4. LO

7.2K 289 0
                                    

"Mama-mama." Teriakan itu membuat Cecily perlahan membuka matanya.

Mata Cecily langsung terbuka lebar saat menyadari jika ia tertidur, sial. Meski badan Cecily terasa pegal-pegal karena tidur di sofa, Cecily tetap berusaha untuk bangun.

"Kok mama tidur di sofa?."

Pertanyaan dari Alessandro sontak membuat Cecily menoleh pada anak nya itu.

"Mama ketiduran abis nonton tv."

Hanya itu jawaban yang Cecily berikan, Cecily bangkit dan melihat jam yang ada di dinding. Ternyata sudah pukul delapan pagi.

Seperti nya pria itu sudah berangkat, Cecily membasuh wajahnya terlebih dahulu di kamar mandi bawah dan kemudian berjalan ke arah Alessandro yang sedang menonton tv.

"Lessa, kita sarapan di luar aja yuk."

Dapat Cecily lihat, Alessandro berpikir sejenak dan kemudian mengangguk. Cecily menggandeng tangan mungil itu untuk keluar.

"What are you doing, aku menunggu mu untuk membuat sarapan."

Suara datar dari pria itu langsung membuat Cecily menghentikan langkah nya. Cecily mengerutkan keningnya bingung, mengapa pria ini belum berangkat juga.

Cecily menghela nafas dan menoleh pada Alessandro yang juga melihat nya.

"Lessa, kita sarapan di rumah aja ya, ga jadi di luar, ternyata papa masih ada di rumah."

Ucap Cecily lembut berusaha memberikan pengertian pada Alessandro. Tatapan Alessandro tak sengaja bertabrakan dengan milik sang papa.

Sayang sekali, pemilik bola mata yang sama dengan nya itu bukan tatapan hangat yang di berikan papa nya itu, pria itu malah memberikan tatapan tajam kepada sang anak.

Alessandro menunduk dan kemudian mengangguk pelan. Cecily membawa tangan kecil Alessandro ke dapur, berniat agar anak itu sekalian menemani nya memasak.

"Sebagai permintaan maaf mama, mama masakin apa aja yang Lessa mau."

Alessandro yang awalnya murung langsung bersemangat, entah murung karena tak jadi sarapan di luar atau karena tatapan tajam sang ayah, entahlah hanya Lessa sendiri yang tau.

"Lessa mau spagetti ma, boleh gak?." Tanya Alessandro semangat, Cecily terdiam sejenak dan kemudian mengangguk.

Alessandro bertambah senang saat sang mama mau membuatkan nya.

"Ma, Lessa kapan beli peralatan menulis nya?, Kevin katanya udah di beliin sama papa nya."

Ya Kevin, tetangga sebelah, Alessandro memang sering bermain dengan Kevin, anak itu juga seumuran dengan Alessandro.

Cecily menepuk keningnya saat menyadari jika ia melupakan hal penting seperti itu, padahal dua hari lagi Alessandro akan sekolah.

"Iya, nanti di beli habis sarapan ini."

Ucap Cecily dan kemudian melanjutkan masakan nya.

Lima belas menit berlalu, Cecily akhirnya selesai dengan masakan nya. Dengan hati-hati Cecily menata spagetti itu untuk tiga piring dan membawa nya ke atas meja makan.

Cecily memperhatikan sang anak yang sedang menaiki kursi, saat di rasa posisi Alessandro sudah pas, Cecily langsung mendekatkan piring tadi di depan Alessandro.

Begitu juga pada Gerrad, Cecily mendekatkan piring itu ke depan pria itu tanpa menatap wajah Gerrad.

Cecily sudah cukup muak dengan pria itu, dengan perlahan mereka mulai memakan sarapan dengan tenang.

Cecily memakan makanan nya sambil berbicara dengan Alessandro. Anak nya itu banyak bercerita tentang Kevin.

Cecily harap, Alessandro tak pernah membandingkan bagaimana hidupnya dengan teman nya itu, mengingat betapa bahagia nya Kevin yang di apit oleh keluarga yang harmonis.

Cecily kadang heran, apakah hati pria di sampingnya ini tak tersentil sedikit pun saat mendengar cerita sang anak?, apa ia tak kasihan sama sekali dengan sang anak yang tak pernah mendapatkan kasih sayang dari nya.

Entahlah, Cecily tak tahu dan tak mau peduli, mengharapkan pria itu sama saja seperti mengharapkan sang papa untuk hidup kembali.

Dua puluh menit berlalu, mereka menyelesaikan sarapan.

"Lessa, ayo cepetan, katanya mau beli alat tulis."

Ajak Cecily saat melihat Alessandro yang berjalan ke arah ruang keluarga. Alessandro hanya memberikan cengiran lebar, pertanda ia lupa.

Dengan cepat, Cecily menggenggam tangan sang anak meninggalkan Gerrad yang sedang merapikan kemeja.

><

Satu jam berkeliling di toko buku, akhirnya Cecily dan Alessandro mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Dengan langkah santai, Cecily menuju kasir di ujung ruangan.

"Cecily?."

Panggilan dari seseorang, menbuat Cecily dan Alessandro yang awal nya fokus dengan belanjaan mereka menoleh.

"Zea?." Panggil Cecily balik dengan penuh semangat.

"Kamu apa kabar." Tanya Zea setelah mereka berpelukan.

"Baik, kami sendiri gimana?." Tanya Cecily balik.

"Baik, apalagi setelah ketemu kamu."

Cecily terkekeh pelan mendengar ucapan sahabatnya semasa sma ini. Sudah lama mereka tak bertemu, semenjak Cecily menikah dan Zea menjalani kuliah.

"Loh, ini anak kamu Ce?."

Pertanyaan dari Zea langsung di balas anggukan kepala oleh Cecily.

"Lucu banget."

Alessandro tak tahu harus bereaksi seperti apa, apalagi saat teman sang mama ini mencubit pipi nya.

"Namanya siapa?."

"Alessandro."

"Bagus banget namanya."

"Oh beli alat tulis ya?." Sambung Zea saat melihat belanjaan Cecily.

"Iya, Lessa akan mulai sekolah dua hari lagi."

Zea mengangguk-ngangguk mengerti.

"Suami kamu mana ce?." Pertanyaan dari Zea langsung membuat Cecily menoleh.

"Kerja dong."

Hanya itu jawaban dari Cecily.

"Kamu bahagia kan?."

Cecily mengerutkan keningnya pura-pura tak mengerti dengan pertanyaan wanita di depan nya ini.

Cecily tau, jika Zea mengetahui apa yang menyebabkan ia menikah dengan cepat, mengingat Cecily menceritakan semuanya pada Zea.

"Bahagia dong, kalau gak bahagia gak mungkin ada Lessa." Ucap Cecily dan kemudian ia terkekeh pelan.

"Yaudah bagus deh kalau gitu, yaudah aku duluan ya, udah ditungguin mama soalnya." Pamit Zea dan melambaikan tangan pada Cecily.

Cecily ikut membalas lambaian tangan itu dengan senyum lebar.

"Ma, ayo, udah selesai kan."

Rengekan dari Alessandro membuat Cecily sadar dan akhirnya menuntun tangan sang anak untuk keluar dari toko.

LAST OPTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang