6 : Siapa Mata-Matanya?

79 18 0
                                    

Di sebuah rumah bordil, para pejabat tengah berbincang. Memang tak semua pejabat kerajaan ada di sana. Namun, kehadiran penasihat negara kiri sudah sangat cukup menjelaskan kelompok ini bukanlah kelompok yang bisa disepelekan.

"Bukankah sekarang kita punya alasan yang lebih kuat untuk menggulingkan putra mahkota?" Seorang pria dengan pakaian berwarna oranye itu meletakkan gelas yang tadi dia gunakan untuk menyesap sedikit alkohol malam ini.

"Kau benar. Bukankah semakin jelas putra mahkota saat ini kurang kompeten? Bagaimana menurutmu, menteri Ko? Jangan bilang kau sekarang memihaknya karena dia jadi menantumu." Godaan itu tentu membuat seisi ruangan tertawa kecil. Kelompok tersebut memang sangat ingin menggulingkan Jungkook sejak putra mahkota sebelumnya tewas. Mereka pikir yang akan menduduki posisi tersebut adalah Jungrim. Memang, Jungrim bukanlah pangeran agung. Namun, jika dibanding Jungkook yang punya banyak kekurangan karena hidup di luar istana, Jungrim lebih pantas menduduki posisi itu.

Tak terima dirinya dijadikan lelucon, tuan Ko meletakkan gelasnya dengan keras hingga membuat yang lainnya berhenti tertawa. Saat ini dirinya sungguh tak bisa tertawa. Apalagi karena rencananya menguasai kerajaan sudah pupus di tengah jalan. Jika dia mengatakan bahwa Joohee bukan putrinya, dia malah akan dicap sebagai seorang penipu. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan untuk saat ini adalah berpura-pura sambil memikirkan rencana lain untuk bisa membuat Jungrim menduduki posisi itu persis seperti yang diinginkan selir Hwang.

***

Jungkook menghela napasnya saat mendapati kaki bagian belakang Joohee terluka. Hari ini mereka harus menyapa semua keluarga kerajaan satu persatu dan Joohee bersikeras tak ingin naik tandu. Bahkan saat dirinya berniat untuk menggendong pun, Joohee malah menolak.

Pelan-pelan, Jungkook mengangkat sedikit gaun tidur itu dan meletakkan kaki Joohee di pangkuannya. Dia juga sebenarnya tak ingin memperlakukan Joohee dengan sangat dingin di depan banyak orang. Namun, menurutnya ini malah menjadi pilihan terbaik.

Jungkook mengangkat tangannya saat gadis itu mengganti posisi tidurnya. Dia yakin obat yang dia oleskan pada luka lecet itu pasti terasa perih untuk Joohee. Namun, dia bisa bernapas lega saat gadis itu tak membuka matanya sama sekali.

"Seharusnya kau menyakitiku saja. Aku tau pembelaan apa pun yang kukatakan pasti malah terdengar seperti mengada-ngada," gumam Jungkook sembari mengoleskan obat itu secara perlahan. Dia sangat tahu sedalam apa rasa dendam Joohee. Apalagi mereka memang sering berbincang setelah latihan. "Kau boleh membunuhku jika itu membuatmu tenang. Tapi biarkan aku menyelidiki soal kematian kakakku dulu."

Jungkook menahan napas agar bisa meletakkan kembali kaki Joohee sepelan mungkin. Akan sangat kacau jika Joohee tiba-tiba terbangun di saat-saat seperti ini. Yang ada, mereka akan kembali bertarung nanti.

"Untung saja." Jungkook melangkah sambil berjinjit setelah meniup kembali lilin yang sebelumnya sudah Joohee matikan. Beruntung dia sudah sangat terbiasa dalam urusan mengendap-endap.

"Berikan padanya besok pagi." Jungkook memberikan obat yang dia dapatkan dari balai pengobatan. "Tapi jangan katakan ini dariku."

"Baik, Yang Mulia."

Jungkook melangkah keluar dari istana yang ditinggali Joohee. Meski saat ini banyak rumor mengenai dirinya, Jungkook memilih untuk tak memedulikannya. Dia tak bisa sembarangan bertindak sebab itu hanya akan membuat keselamatan Joohee dalam bahaya. Memang, pernikahan mengejutkan ini sudah cukup membuatnya senang. Namun, untuk saat ini situasinya masih terlalu berbahaya.

Shadow Of Bitae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang