🌾🏵️33. HATTALA AL-HAIDER 🏵️🌾

507 28 2
                                    

33. Kapan Sadar?

Setelah Naren dan Ganesa pergi ke Amerika untuk menyelesaikan pendidikan mereka, Adita benar-benar menepati janjinya kepada Naren. Setiap sore, Adita akan selalu mengirim foto Hata kepada Naren.

Ini sudah hari keenam dari Naren dan Ganesa kembali ke Amerika. Yang artinya sudah hari kesembilan Hata di rumah sakit. Hanya masih belum sadarkan diri. Kata dokter, insyaallah secepatnya akan sadar tinggal menunggu waktu saja. Dan menunggu Allah berkehendak.

Pernikahan Aili dan Ahlan telah di undur sampai Hata siuman dan sehat. Ahlan dan Aili tidak masalah tentang itu, begitu pun dengan keluarga Ahlan. Mereka paham betul kondisi yang dialami oleh keluarga Aili.

Tubuh Hata yang putih itu terlihat begitu pucat dengan memar-memar biru yang masih belum hilang. Jika dilihat persis seperti mayat. Namun bedanya Hata masih bernyawa. Sungguh besar kuasa Allah. Terbukti bukan jika segala hal yang tidak memungkinkan bisa mungkin jika Allah sudah berkehendak. Sama halnya dengan yang dialami Hata. Dia masih hidup setelah terjatuh dari ketinggian dan sempat terdampar di pesisir laut selama dua hari dengan luka di sekujur tubuh.

Kazen bahkan hampir setiap hari sehabis pulang sekolah selalu mengunjungi Hata. Untuk Jaiden sendiri, biasanya tiga hari sekali dia akan datang sebelum mata pelajaran kuliahnya dimulai. Untuk Ganesa sendiri, dia kadang melakukan vidio call bersama dengan Naren untuk melihat kondisi Hata. Biasanya mereka akan menelpon melalui handphone Adita.

Para anggota Vaderas yang lainnya juga kadang datang untuk menjenguk Hattala. Hattala begitu berarti bagi para anggota Vaderas. Baik anggota Vaderas generasi pertama, generasi kedua maupun generasi ketiga. Generasi ketiga adalah Vaderas gang dipimpin oleh Naren.

Mereka takut jika Hata pergi ke sisi Tuhan sama halnya dengan Nando. Kepergian Nando membuat mereka begitu terpuruk. Dan mereka tidak ingin hal itu terjadi lagi. Biasanya setiap datang ke rumah sakit untuk menjenguk Hata mereka akan berdo'a bersama-sama untuk kesembuhan Hata.

Adita terkadang sampai menangis melihat para sahabat Hata yang berbondong-bondong datang untuk melihat Hata sekaligus mendo'akan kesembuhan Hata. Adita merasa anaknya begitu beruntung memiliki sahabat seperti mereka semua.

Tiga ratus orang itu tidak sedikit ditambah anggota baru yang baru bergabung sekitar seratus orang. Juga anggota lama yang telah keluar sekitar 196 orang. Bahkan anggota generasi pertama yang sudah berkeluarga ikut datang. Biasanya satu hari sekitar 30-40 orang saja yang datang. Karena pihak rumah sakit melarang terlalu banyak orang yang datang. Lagipula ruangan Hata tidak muat.

Renal tak menyangka jika putranya memiliki begitu banyak orang yang peduli dengannya, bahkan sebagian ada teman SMA Renal. Saat Renal bertanya bagaimana dia bisa mengenal putranya, orang itu menjawab jika dia adalah anggota Vaderas generasi pertama. Dan hubungan antara Vaderas generasi pertama, kedua dan ketiga begitu baik.

Disha sendiri paling—kadang saat malam hari baru bisa menjenguk Abangnya. Pasalnya jika siang hari maupun sore hari, ruangan Kakaknya dipenuhi anggota Vaderas. Disha sendiri terkadang menginap ditemani oleh Defa. Ya, Defa selalu menjadi pendamping Disha untuk menjenguk Hata.

Terkadang saat menjenguk Hata dia ingin sekali menatap wajah Hata. Tapi dia tersadar mereka bukan mahram. Kadang kali Defa bahkan sampai mengusap wajahnya kasar. Dia begitu penasaran dengan Hata. Laki-laki yang kata adiknya jatuh hati kepadanya.

Sejujurnya, jika boleh mengunggah kejujuran, Defa.. emm.. sedikit tertarik dengan Hata. Ya—Itu yang ada di hati Defa saat ini.

Namun dia belum yakin dengan semuanya. Tunggu saja. Akankah mereka dipersatukan oleh ikatan atau dipisahkan karena Tidka berjodoh.

Nyatanya dua orang itu saling tertarik satu sama lain.

