22 : Sambutan yang Dingin

47 8 9
                                    

"Ini ...."

"Ini bisa membuat tubuhmu membaik," jelas Jiwoo diakhiri senyum. Sebagai seseorang yang biasa menjadi gisaeng sebelumnya, tentu membuat wajahnya terlihat berbeda dengan riasan wajah merupakan keahlian tersembunyinya. Jadi, diam-diam dia mengunjungi penginapan tempat Jungkook dan Joohee menginap untuk menjenguk.

"Terima kasih."

Joohee tersenyum kemudian mencicipi sup daging yang dibuat oleh Jiwoo. Meski gadis itu memang lebih suka menempa senjata. Namun, Jiwoo memiliki segudang bakat salah satunya adalah memasak. Masakannya memang selalu enak dan membuat rasa rindu Joohee terhadap masakan sang ibu akan terobati.

"Sepertinya sebentar lagi kau akan dijadikan selir oleh putra mahkota."

Mendengar pernyataan tiba-tiba dari Jiwoo, tentu membuat Joohee segera tersedak bahkan membuat gadis itu sangat panik.

"Astaga, kenapa kau bisa sekaget itu? Dia selalu memerhatikanmu dan sangat menyayangimu. Jika tidak, dia pasti akan langsung kembali ke istana tanpa menunggu dirimu pulih," jelas Jiwoo setelah memberikan segelas air putih pada Joohee. "Biar kukatakan. Jadi selir itu tidak apa-apa. Aku yakin putra mahkota akan memperlakukanmu dengan sangat baik. Apalagi ... Kudengar pernikahannya itu hanya untuk urusan politik."

Memang, yang Jiwoo katakan ada benarnya. Bahkan saat dirinya meminta Jungkook untuk pulang lebih dulu, pria itu malah menolak dan mengalihkan pembicaraan. Namun, menganggap pria itu menyayanginya juga bukan hal yang bisa Joohee lakukan. Dia takut malah tersakiti oleh pikirannya sendiri.

"Eonni terlalu berpikiran jauh. Tuan Yun memang orang yang sangat baik," ujar Joohee kemudian kembali menyeruput kuah sup itu. Dia mencoba menahan tawa karena ketidak tahuan Jiwoo soal pernikahannya dengan Jungkook.

"Tapi hal baik yang dia lakukan padamu itu berbeda. Apa kau tidak curiga soal ini?"

"Dia bahkan menyelamatkan kalian. Bukankah itu artinya dia memang benar-benar orang baik?" tanya Joohee untuk sedikit mengelak meski dalam hatinya, dia benar-benar berteriak kesenangan karena bukan hanya dirinya yang merasa demikian. Bahkan orang yang melihat saja merasa Jungkook memang sangat menyayanginya. Namun, dia tak berani benar-benar berasumsi Jungkook memang sangat menyayanginya. Apalagi saat ini dirinya sedang berpura-pura menjadi Jina. Bagi Jungkook, dirinya hanya seseorang yang harus dibunuh untuk menebus kematian kakaknya.

"Apa aku perlu mengatakan padanya soal perasaanmu?"

"Eonni ...."

***

"Aku tahu, aku tampan. Tapi terus menatapku alih-alih tidur, tidak akan membuat tubuhmu pulih lebih cepat." Jungkook tak menatap gadis itu. Dia sedang membaca buku catatan kas yang dibawakan Hoon. Sejauh ini, kas yang ada di perbatasan itu tak ada yang aneh. Dia curiga buku kas yang ada di tangannya bukanlah yang asli.

"Aku tidak memerhatikanmu sama sekali."

Jungkook menutup buku kas itu kemudian melangkah menghampiri ranjang. "Lebih baik kau tidur. Kau belum benar-benar pulih. Atau ... Tubuhmu terasa tidak nyaman lagi?"

Joohee tersenyum kemudian menggeleng. Yang Jiwoo katakan memang benar. Tatapan tulus itu sudah membuktikan dengan jelas seberapa besar rasa sayang yang dimiliki pria tersebut.

"Kau tidak menutupi sesuatu 'kan? Penyerang itu sungguh tidak melakukan sesuatu padamu 'kan?"

"Tidak ada. Aku juga tidak tahu apa alasan tubuhku tiba-tiba seperti ini. Tapi tenang saja. Besok pagi aku sudah baik-baik saja dan kita bisa segera pulang."

Shadow Of Bitae✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang