🌾🏵️36. HATTALA AL-HAIDER 🏵️🌾

415 26 3
                                    

36. Keadaan Hata

Siang ini Hata sudah diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Namun harus terus konsultasi ke dokter setiap 3 hari sekali. Karena patah tulang pada tangannya masih belum sembuh, begitu pun dengan retakan tulang di punggungnya. Untuk sementara waktu Hata harus menggunakan kursi roda karena masih sulit berdiri akibat retakan tulang di bagian punggungnya.

Pagi ini yang menjemput Hata dari rumah sakit adalah Aili dan Renal, sedangkan Disha dan Adita menunggu di rumah.

"Bisa?" tanya Aili sambil membantu Hata untuk berdiri dan pindah ke kursi rodanya.

Hata mengangguk.

Setelah itu Aili langsung mendorong kursi roda Hata diikuti oleh Renal di belakangnya. Renal memandang bahagia Aili dan Hata. Sungguh hubungan Adik-Kakak yang begitu harmonis.

**

Saat sampai di rumah, Hata langsung disambut oleh Adita dan Disha dengan senyum bahagia mereka berdua. Hata ikut tersenyum melihatnya. Hingga tatapan matanya tak sengaja menatap seseorang yang tengah menunduk tak jauh dari pintu berada.

Hata segera mengalihkan pandangannya saat menyadari jika itu seorang perempuan.

Disha yang menyadari arah pandang Hata langsung berbisik. "Itu orang yang sama di rumah sakit kemarin, Bang. Dia Kak Defa," bisik Disha.

Hata tentunya terkejut. Ternyata itu adalah pujaan hatinya. Astagfirullah. Memikirkan hal itu membuat Hata merasa salah tingkah.

Namun kesadaran Hata kembali saat kursi rodanya di dorong masuk ke dalam rumah.

Renal dan Adita langsung membawa Hata menuju kamarnya. Sedang Aili dan Disha tetap berdiam di tempat berbicara dengan Defa.

"Saya pamit pulang," ucap Defa menatap Aili. Pasalnya dia sedari tadi ingin pulang tapi selalu ditahan oleh Disha.

"Tunggu, Defa," cegah Aili yang membuat Defa mengerutkan dahinya.

"Kamu suka dengan Hata?" tanya Aili yang membuat Defa menatap aneh Aili.

"Maksudnya?" bingung Defa.

Aili tersenyum kikuk. "Saya melihat kamu bergerak gelisah saat Hata datang tadi. Saya kira kamu suka dengannya," ucap Aili dengan menggaruk tengkuknya.

"Disha juga nyangka gitu!" seru Disha tiba-tiba.

Defa tersenyum kikuk. Apa-apaan ini?! Kenapa mereka berdua tau? Apa sekentara itu tingkahnya?

"Nggak," elak Defa dengan cepat.

"Kamu yakin?" tanya Aili dengan tatapan menggoda. "Saya setuju jika kamu dengan Adik saya," lanjutnya.

"Disha lebih setuju!" seru Disha ikut-ikutan.

Defa yang merasa disudutkan oleh Aili dan Disha langsung mengucapkan salam dan berlari ke luar rumah. "Aneh kalian ini. Saya pamit saja, assalamu'alaikum," ucap Defa setelahnya langsung berlari tanpa menunggu jawaban ataupun respon dari Aili dan Disha.

Melihat tingkah Defa, Aili dan Disha saling pandang. "Pemikiran kita sama?" tanya Aili.

Disha mengangguk. Setelahnya mereka berdua tertawa dengan keras. Hingga membuat Adita berteriak dari lantai atas.

"Tawanya jangan berlebihan, kalian perempuan!"

Langsung saja Disha dan Aili berhenti tertawa keras.

"Kak Defa lucu. Waktu itu marah-marah pas Disha jodoh-jodohin dia sama Abang. Sekarang malah malu-malu," ujar Disha sambil terkikik pelan.

Aili ikut tertawa. "Benar juga."

**

Setelah dari rumah Adita dan Renal, dan juga setelah digoda habis-habisan oleh Aili dan Disha, kini Defa pergi ke taman bukannya kembali ke rumah.

Dia bingung dengan semuanya. Jalan hidupnya begitu rumit. Dia sampai berpikir, apa salah dia jatuh cinta dengan Hata?

Rasanya sangat sulit mencintai Hata. Hata terlalu tinggi untuknya. Jika terus memikirkan hal itu rasanya kepala seakan ingin pecah.

"Semuanya aku serahkan kepadamu Ya Allah. Aku yakin bahwasanya semua yang aku alami baik di masa lalu maupun masa depan atas kehendak dan rencana yang memang telah engkau siapkan."

Bersambung...

HATTALA AL-HAIDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang