Jangan lupa vote dan komen kalau mau lanjut, ga pada vote = ga updateee
.
.
.Mata Cecily terbuka, hal pertama yang ia lihat adalah ruangan putih serta teriakan sang anak.
"Nenek nenek, mama udah bangun." Teriak Alessandro sambil meloncat-loncat.
"Astaga, syukur kamu udah bangun sayang, mama khawatir sekali."
"Kata Gerrad kamu jatuh dari kamar mandi." Lanjut Gena, sang mertua.
Rasanya mendengar itu Cecily ingin tertawa terbahak-bahak. Bisa-bisanya pria itu memberikan alasan murahan.
"Ma, kok mama diem aja."
"Mama marah sama Lessa ya?."
Cecily berusaha tersenyum saat sang anak mengatakan itu, meski rasanya bibir dan pipi nya sungguh sakit dan tegang.
"Engga."
"Gimana, Lessa sekolah gak tadi?."
"Sekolah, tapi sama nenek." Cecily membalas dengan senyum saat mendengar jawaban sang anak.
"Ma, boleh ambilin Cecily minum?." Tanya Cecily pelan.
"Oh, iya iya." Gena mengambil air yang ada di nakas di samping kasur dan memberikan sebuah sedotan kepada Cecily.
"Terima kasih." Ucap Cecily, Gena yang mendengar itu langsung mengangguk.
"Yaudah, tunggu di sini, mama mau manggil dokter buat periksa kamu lagi."
"Lessa jangan tinggalin mama." Ucap Gena sebelum pergi.
"Enggak dong, kalau Lessa tinggalin mama, nanti mama sama siapa, mama kan cuma punya Lessa."
Hati Cecily langsung menghangat mendengarkan ucapan polos dari sang anak.
"Terima kasih Lessa, love you Lessa banyak-banyak." Ucap Cecily tanpa senyum.
"Love you mama more more more."
Mereka tertawa setelah itu, Cecily memperhatikan Alessandro yang berjalan ke arah sofa yang ternyata ada tas sekolah sang anak.
"Ma, liat, Lessa tadi belajar nama hewan-hewan." Ucap Alessandro sambil membawa sebuah buku yang berisi gambar gambar hewan.
"Ohya, kalau yang ini apa namanya?, mama gak tau." Tanya Cecily berpura-pura tidak tau.
"Ini namanya kura-kura ma."
"Kata bu guru kura-kura itu jalan nya lambat banget, kaya gini." Lanjut nya sambil memperagakan gerakan kura-kura.
Cecily terkekeh pelan melihat ini.
"Sini, cium dulu." Ucap Cecily sambil memajukan pipi pada sang anak.
Alessandro mengecup semua wajah Cecily meski agak kesusahan, mengingat tempat tidur yang lumayan tinggi.
Tak lama, dokter datang dengan Gena yang ada di belakang.
"Ijin ya."
Ucap dokter itu sambil merasakan detak jantung Cecily dengan stetoskop.
"Nanti sore ibu udah boleh pulang, mengingat keadaan nya mulai membaik, hanya tinggal perbaikan luka." Ucap wanita umur lima puluh tahunan itu setelah memeriksa Cecily.
"Yey, terima kasih dokter." Ucap Alessandro semangat.
"Sama-sama."
Cecily tersenyum saat melihat reaksi Alessandro, setidak nya di dunia ini masih ada Alessandro yang tulus menyayanginya.
☆
Cecily berusaha mengalihkan pandangan nya saat Gerrad, sang suami memasuki ruangan.
"Yaudah, karena udah ada Gerrad mama mau pulang dulu, Lessa, ayo ikut nenek."
Sayangnya Alessandro menggelengkan kepalanya.
"Gak mau, maunya sama mama."
"Yaudah, nenek duluan, oh iya, nanti istri mu udah bisa pulang jam lima nanti." Ucap Gena.
Gerrad mengangguk sebagai jawaban.
Keadaan menjadi hening saat hanya tinggal mereka bertiga. Tak ada yang berniat membuka suara sama sekali.
"Ma, Lessa mau apel yang di kasih nenek."
Cecily yang matanya tertutup itu langsung terbuka. Mata Cecily melihat ke arah nakas tempat apel.
Agak jauh dari Cecily, tetapi wanita itu tetap berusaha untuk duduk dari tidur nya. Tidak mungkin ia akan meminta tolong kepada lelaki yang duduk di ujung sofa sana. Dan yang sakit adalah pipi serta bibirnya, bukan tangan nya.
Lagi pula rasanya perasaan kesal masih bertumpuk di dalam hati Cecily.
Ia tak tahu salah apa, Cecily benar-benar tahu. Apa yang ia lakukan saja Cecily tak tahu, bagaimana bisa lelaki itu melakukan sesuatu yang menurut nya sangat kasar.
Pria itu menamparkan dua kali, di tempat yang sama.
Pertama kali sejak lima tahun ini pria itu melakukan kekerasan seperti ini. Cecily tak tahu harus berkata apa lagi.
Cecily mulai mendudukkan diri, sayang nya sakit yang ada di area bawah sama masih ada. Cecily menggigit bibir nya menahan rasa sakit.
Ok, Cecily tak bisa.
"Lessa, makan apel nya nanti aja ya, ternyata pinggang mama masih sakit banget, belum bisa dudu atau berdiri." Jelas Cecily pada Alessandro yang duduk di samping nya.
"Oke mama, gak papa."
Cecily tersenyum kecil melihat respon Alessandro. Rasanya Cecily ingin berterima kasih sekali kepada tuhan yang memberikan Cecily anak sebaik dan sepintar Alessandro.
Cecily mengelus-ngelus rambut Alessandro, lima belas menit berlalu, mereka tertawa saat mendengar suara perut dari Alessandro.
"Loh, kalau laper kenapa gak pulang aja sih sama nenek." Ucap Cecily dengan nada bercanda.
"Alessandro gak mau ninggalin mama sendirian." Bisik Alessandro.
Cecily langsung terdiam mendengar ucapan sang anak. Alessandro telah mengerti semuanya. Mengerti jika sang papa tak akan peduli dengan mama nya, yang tak akan menolong mama nya.
Cecily berusaha turun dari tempat tidur, menahan sakit, agar mengambil beberapa roti yang ada di laci nakas, di bawah.
Gerrad yang melihat itu langsung berdiri dan menahan kaki Cecily yang akan turun ke bawah.
"Bodoh." Bisik pria itu tepat di telinga Cecily.
Gerrad membungkukkan badan nya untuk mengambil roti yang ada di laci nakas.
"Makan." Ucap pria itu datar sambil memberikan dua buah roti pada Alessandro.
Alessandro nampak diam, tak mengambil roti yang ada di tangan sang mama.
Cecily dengan kasar mengambil roti yang ada di tangan sang suami.
"Ini, katanya Lessa laper." Ucap Cecily lembut.
"Gak papa, ambil aja." Ucap Cecily saat melihat ada keraguan di wajah sang anak.
"Makasih ma." Ucap Alessandro, Cecily mengangguk kan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAST OPTION
RomanceJika Gerrad sang suami hanya tak mencintai nya, Cecily masih dapat menerimanya, tetapi mengapa pria itu juga mengabaikan anak mereka?, apakah waktu 5 tahun ini tak cukup untuk menumbuhkan sedikit rasa cinta di dalam hati pria itu?.