SELAMAT MEMBACA~
-
-
-
***
"Lang sudah saatnya " Yudha menepuk pundak Langga menguatkan adiknya yang terpuruk,
Rumah itu terlihat rame tapi bukan karena kebahagiaan melainkan duka.
Semua yang hadir di sana ikut merasakan kesedihan akan kepergian seseorang.
Termasuk Langga orang yang dari tadi tidak henti meneteskan air mata.Langga tidak mau pergi dari tempat di mana seseong sedang tertidur di dalam peti warna putih yang di kelilingi banyak bunga mawar putih.
Ia tertidur dengan begitu damai, tersenyum.
Tapi tidak untuk Langga yang sangat terpukul melihat senyuman itu."Lang ayok " Yudha kembali mengingatkan Langga sudah saatnya.
Langit tampak mendung yang disertai gerimis. Membuat suasana hati semakin redup seakan alam turut merasakan kesedihan.
Berbondong-bondong semua orang ikut ke tempat peristirahatan terakhir meski gerimis tidak menjadi masalah.
Langga ikut serta menurunkan peti yang berisikan jazad Nathan di dalamnya sedang tertidur damai.
Pertahanan Langga kembali runtuh, tidak seperti ini yang di harapkan Langga.
"Harus kuat !" Kali ini sang ayah menguatkan Langga.
Perlahan senyum cerah, wajah pucat Nathan tertutup tanah.
"Nathan .. " Langga bergumam sedih menghapus kasar air matanya
Semua orang yang ikut serta kembali pulang karena hujan turun.Langga masih di sana duduk memegangi batu nisan yang bertuliskan nama kekasihnya di sana.
Banyak karangan bunga di sana tapi hanya bunga mawar putih yang di tancapkan di tanah di samping batu nisan, tempat itu seperti taman kecil yang di hiasi banyak bunga mawar putih. Karena Nathan menyukai bunganya.
Kepergian Nathan menyisakan banyak luka. Langga menangis bersamaan dengan air hujan yang mengguyur perut bumi.
Tidak perduli dengan bajunya yang basah akan air, sepatunya yang kotor akan lumpur, Langga tidak memperdulikan itu, Ia masih ingin berada di samping Nathan.
"Bukan Ini yang Aku mau Nat .. "
"Maafin Aku.. maafin aku yang gak bisa nyelamatin kamu, " Langga menangis menggenggam tanah dengan sangat kuat.
Hujan semakin deras mengguyur perut bumi, hari semakin napak gelap meski jam menunjuk pukul 05:00 sore.
Langga berjalan dengan pikiran kosong di trotoar jalan. Tidak ada lagi semangat hidup.
Ia selalu mengingat Nathan di kala melewati jalan yang sering di lewatinya dulu bersama dengan Nathan.
"Lang bisa pelan Gak jalannya ? Capek tau "
"Gendong !! Pokoknya Kamu harus gendong Aku "
"Lang coba lihat di sana .. " sambil menunjuk seberang jalan.
"Di sana ada es cendol, Kamu gak niat beliin Aku es itu ?"
"Adik durhaka " Nathan tertawa sambil berlari menjauh dari Langga yang terlihat sedang mengejarnya.
Langga sedikit menarik sudut bibirnya,namun dia tetap menangis mengingat kenangannya dulu di tempat itu bersama dengan Nathan.
Tidak ada yang bisa di lakukan oleh Langga sealin menangis, menangis dan menangis
Langga menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak, seolah-olah mencekik paru-paru hingga Langga kesusahan untuk bernapas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adek posesif
Teen FictionBANTU PROMOSIKAN CERITA INI YA .. 🔞🔞 Terimakasih ... "Dia Langga adik sekaligus kekasih ku " Natan "Kamu milikku dan tetap menjadi milikku " Langga