah putrinya kabur dari acara pernikahan dan Joohee harus menggantikannya, kali ini dia malah mendengar berita soal Jungkook yang awalnya tak mau menyentuh putri mahkota, mendadak berani menyentuhnya. Sekarang dia malah akan benar-benar kehilangan kekuasaan yang seharusnya dia miliki kecuali membawa kembali Jina ke posisi itu dan membuat Joohee diturunkan dari tahta.

Menteri Ko memegang wajah gadis itu dan mendongakkannya. "Meski kau menggantikan Jina, bukan berarti kau sepenuhnya jadi putri mahkota. Aku pasti akan mengambil posisi ini kembali."

Joohee mendongak untuk mencegah air matanya jatuh. Dia sudah sangat terbiasa mendapat perlakuan seperti ini. Apalagi posisinya yang memang hanya seorang pelayan sebelumnya. Dia pikir setelah menikah dia takkan merasakan kepahitan yang biasanya dia rasakan. Ternyata dia salah besar.

Gadis berbalut pakaian berwarna biru langit itu berusaha untuk berdiri sendiri setelah menteri Ko pergi. Namun, bukannya berhasil menahan air matanya, kini dia malah mulai menangis. Dia hanya berpikir dalam hidupnya memang selalu ada ketidak beruntungan. Bahkan kisah cintanya juga kelihatannya takkan semulus cerita romantis yang selalu dia tulis.

"Air mata itu tidak cocok dengan wajah cantikmu."

Joohee buru-buru menyeka air matanya saat mendengar seseorang berbicara. Dia juga menghindar saat pria itu mencoba melihat wajahnya. Hingga kemudian pria itu memilih menyerah dan tersenyum sebelum kemudian memberikan selembar sapu tangan padanya.

Joohee terdiam kala hidungnya mencium aroma yang tak asing. Yap! Aroma orang yang sebelumnya dia kejar namun gagal. Dia kemudian menoleh untuk melihat wajah pria yang baru saja berbaik hati padanya itu. Dia lantas mengerutkan dahi sebab belum pernah menemui pria yang berbalut jubah pangeran itu.

"Aku ... Jungrim," sapa pria itu diiringi senyum ramahnya. "Apa Yang Mulia tersesat?"

"Aku hanya sedang jalan-jalan ...." Joohee mencoba untuk membuka matanya. Dia merasa tiba-tiba saja matanya terasa berat sebelum kemudian pandangannya benar-benar jadi gelap. Tentu saja hal ini segera membuat Jungrim terkejut dan panik. Apalagi, Joohee hanya sendirian. Beruntung, dia bisa dengan segera menangkap tubuh gadis itu sebelum menyentuh tanah.

Jungrim mengedarkan pandangannya kemudian mendesah kesal karena tak kunjung menemukan siapa pun yang lewat ke sana. Hingga akhirnya dia terpaksa menggendong gadis itu meski risikonya dia akan membuat rumor aneh tersebar. Mau bagaimana pun, dia tetap harus membantu Joohee.

Langkah Jungrim terhenti kala Kyung menghentikannya. "Dia sakit. Aku harus membawanya."

"Apa yang membuatmu punya hak untuk melakukannya?" tanya Kyung dengan dingin.

"Biar kutanyakan hal serupa padamu. Apa yang membuatmu punya hak untuk menghentikanku membantu seseorang?"

"Nona!" Sori menjatuhkan nampan berisi 2 mangkuk minuman dingin yang tadi diminta menteri Ko kemudian berlari secepat yang dia bisa untuk memastikan kondisi Joohee. Aksinya ini tentu saja membuat Kyung serta Jungrim menoleh. "Apa yang terjadi?"

"Dia tiba-tiba pingsan tadi. Aku akan membawanya ke balai pengobatan."

***

Shadow Of Bitae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang