Terima kasih yang masih mengikuti cerita ini, akhirnya tiba di bagian akhir....
Ini hari pertama aku kembali bekerja di kantor Bu Hardjo, aku terbiasa menyebut kantor Bu Hardjo, walaupun perusahaan ini punya nama. Tidak bisa juga aku menyebutnya kantor Mas Aryo walaupun kini dia yang memegang perusahaan ini.
Perasaanku tidak bisa dibilang biasa-biasa saja, ada rasa gugup yang membuat jantung berdebar cukup kencang sepanjang perjalanan dari rumah ke sini. Tidak banyak yang berubah dengan fasad kantor ini, hanya catnya terlihat baru. Nampak ada bangunan tambahan di samping. Jumlah motor yang terparkir rasanya lebih banyak dari yang terakhir aku lihat sekitar satu setengah tahun lalu.
"Mba Ayu, apa kabar?" sapa Asti begitu aku sampai di meja resepsionis."Panglingan," katanya setelah kami cipika cipiki.
"Mau ketemu siapa? Pak Aryo ya?"
"Iya."
"Duduk dulu Mba," Asti menunjuk sofa. "Sekarang Pak Aryo datangnya agak siang, jam setengah delapan."
"Iya, terima kasih." Aku duduk di kursi tunggu tamu.
Satu persatu karyawan yang kebanyakan aku kenal datang, menyapa dan sedikit berbasa-basi, Pak Hendri, Bu Mita, Andini, Pa Radit dan Mba Mirna yang dulu mendugaku resign karena Pak Aryo. Apa reaksinya ya kalau dia tahu dugaannya benar? Mereka semua mengira aku hanya bertamu ke sini untuk bertemu Pak Aryo karena suatu urusan.
Aku memang meminta Mas Aryo untuk tidak memberitahukan karyawan lain jika aku kembali kerja di sini sampai hari ini. Aku juga meminta hubungan kami dirahasiakan sampai hari pertunangan agar bisa bekerja di sini dengan lebih leluasa, tanpa embel-embel pacar Pak Aryo dan dia setuju.
Yang aku tunggu akhirnya datang dengan suara ketukan tongkatnya yang khas. Spontan aku menahan nafas saat melihatnya, masih terpesona dengan penampilan segarnya di pagi hari, rambut yang kelimis, kemeja dengan lipatan rapih dan mimik serius. Samar-samar aku mencium wangi parfumnya yang maskulin.
"Hai, dari tadi?" tanyanya, dia berjalan mendekat.
Aku berdiri,"Iya Pak." Tapi dia malah menarik tanganku untuk duduk. Aku melihat ke arah Asti dengan panik, untunglah Asti sedang menunduk, sepertinya tengah menuliskan sesuatu. Setahuku, Pak Aryo bukan orang yang sok akrab, bisa bercanda apalagi sambil melakukan kontak fisik dengan karyawan perempuan, jadi jika Asti melihat yang Pak Aryo lakukan tadi akan curiga.
"Sudah sarapan?"
Ya ampun pertanyaan apa ini? Pak Aryo yang kukenal tidak pernah basa-basi menanyakan hal kecil seperti ini pada karyawannya. Dia atasan yang cuek, basa-basi seperlunya kalau di luar urusan pekerjaan.
"Saya sudah sarapan Pak," Jawabku formal.
Dia malah tertawa lalu berkata,"Temenin aku sarapan sebentar ya, meetingnya baru mulai setengah 9."
Aku melotot sebagai isyarat tidak suka. Pasti Mas Aryo pura-pura lupa dengan kesepakatan yang sudah kami buat.
"Langsung ke ruangan saya Rahayu, kita bahas sebelum meeting," katanya sambil beranjak dari kursi, ekspresinya berubah serius. Aku membuntuti dari belakang.
"Nggak lucu Mas Aryo, gimana kalau Asti tadi melihat." Aku sudah berada di ruangannya, duduk berhadapan di meja kerjanya. Aku jadi teringat, dulu duduk di sini dengan perasaan takut dimarahi.
"Ya nggak apa-apa," katanya ringan. Dia meletakkan tas laptop dan kotak bekalnya di meja
Aku berdecak kesal. Tapi sepertinya kekesalanku tidak berpengaruh, dengan ekspresi santai dia mulai membuka kotak bekalnya. Aku bisa melihat menunya, buah pisang, potongan apel, dua telur rebus dan ubi merah kukus. Beberapa waktu lalu Mas Aryo cerita kalau berat badannya harus stabil agar kakinya bisa kuat menopang tubuhnya.
