26. Kakak Kazen hilang
Setelah membantu Kazen selesai, mereka semua memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing. Sama halnya dengan Hata dan Ahlan. Mereka juga sudah kembali ke rumah masing-masing.
Kini Hata sudah duduk santai di meja makan—makan sendirian, karena yang lain sudah selesai semua.
Hingga tiba-tiba, suara dering ponsel dari handphonenya mengganggunya. Dia langsung mengangkat teleponnya dengan cepat.
Tertera nama Kazen di sana.
"Assalamu'alaikum," ucap Kazen dari seberang sana terlihat begitu panik.
Belum sempat Hata menjawab, Kazen sudah kembali berucap, "Hat, tolongin gue cari Kakak gue. Udah larut tapi dia masih belum pulang juga. Gue mohon Hat. Cuman lo yang bisa gue mintai tolong, yang lainnya udah pada tidur, gue telepon ga aktif."
Hata yang mendengar Kazen memohon-mohon jadi merasa tak enak.
"Wa'alaikumussalam. G prlu mohon'. Lo d mna?"
"Gue, di jl. Kamboja."
"Gue k sna."
"Makasih."
Hattala langsung menyelesaikan makannya dan segera bergegas mengambil jaket juga kunci motornya. Dia langsung berlari ke luar rumah menuju tempat motornya berada. Tanpa pikir panjang dia langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi menuju jalan yang dikatakan oleh Kazen.
Semua orang di dalam rumah memandang Hata dengan tatapan bingung. Belum sempat mereka bertanya, Hata sudah terlanjur melajukan motornya.
Tak butuh waktu lama Hata telah sampai di jalan yang dikatakan Kazen tadi.
"Assalamu'alaikum," ucap Hata yang membuat Kazen langsung mendongak.
"Wa'alaikumussalam."
Hata menoleh ke kiri dan ke kanan. "Biasanya udah pulang?" tanya Hata.
Yang Hata lihat, saat ini Kazen begitu kacau sekali, benar-benar terlihat kacau.
"Udah. Biasanya jam segini udah di rumah," jawab Kazen dengan begitu gelisah. Dia begitu mengkhawatirkan Kakaknya.
"Ke mana?" tanya Hata lagi.
"Kak Defa itu biasanya kerja di cafe juga. Memang pulangnya malam, tapi nggak selarut ini. Gue benar-benar khawatir, Hat."
Hata sontak terdiam. Defa? Kakaknya Kazen? Maksudnya?
Seketika Hata tersadar, bukan waktunya memikirkan hal itu, saat ini yang terpenting itu keberadaan Kakaknya Kazen.
"Cari," ucap Hata yang langsung menaiki motornya.
Kazen juga langsung menaiki motornya. Tanpa pikir panjang mereka langsung melajukan motor ke segala arah tanpa tau tujuan.
Hingga sekitar 40 menit mereka juga belum menemukan keberadaan Kakak Kazen. Kazen sudah uring-uringan sedari tadi. Dia benar-benar khawatir. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Kakaknya?
Hingga tujuan mereka kali ini adalah arena balap. Kazen tak yakin Kakaknya ada di situ, tapi untuk memastikan, dia harus ke sana.
"Kita ke area balap," ucap Kazen yang mendapat tatapan bertanya dari Hata.
"Kakak gue hobinya balapan, Hat. Walau itu dulu, dan dia udah berubah, tapi bisa aja kan dia ada di sana," jelas Kazen.
Hata mengangguk. Setelahnya mereka langsung melajukan motor ke arena balap.
Sampai di sana, Kazen langsung turun dari motornya dan berlari ke arah garis start. Ternyata benar, Kakaknya ada di sana.
"Kak!" teriak Kazen dengan kencang.
Seseorang yang sudah ada di atas motor itu pun langsung menoleh menuju sumber suara. Adiknya, itu Adiknya.
"Turun! Ayo, pulang!" ucap Kazen dengan penuh penekanan seraya menarik tangan Kakaknya agar turun dari motor itu.
"Wah, wah nggak bisa lah," timbal seseorang yang menjadi lawan main bagi Kakaknya Kazen.
"Kakak gue nggak boleh balapan!" tekan Kazen menatap tajam orang itu.
Kakaknya Kazen terdiam cukup lama. Sebelum melepas helmnya. "Gue berhenti. Sorry."
Setelahnya Kazen langsung menarik tangan Kakaknya menuju ke arah motornya yang berada sedikit jauh dari arena balap. Sungguh Kazen kecewa dengan Kakaknya.
Sampai di sana, Kazen langsung memarahi Kakaknya habis-habisan.
"Kazen kecewa sama Kakak. Kakak bilang nggak bakal lagi nyentuh area ginian. Kakak tau, uang yang Kakak dapat itu uang haram. Selain itu Kakak bisa celaka!" ucap Kazen sambil menatap Kakaknya dengan berkaca-kaca.
"Satu jam Kazen nyariin Kakak, nggak nyangka kalau Kakak di sini." tatapan kecewa terlihat jelas di mata Kazen.
Dia benar-benar kecewa dengan Kakaknya. Kakaknya bilang ingin berubah, tapi kenapa harus kembali ke tempat seperti ini.
"Maaf, Kakak minta maaf, Zen," ucap Kakaknya Zen dengan menunduk.
"Sulit bagi Kakak cari kerjaan, Zen. Dengan ijazah SMP, nggak semua orang bisa nerima Kakak bekerja."
Kazen menatap nyakang Kakaknya. "Tapi nggak dengan balapan, Kak! Kazen tau Kakak sekolah cuman sampai kelas satu SMA, tapi Kazen mohon sama Kakak, jangan datangi lagi area ini. Kakak mau berubah kan? Nggak guna Kakak hijab-hijab tertutup begitu kalau Kakak masih masih dapetin duit dari balapan! Kazen kecewa sama Kak Defa!"
Deg..
Defa terdiam. Benar yang dikatakan Kazen. Dia mau berubah, kenapa datang kembali ke tempat seperti ini. "Maaf. Ayo pulang," ucap Defa sambil memeluk Kazen dengan erat.
"Maaf, Zen. Tapi setelah ini Kakak janji nggak akan datang ke sini lagi."
Hattala yang melihat semuanya terdiam. Dalam hatinya dia berpikir, suara Kakaknya Kazen persis dengan suara seseorang itu. Akankah itu orang yang sama? Namanya juga sama, mungkinkah orangnya juga sama?
"Zen," panggilnya.
Dia ingin memastikan lebih jelas lagi, apakah itu orang yang sama atau tidak?
"Iya?" Kazen menoleh ke arah Hata.
"Siapa?" tanya Hata.
"Kakak gue, Kadefa. Orang yang gue bilang tadi pagi di sekolah."
Deg.
Artinya...
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
HATTALA AL-HAIDER
ChickLitNote : NO PLAGIAT!! ⚠️Budayakan follow sebelum baca! ⚠️Budayakan votment setelah baca! 🔏Update = Sesuai mood author;) ☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️ Laki-laki yang memiliki ketampanan yang nyaris dikatakan sempurna. Namun tidak sempurna, kar...