🌷🌸14) HATTALA AL-HAIDER 🌸🌷

759 35 1
                                    

14. Defa, Disha dan Aili

🌷 LAKSANAKAN KEWAJIBAN
TERLEBIH DAHULU SEBELUM
MEMBACA🌷


☁️🌷🌷☁️

🌷 BUDAYAKAN FOLLOW DULU
SEBELUM MEMBACA, DAN SETELAH
MEMBACA BUDAYAKAN VOTE
DAN KOMEN🌷


☁️🌷🌷☁️

1. Sudah ibadah apa belum?
Kalau belum, ibadah dulu ya. Dengerin
Omongan aku tuh. Ya... walaupun aku aja
Kadang belum full 5 waktu, setidaknya
Saling mengingatkan lah ya.

لا يختل حياتنا بسبب لا يضطرب عبادتنا
"Tidak teraturnya hidup kita disebabkan tidak teraturnya ibadah kita"


☁️🌷🌷☁️

"Sholatlah agar hatimu tenang, Istighfarlah
agar kecewamu hilang dan berdoalah agar
bahagiamu segera datang"

-Quotes islami 1:01


☁️🌷🌷☁️

"Seorang pendosa pun butuh Allah."

-Quotesislam

Pagi-pagi sekali Defa sudah datang ke rumah Disha. Karena rencananya hari ini Defa akan membantu Adita di toko kue. Defa betah saat membantu Adita di toko kue. Hitung-hitung mengurangi rasa bosannya di pagi hari.

Jam saat ini tengah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Defa memencet bel rumah. Sambil sesekali melirik ke kanan dan ke kiri.

Tingg

Tingg

Ceklek

Pintu dibuka oleh seorang perempuan yang wajahnya mirip dengan Adita dan Disha. Tapi Defa tidak kenal dengan perempuan yang membukakan pintu untuknya.

"Maaf, siapa ya?" tanya perempuan itu dengan menatap wajah Defa.

"Saya Defa. Umma Adita, ada?" ucap Defa memperkenalkan dirinya sekaligus bertanya apakah Adita ada di rumah?

"Ohh, jadi kamu yang namanya Defa itu. Ayo masuk!"

Defa menatap bingung wajah perempuan di depannya yang sedang berseru.

"Kenalin, saya Aili kakak dari Disha. Dan saya calon Kakak ipar kamu," ucap Aili dengan tersenyum manis menampilkan lesung pipi yang ada di wajahnya.

"Kakak ipar?" beo Defa.

"Ah tidak, lupakan. Ayo masuk."

***

"Eh, Disha, sudah datang. Pagi sekali." ujar Adita yang datang sambil membawa tas di tangan kanannya.

"Iya, Umma," kata Defa dengan tersenyum sedikit canggung.

Saat sedang duduk santai di ruang tamu. Tiba-tiba suara derap langkah kaki yang begitu cepat terdengar dari lantai atas. Aili, Adita, dan Defa yang mendengarnya, lantas mengalihkan pandangan ke arah lantai atas. Dapat mereka lihat, jika Disha sedang berlari-lari menggunakan pakaian sekolahnya. Namun, Defa langsung mengalihkan pandangannya kala melihat siluet seorang laki-laki yang sedang mengejar Disha.

"IH, ABANG! DISHA ADUIN YA SAMA KAK DEFA!" teriak Disha yang dapat di dengar oleh Defa.

Defa yang mendengarnya, menaikkan sebelah alisnya. Kenapa ada nama nya?

"UMMA!! ABANG JAHILIN DISHA!!"

"KAK AILI, ABANG SUKA KAK DEFA NIH!" teriak Disha yang berlari turun dari tangga. Saat dia hendak berlari menuju sang Umma, Hata langsung menangkap Disha dari belakang.

"Kena!" seru Hata dengan tersenyum miring.

"Ngomong apa hm?" tanya Hata dengan menaikkan sebelah alisnya.

Sementara Disha sudah menyengir. "Abang kan emang suka kak Defa. Ngaku aja deh."

"Suka apa hmm?"