"Kamu beneran sudah sarapan?"
"Sudah."
"Mau nyoba?" tawarnya sambil mendorong kotak bekalnya ke arahku.
"Nggak Pak, terima kasih."
"Nggak usah formal begitu kalau kita lagi berdua," ujarnya dengan tawa meledek.
Respon formal itu terjadi secara spontan tapi ledekannya membuat aku kesal. Tingkah Mas Aryo pagi ini benar-benar membuat aku gemas. Akhirnya dia selesai sarapan dan kami menuju ruang meeting.
Beberapa orang sudah ada di sana, menatapku dengan heran. Aku memilih duduk di kursi yang jauh dari Mas Aryo, walaupun dia memintaku duduk di kursi di sebelahnya yang masih kosong.
Mas Aryo membuka meeting lalu mengenalkanku sebagai karyawan baru di sini. Karyawan yang sudah mengenalku nampak terkejut sebelum mengucapkan selamat datang. Pak Hendri mengacungkan jempolnya. Bu Mita menatapku dengan suka cita. Respon-respon positif yang menghilangkan kegugupanku.
"Saya juga mau sekalian mengumumkan hal lain," ujar Mas Aryo setelah suasana kembali tenang. Dia menatapku.
"Saya dan Rahayu akan bertunangan sekitar dua bulan dari sekarang, mohon doanya agar semuanya lancar."
Aku benar-benar terkejut, kurasakan mukaku panas karena malu. Di tengah gumanan Aamiin yang terdengar, aku memelototi Mas Aryo dan dia membalasnya dengan senyuman.
Aku benar-benar tidak fokus dengan meeting pagi ini, mukaku masih terasa panas, ada rasa canggung setiap ditatap atau menatap orang-orang yang ada di ruangan. Harusnya, kalau pun Mas Aryo mau mengumumkan pertunangan kami, ya diakhir meeting, saat akan ditutup, jadi aku tidak secanggung ini. Tatapan mata kesal yang aku tujukan padanya selalu dibalasnya dengan senyuman.
Selesai meeting, semua yang ada di ruangan ini mengucapkan selamat sebelum keluar, hingga akhirnya tinggal kami berdua.
"Mas Aryo kok gitu sih, kita kan sepakat untuk merahasiakannya dulu." Sepertinya, ini adalah puncak kekesalanku pagi ini, ditambah melihat ekspresi wajahnya yang tanpa rasa bersalah.
"Aku minta maaf," katanya sambil tersenyum. "Tapi masa harus menunggu dua bulan hanya untuk bisa makan siang bareng, setelah kita bertunangan." Itu juga permintaanku, sebelum pertunangan tidak ada acara makan siang bareng atau ngobrol di kantor berdua selain masalah pekerjaan.
Aku merenggut kesal.
"Kelamaan, Sayang. Hari ini kita makan siang bareng ya."
END
Complicated Boss hanya fiksi jika ada kesamaan tepat atau kejadian hanya kebetulan.
Mohon tidak memplagiasi cerita ini dengan menerbitkan di platform lain (setelah diganti judulnya) karena jika itu terjadi saya tidak ikhlas satu rupiahpun. Pake tenaga dan pikiran Guys, bikin cerita itu.
Ada tiga bab extra part buat yang belum bisa move on dari kebucinan Aryo dan Ayu, yang penasaran apa yang dibicarakan Bu Hardjo saat minta ketemu Ayu juga tentang kondisi kesehatan Aryo pasca kecelakaan, ada di ekstra part.
Ekstra part No Spicy Content alias tidak ada cerita penggambaran adegan seksual – selain kiss, hanya cerita romantis yang bikin baper, kebucinan Ayu dan Aryo dan kebiasaan satu sama lain yang bikin kesel sekaligus baper.
Yang suka thriller romance, cerita ala detektif, bisa baca Hidden Evidence.
Abis Hidden Evidence tamat baru mau nulis cerita yang manis dan romantis lagi hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Boss
ЧиклитCerita dengan genre chicklit, komedi romantis. Romantika working girls, bukan drama cinta ala CEO. Waktu selalu punya cara membuat kejutan tak terduga, terutama dalam hal melibatkan perasaan..... Saat jatuh cinta dalam diam dan diam-diam. Sayangnya...