ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKTUH.
BAGAIMANA KABAR KALIAN? SEMOGA SELALU SEHAT DAN BAHAGIA.
HAPPY READING 📚.
SALAM SAYANG DARI AKU💙.***
Aku baru baca ulang part-part sebelumnya yang aku up, ternyata banyak banget typo😭.
Semoga kalian tetap paham ya meskipun typo, aku lagi revisi pelan-pelan, biar kesalahan typonya lebih minim.
***
Malam itu, harusnya ada pesta sebagai bentuk kebahagiaan karena akan hadirnya anggota baru di keluarga mereka, Aziza sudah merencanakannya sendiri. Dia menjadi orang pertama yang Azila beri tahu tentang kabar bahagia tersebut lewat telepon. Dia tentu ikut bahagia, maka dari itu Dia berencana membuat kejutan, dan tragedi itu berawal dari sana.
Aziza tidak tahu, bagaimana lilin-lilin yang Dia susun di teras belakang rumah bisa menjadi bencana, padahal Aziza hanya meninggalkan lilin tersebut beberapa menit, karena Dia harus membuka pintu, menyambut tamu spesialnya hari itu yang baru pulang dari rumah sakit. Azila Jamila.
Raut kebahagiaan dan tawa yang terukir saat itu langsung digantikan kekhawatiran saat mereka melihat kobaran api yang menyebar dengan sangat cepat, mungkin karena rumah mereka adalah rumah tradisional yang didominasi dengan kayu.
Aziza dengan kesadaran penuh langsung menarik tangan kembarannya untuk segera keluar, karena memang hanya ada mereka berdua di rumah saat itu.
Namun, saat mereka melewati pintu dapur, langkahnya terhenti, sekeliling rumah sudah dipenuhi oleh api, bahkan atap rumah. Aziza menoleh ke arah Azila yang ikut mematung, hawa panas mulai terasa, gumpalan asap membuat dada mereka merasa sesak, satu-satunya langkah untuk selamat hanya berlari sekuat tenaga ke arah pintu utama.
"Maaf, Azila, maaf untuk semuanya. Maaf untuk kamu, untuk anak, untuk keluarga, dan untuk cintamu." Aziza rerduduk di lantai, badannya Dia sandarkan pada kasur.
Saat ini Aziza mengunci dirinya di kamar tamu, setelah mengatakan semuanya kepada Faizal, pria yang masih berstatus suaminya itu hanya terdiam, bahkan saat Aziza mulai melangkah menjauh, Faizal tetap pada posisinya dengan tatapan yang sulit Aziza artikan. Dia sadar dengan itu, Dia tahu bahwa sebenarnya Dia yang mengecewakan Faizal.
Jika Aziza bisa memilih, maka Dia tidak ingin ada hubungan dengan Faizal, Dia tidak ingin mempunyai perasaan kepada Faizal, dan Dia tidak ingin dipertemukan oleh Faizal.
Aziza bersandar dengan mata tertutup, mukenah masih melekat pada tubuhnya karena baru saja melaksanakan shalat magrib, Dia sudah mencurahkan semua kepada Rabbnya, maka dari itu sekarang Dia sudah lumayan tenang.
"Aku harusnya nggak di sini, bagaimana aku bisa menjalin hubungan dengan Faizal?" gumam Aziza, akhirnya Dia memilih beranjak keluar dari kamar. Semuanya terlihat berkumpul di ruang tamu, menatapnya yang perlahan melangkah keluar.
Alif memang melarang mereka untuk menganggu Aziza, laki-laki itu tahu jika waktu adalah hal yang adiknya butuhkan sekarang.
"Nak, mau makan? Kamu belum makan dari tadi siang," tanya Zahrah sambil berdiri, Aziza menggeleng tanpa ingin menatap Zahrah, Aziza memilih melanjutkan langkahnya untuk kembali ke kamarnya.
"Aku pamit pulang dulu," ucap Faizal tiba-tiba, tentu masih dapat terdengar oleh Azila yang baru akan menginjakkan kaki pada tangga.
Ada rasa sakit direlung hati Aziza saat mendengar ucapan Faizal, mata yang tadinya sudah lelah megeluarkan air, justru sekarang dengan suka rela kembali meneteskan apa yang ditampungnya. Aziza menunduk, mengeraskan pegangannya pada pegangan tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persimpangan Jalan
Genel KurguKira-kira bagaimana perasaan kalian, ketika ada beberapa orang yang tidak kalian kenali mengaku menjadi keluarga, bahkan salah satunya mengaku menjadi calon suami, bagaimana? Mungkin yang kalian rasakan adalah hal yang juga Aziza rasakan. Merasa as...