"Kak," panggil Disha pelan sambil melihat Defa yang tengah bersandar di sofa yang ada di sana.

"Hmm?" dehem Defa tanpa menoleh ke arah Disha. Karena jika dia menoleh, otomatis dia bisa melihat wajah Hata dengan jelas.

"Kakak suka ya sama Abang?" tanya Disha yang seketika membuat Defa melotot tanpa menoleh ke arah Disha.

"Jangan bercanda," ucap Defa.

Disha tertawa pelan. "Soalnya setiap ke sini Kakak selalu noleh ke sana terus, kirain Kakak suka sama Abang karena nggak mau liat wajah Abang. Padahal Abang tetep ganteng loh walau pucat dan memar gini," jelas Disha yang membuat Defa salah tingkah.

"Bukan mahram, Disha," jawab Defa yang membuat Disha mengangguk.

"Yaudah deh, aku mau foto Abang dulu. Siapa tau Kakak sama Abang berjodoh, kan nanti Kakak bisa ngeliat wajah Abang waktu di rumah sakit," ucap Disha yang langsung mengambil hp nya di atas meja yang ada di ruangan tersebut.

Segera dia mem-foto Hata dan menyimpannya.

Sementara Defa hanya geleng-geleng kepala dengan tingkah Disha. "Aneh, kamu," ucap Defa pelan.

Disha hanya terkikik geli. "Siapa tau kan jodoh."

"Terserah lah," pasrah Defa yang mendapat tawa dari Disha.

Tak lama dari itu, Disha kembali memanggil Defa, "Kak."

Defa kembali berdehem pelan. "Kenapa?"

Disha menghampiri Defa dan duduk di karpet yang memang sengaja di gelar di bawah dekat dengan sofa. Pasalnya itu tempat tidur jika Disha dan Defa sedang menginap. Biasanya Disha akan tidur dan Defa juga akan pura-pura tidur sebentar. Karena setelah Disha pulas dia akan berusaha semalaman, takut-takut Disha kedinginan. Walau terkadang Adita dan Aili memaksa ingin ikut menginap, namun Defa selalu melarang. Pasalnya Aili dan Adita itu orangnya mudah sakit, berbeda dengan Disha.

Renal sendiri harus pergi dalam beberapa hari ini untuk mengurus kepensiunannya. Renal mengajukan surat pensiun karena merasa umurnya yang sudah tau dan itu sangat berisiko.

Untuk Kazen sendiri, dia mengizinkan Defa untuk menjaga Hata bersama dengan Disha. Terkadang Adiknya itu terus-terusan menggodanya. Begitu menyebalkan.

"Abang kapan sadar ya?" tanya Disha yang sudah membaringkan tubuhnya di karpet dengan kepala yang berbantalkan paha Defa. Sebab Defa sudah ikut duduk di karpet bersama dengan Disha.

Defa mengelus kepala Disha yang terbalut oleh hijab. "Yakin aja jika Abang kamu bakal cepat bangun."

Disha mengangguk-angguk. "Disha mau tidur, Kak. Kakak nggak tidur?" ucap Disha yang berpindah menuju karpet yang terdapat bantalnya.

"Tidur duluan aja, nanti Kakak nyusul," ucap Defa.

"Sebelum tidur do'a dulu biar nggak mimpi buruk. Do'a juga untuk Abangnya," lanjut Defa.

Disha langsung melafalkan Do'a tidur dan segera juga berdo'a untuk kesembuhan Abangnya.

"Ya Allah, Hamba memohon kepada-Mu tolong sembuhkan penyakit Abang Hamba, tolong sadarkan dia dari tidur panjangnya, supaya Abang bisa nikah sama Kak Defa. Hamba juga memohon supaya Abang berjodoh dengan Kaka Defa. Aamiin, aamiin ya rabbal alamin," ucap Disha dengan begitu pelan supaya tidak terdengar oleh Defa.

"Aamiin—in, Kak," ucap Disha sambil menepuk paha Defa.

"Aamiin ya Allah, tolong kabulkan do'a nya Disha!" ucap Defa dengan sungguh-sungguh.

Disha terkikik geli. Tak tau saja Defa jika dia berdo'a untuk hubungan Defa dan Hata.

Defa memandang aneh Disha. "Kenapa ketawa, Kakak udah Aamiin—in loh."

Disha terdiam. "Iya, Kak. Semoga Allah mengabulkan do'a Disha."

"Aamiin," ucap Defa lagi yang lagi-lagi membuat Disha terkikik geli.

Setelahnya Disha langsung memejamkan matanya supaya tidak ditanyain oleh Defa.

"Disha tidur, selamat malam, Kak. Kakak jangan larut-larut tidurnya."

Bersambung..

HATTALA AL-HAIDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang