Cerita dengan genre chicklit, komedi romantis.
Romantika working girls, bukan drama cinta ala CEO.
Waktu selalu punya cara membuat kejutan tak terduga, terutama dalam hal melibatkan perasaan.....
Saat jatuh cinta dalam diam dan diam-diam. Sayangnya...
Terima kasih yang masih mengikuti cerita ini, sudah di penghujung bab.
Minggu terakhir aku bekerja di sini, ada rasa sedih karena harus meninggalkan pekerjaan yang aku sukai tapi ada rasa lega karena akhirnya kembali ke Yogya. Aku menatap tumpukan palet yang tingginya mencapai 4 meter, berderet, tersusun sangat rapih. Suara forklift yang tengah bergerak maju mundur menjadi suara yang khas di ruangan ini. Sesekali terdengar orang berbincang melalui walkie talkie. Salah satu ruangan yang akan aku rindukan, memang tidak setiap saat ke sini, lebih banyak melihat ruangan ini via cctv dari kantorku di Jakarta, ikut mengecek batch produk yang keluar masuk untuk keperluan dokumentasi.
Minggu ini launchingbatch produk pertama untuk eksport ke Eropa Timur, itu sebabnya aku di sini. Truk kontainer yang akan membawa produk sudah stand by, beberapa staf ware house terlihat tengah mengecek sejumlah dokumen yang diperlukan.
Ada acara gunting pita oleh Mr. Furukawa, Plant Manager, syukuran nasi tumpeng di kantin siang nanti. Jadi spesial hari ini semua karyawan factory makan nasi tumpeng. Dan tentu saja ada meeting. Aku harap bukan meeting panjang. Aku sudah kurang bergairah mengikuti meeting-meeting panjang.
Aku teringat obrolan dengan Bu Amel beberapa minggu lalu. "Kamu yakin mau resign Yu? Peluang kamu di sini besar lho. Dengan kinerjamu yang baik ini, kurang dari dua tahun lagi bisa dipromosikan jadi leader." Bu Amel mengentuk-ngetukkan balpointnya ke meja. "Kamu udah ada di radarnya Pak Bram untuk posisi di ware house Cikarang jadi kemungkinan setahun lagi bisa jadi leader."
Menjadi leader, posisi yang setara dengan supervisor, jadi salah satu target pertama jenjang karirku di sini tapi semuanya berubah sejak Mas Aryo mengatakan,"Aku ingin kamu kembali ke Yogya. Aku membutuhkanmu." Tapi bukan tanpa ragu, sejak Muti mengatakan,"Memangnya Bu Hardjo setuju Mas Aryo sama mba?" Hal yang tidak terpikirkan olehku sebelumnya. Jadi ketika Mas Aryo menanyakan kapan aku resign dan kembali bekerja di kantornya, aku tidak bisa menjawab tanpa dia memberi jaminan jika hubungan kami disetujui Bu Hardjo.
Ketika kutanya, bagaimana tanggapan Ibunya mengenai hubungan kami Mas Aryo malah menjawab,"Minggu depan bisa pulangkan? Ibu mau ngobrol sama kamu. Aku pesankan tiketnya ya sekalian pulang pergi." Perutku mendadak mulas mendengarnya. Padahal aku hanya minta dia menjawab,"Ibu setuju." Atau "Ibu tidak setuju."
Tidak semua hal tentang cinta manis. Tidak ada kisah cinta yang sempurna. Mas Aryo menceritakan riwayat kesehatannya pasca kecelakaan. Pengobatan yang cukup panjang, konsumsi obat dalam rentang waktu lama ternyata berimbas pada kesehatan tubuhnya. "Mungkin ini tidak akan mudah untukmu," katanya dengan sorot mata lelah setelah dia menceritakan semuanya. Makin dekat dengannya, aku jadi tahu, ternyata dia tidak sekuat kelihatannya.
Anehnya ini tidak membuat aku ingin mundur, rasa sayangku rasanya bertambah. Cinta memang soal perasaan bukan logika. Tidak semua hal ada padanan logikanya. Jadi aku hanya berdoa, semoga pilihanku di ridhoi Gusti Allah. Aku jadi ingat ucapan Bapak, akal pikiran manusia tidak bisa menjangkau semua hal, terutama soal takdir. Saat itu, ingin sekali aku memeluknya, untuk menunjukkan aku bersedia berada di sisinya. "Kita berusaha menjadikannya mudah," ujarku sambil mengusap-ngusap punggung telapak tangannya. "Believe in yourself and all that you are, termasuk aku." Dia tersenyum dengan binar mata yang selalu aku rindukan. Ya, apapun pilihan hidup, ada takdir manis pahit yang akan menyertainya.
"HEH NGELAMUN! Dipanggil Pak Bram tuh. Kamu nggak bawa walkie talkie ya, pantesan dipanggil-panggil nggak nyaut." Pak Didi menepuk pundakku, seketika senyum Mas Aryo yang tengah aku rindukan hilang. Hadeuh...
"Di mana Pak Bramnya?"
"Ruang operator." Dengan matanya Pak Didi menunjuk ke atas, ruangan dengan sekat kaca lebar sehingga bisa melihat semua aktivitas yang terjadi di ware house. Kulihat Pak Bram memberi isyarat padaku untuk naik ke atas.
***
Kebiasaan yang akan aku rindukan, menghabiskan jumat malam sepulang kerja, pada minggu ke empat setiap bulan, setelah gajian, di kedai kopi lokal yang harganya bersahabat, tidak jauh dari kantor bersama Maya dan Riana tapi sudah tiga bulan Lusi ikut gabung, setelah dia putus sama pacarnya. Ngobrol dengan tema random sambil mengunyah. Dari obrolan makanan, impian masa depan, berita yang sedang viral di media sosial, film dan pekerjaan.
"Cita-cita jadi leader kalah sama cinta ya, Yu." Maya tertawa. Dia mengaduk-ngaduk kopi panasnya.
Aku ikut tertawa. Cita-citaku tidak hilang, hanya berganti rupa.
"Jadi gimana ceritanya akhirnya si dia nembak Yu?"
"Ehm ya gitu."
"Langsung ngajak nikah?"
"Nggak langsunglah."
"Kalau nggak langsung nikah, kenapa resignnya sekarang, maksud gue apa nggak mending LDR an dulu, cari peluang kerja di Yogya, begitu mau nikah resign."
"Sebelumnya kepikiran begitu tapi..."
"Tapi nggak kuat jauhan," potong Riana sambil tertawa.
"Eh kalau Ayu nikah sekalian liburan aja nggak sih ke Yogya. Perginya naik kereta, pulangnya naik pesawat. Kita cari tempat wisata yang hidden gem gitu. Kita berangkatnya jumat malem aja, pulang minggu sore jadi puas."
"Lusi, yang punya hajatnya juga belum nentuin tanggal dan belum tentu ngundang."
"Eh iya ya." Lusi tertawa.
"Ngundanglah," ujarku.
"Satu persatu dari kita akan menemukan cintanya, please jangan gue yang terakhir," celetuk Maya.
"Jangan gue juga," seru Riana dan Lusi bersamaan.
Lalu kami tergelak.
Langit Jakarta sore menjelang malam ini cerah. Aku akan merindukan hari ini dan hiruk pikuk Jakarta.
END
Yang belum move on dari cerita Aryo dan Ayu, bisa baca ekstra partnya di karya karsa, terdiri dari 3 bab plus 1 bab pov Aryo, part romantis dan bikin baper...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Promo cerita baru yang lagi on going, nggak kalah manis dan gregetnya
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.