Jadi bagaimanakah kelanjutannya....
Pernah dengar istilah jalan langit? Istilah untuk sesuatu yang mustahil atau sulit menjadi mungkin dan mudah. Keberhasilan yang datang tidak semata dari usaha. Aku jadi inget nasehat Bapak dulu, mengharapkan keberhasilan jangan hanya mengandalkan usaha tapi juga berdoa, jangan abaikan kekuatan doa. Dan doa itu tengah aku lantunkan dalam hati ketika Pak Aryo mengumumkannya rencana pengobatan dan recovery ke Singapore selama kurang lebih dua bulan saat meeting mingguan pagi ini.
Pak Hendri dan Bu Mita ditunjuk sebagai Project Leader selama Pak Aryo di Singapore. Meeting menjadi memakan waktu lebih lama karena Pak Aryo mensetting rencana kerja setiap departemen hingga dua bulan ke depan, memastikan semua projek berjalan dan selesai sesuai rencana. Pak Aryo akan benar-benar off dari kantor selama 3 minggu, selanjutnya hadir di meeting secara online.
Tak heran Pak Aryo selalu datang lebih pagi dan pulang lebih lama daripada kami, karyawannya, karena ia memikirkan semuanya secara detail. Ehm mungkin yang ada di pikiran Pak Aryo kerja, kerja, kerja.....
Walaupun aku sudah tahu rencana Pak Aryo dari jauh hari tetap saja saat mendengar dia mengumumkan ada perasaan sedih dan khawatir. Aku tidak tahu detail kondisi Pak Aryo tapi pasti opsi terakhir untuk kesembuhannya ini – mungkin bisa berdiri dan berjalan – bukan tindakan ringan. Seberapa besar efek sampingnya pada kesehatan fisik dan mental Pak Aryo. Ingatan itu membuat rasa khawatirku bertambah.
Aku melihat ke depan, di mana Pak Aryo tengah bicara, tapi aku tidak benar-benar memperhatikan apa yang dia bicarakan, lebih fokus pada sosoknya yang tidak akan aku lihat selama dua bulan. Tidak akan melihat senyumnya, tidak akan mendengar suaranya di interkom yang menyuruhku ke ruangannya.
"Ayu."
"Iya Pak." Panggilan Pak Aryo membuat aku tergagap dan panik, balpoint yang tengah aku pegang, meluncur jatuh ke bawah meja, semua orang menoleh, membuat mukaku terasa panas.
"Ada yang mau ditanyakan atau saran?"
"Tidak Pak," ujarku sambil meringis.
"Yang lain ada? Kalau tidak ada selesai meeting hari ini."
Meeting selesai. Aku membereskan berkas di meja sebelum beranjak dan keluar dari ruang meeting seperti yang lain. Aku masih memikirkan pengobatan Pak Aryo ke Singapore, berharap ada jalan langit yang membuat pengobatannya berjalan lancar. Sampai di meja kerja, aku mengecek email pekerjaan yang dikirim Pak Aryo dan mulai mengerjakan tak lama telepon interkom di meja berdering.
"Ayu, bisa ke ruangan saya sebentar?" suara Pak Aryo di sebrang sana, perintah yang tidak lagi membuat nyaliku mengkeret karena ketakutan, malah aku tunggu-tunggu. Ya Tuhan pikiran macam apa ini?! Aku buru-buru mengenyahkan pikiran tak karuan itu.
Pak Aryo tersenyum begitu aku masuk ruangannya, sangat tidak biasanya.
"Pagi Pak." Aku menyapanya dan duduk di kursi di hadapannya.
"Pagi. Ini berkas untuk Pak Indra, tolong sampaikan kalau kamu ke Klaten," Pak Aryo menyerahkan sebuah map.
"Iya Pak, mungkin lusa saya ke Klaten," ucapku begitu menerima berkas itu.
"Tentang pengobatan saya ke Singapore, di rumah sakitnya kurang lebih tiga minggu selebihnya recovery . Selama di rumah sakit mungkin saya tidak bisa dihubungi, jika ada hal urgent bisa diskusi dengan Bu Mita atau Pak Hendri. Sesekali Ibu akan inspeksi ke sini. Ya, sebenarnya Ibu belum benar-benar pensiun." Pak Arto tertawa pelan, seolah itu hal lucu. "Diam-diam Ibu selalu memantau." Ini mengingatkanku pada perselisihan yang aku dengar tak sengaja tentang pengrekrutan aku secara sepihak yang dilakukan Bu Hardjo. Kalau dipikir-pikir tidak berlebihan Pak Aryo tidak setuju dengan keputusan Ibunya mengangkatku jadi karyawannya, terlebih kemampuanku saat itu tidak sesuai kebutuhan perusahaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Boss
ChickLitCerita dengan genre chicklit, komedi romantis. Romantika working girls, bukan drama cinta ala CEO. Waktu selalu punya cara membuat kejutan tak terduga, terutama dalam hal melibatkan perasaan..... Saat jatuh cinta dalam diam dan diam-diam. Sayangnya...