"Suka kak Defa!"

"Suka apa?"

"IH, ABANG TULI YA?! DISHA BILANG! ABANG SUKA KAK DEFA!!"

"Pintar," ucap Hata sambil mengelus-elus kepala Disha yang terbalut hijab.

"Ha?"

"Sok tau kamu!" ujar Hata sambil menyentil kening sang Adik. Setelahnya Hata langsung kembali ke lantai dua, karena menyadari jika yang duduk di sofa bukan hanya Umma dan Kakaknya, melainkan ada seseorang juga.

"Disha kenapa teriak-teriak?" tanya Adita menatap Disha yang sudah duduk di sampingnya.

"Abang tuh, Umma, suka sama Kak Defa," ucap Disha yang masih dengan nafas ngos-ngosan.

"Kenapa?"

Deg.

Suara itu, Disha mengenalinya. Suara itu adalah suara Defa. Pliss hilangkan Disha saat ini juga dari sini.

"Kenapa dengan saya?" tanya Defa dengan menaikkan sebelah alisnya. Terpancar aura dingin dari Defa.

"Matilah kau," bisik Aili di telinga Disha.

"Ishh, Kaka diem deh. Kenapa nggak bilang sih kalau ada Kak Defa," balas Disha dengan ikut berbisik.

"Kenapa?" tanya Defa lagi.

Disha yang kembali mendengarnya langsung menatap Aili seolah meminta pertolongan. Aili hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Matilah kau Disha! Dia harus menjawab apa?

"E-eh, e-enggak. Kita cuman lagi bilang kalau Kak Defa cantik. Y-ya, kan, Kak?" tanya Disha dengan gugup. Dan langsung menatap Aili dengan senyum terpaksa.

"Ah, iya," jawab Aili dengan cepat.

"Tak perlu berbohong Disha. Saya tak suka kamu mengucapkan omong kosong. Kamu selalu mengatakan jika Kakak lelaki kamu menyukai saya, dan itu nyatanya hanya kebohongan semata kamu. Saya sebenarnya tak keberatan, hanya saja apa kamu tidak berpikir, jika Kakak kamu akan terganggu dengan ini semua. Saya bukannya percaya diri. Tapi, jika kamu menginginkan saya bersama dengan Kakak kamu, maaf saya tidak bisa. Karena saya sama sekali tidak tertarik memiliki sebuah hubungan dengan siapa pun," ucap Defa dengan panjang lebar yang langsung membuat Disha terdiam. Disha memikirkan ucapan yang dilontarkan oleh Defa. Benar juga, tak seharusnya dia seperti itu. Tapi, dia juga sedikit kecewa mendengar penuturan Defa yang mengatakan dia tidak tertarik bersama dengan Abangnya, Hata.

Sedangkan Aili, dia termangu di tempatnya. Syok. Benar-benar tak menyangka, jika ucapan itu yang keluar dari mulut Defa. Dalam hati dia berdecak kagum. Jarang-jarang ada orang yang langsung membuat Disha terdiam dan merenungkan semuanya.

Tak jauh berbeda dengan Aili, Adita juga merasakan bahwa Defa adalah tipe perempuan yang tegas. Tak ayal, dia bangga dengan cara berbicara Defa. Tapi bukankah ucapan Defa terlalu menyakitkan?

Disha terdiam mendengar semuanya. Dia menunduk. "Maaf, Kak, aku berlebihan," cicit Disha dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Defa menghela nafas berat dan segera menghampiri Disha. Dia memeluk Disha kala menyadari jika Disha telah menangis. "Maaf, saya tidak bermaksud membuatmu menangis. Ucapan saya terlalu menyakitkan. Tapi saya benar-benar minta tolong sama kamu, Disha, berhenti menjodoh-jodohkan saya dengan Abang kamu. Karena jujur, saya tidak suka. Saya merasa risih."

Disha mengangguk dalam pelukan Defa. "Maaf, Kak. Disha salah."

Defa hanya mengusap kepala Disha dengan lembut.

Bersambung...

HATTALA AL-HAIDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang