🌾🏵️39. HATTALA AL-HAIDER 🏵️🌾

593 34 1
                                    

39. Defa Sadar

Keesokan harinya anak-anak Vaderas termasuk Jai harus pulang dari rumah sakit dikarenakan harus sekolah. Jai juga harus kuliah. Jadi Kazen sekarang tengah duduk sambil sesekali menatap Kakaknya yang masih setia memejamkan matanya.

Kazen menatap Kakaknya dengan pandangan begitu iba. Bagaimana Kakaknya bisa tertusuk? Kazen tidak membawa perihal ini ke kantor polisi. Karena melapor ke kantor polisi bukanlah hal yang mudah. Kita harus punya bukti terlebih dahulu. Di samping itu Kazen tidak ingin memperpanjang masalahnya. Defa pasti juga begitu.

Kazen memejamkan matanya sejenak, berusaha menetralkan pikirannya. Di tengah dia berpikir, dia dikejutkan dengan suara yang terdengar lemah dari tempat tidur Kakaknya.

"Zen..." lirih Defa saat sadar dan langsung menyadari kehadiran Kazen.

Kazen langsung berdiri dan menghampiri Defa. "Kakak ada di rumah sakit. Kemarin Zen nemuin Kakak di jalan," ucap Kazen menjelaskan.

Defa berusaha mencerna ucapan yang terlontar dari mulut Kazen. "Kenapa Kakak dibawa ke rumah sakit, Zen?" tanya Defa yang masih dengan suara lirihnya.

"Kakak kemarin hampir meninggal kalau Kazen nggak nemuin Kakak dengan cepat. Kenapa Kakak sampai bisa ketusuk gitu?" ujar Kazen menatap mata Defa yang sayu.

"Biayanya gimana?" tanya Defa.

"Biayanya itu nggak penting Kak! Yang penting Kakak udah selamat. Kazen takut banget terjadi sesuatu sama Kakak. Kalau sampai itu terjadi, mungkin Kazen bakal gila," ucap Kazen dengan sedikit menggebu-gebu.

"Jangan bicara gitu," ucap Defa sambil memejamkan mata sejenak, menahan rasa sakit di kepalanya.

"Biaya rumah sakit gimana?" lanjut Defa dengan sebuah pertanyaan.

Kazen menghela nafas sejenak. "Kemarin Zen mau jual motor sama Andi, anggota Vaderas. Tapi bukannya dibeli, Andi malah ngajak anak-anak buat sokongan untuk biaya rumah sakit Kakak. Jai sama Hata juga ngasih uang 13 juta sama Kazen."

Defa terkejut. "Ya Allah, Zen!" serunya tak percaya mengabaikan sakit pada bagian punggungnya.

"Jangan dipikirin Kak. Masalahnya sekarang, kenapa Kakak bisa ada di jalan sana dengan kondisi yang udah ditusuk?" tanya Kazen dengan menatap serius Defa.

"Kakak baru pulang dari taman, tapi waktu di sana tiba-tiba Kakak dihadang dua orang. Kakak udah takut, udah mau lari. Tapi keburu ketangkap, mereka langsung narik tas Kakak. Kakak berusaha pertahankan, isi tas itu berharga Zen. Ada handphone Kakak, ada uang juga di dalamnya, gelang dari Ayah juga ada di sana, ktp, kartu SIM, ada di tas itu semua. Kakak berusaha ngelawan, tapi Kakak nggak bisa, seingat Kakak hanya sampai punggung ditusuk dan kepala Kakak dipukul, habis itu Kakak nggak tau lagi." Defa menceritakan asal mula musibah yang dialaminya.

Kazen menghela nafas berat. "Nyawa Kakak lebih berharga dari itu semua."

Defa terdiam. "Kalau bukan karena ada gelang dari Ayah, mungkin Kakak nggak bakal berusaha ngelawan. Gelang itu berharga Zen, satu-satunya barang berharga pemberian dari Ayah yang masih Kakak miliki, tapi sekarang sudah hilang. Ayah suruh jaga dengan baik-baik, tapi Kakak nggak bisa," ujar Defa dengan lirih.

Kazen mengelus pelan tangan sang Kakak. "Dengerin Zen, Kak. Seandainya terjadi sesuatu yang bisa buat Zen kehilangan Kakak, apa Ayah bakal bahagia? Zen yakin Ayah bakal lebih milih gelang itu hilang daripada Kakak yang hilang."

Defa menangis. "Maafin Kakak, Zen."

"Kakak nggak salah, tapi harusnya Kakak berpikir dulu sebelum bertindak. Zen bisa mati kalau Kakak ninggalin Zen."

Defa menepuk kepala Zen pelan. "Jangan ngomong gitu lah."

"Makanya Kakak tuh dengerin ucapan Zen."

"Iya!"

Setelahnya mereka cukup lama terdiam. Hingga ucapan Defa mampu membuat Zen begitu terkejut.

"Kakak jatuh hati dengan Hata, Zen," ucap Defa tanpa menatap Kazen sama sekali.

Sedangkan Kazen langsung menatap Kakaknya dengan pandangan yang begitu terkejut. "Maksud Kakak?!"

"Kakak nggak tau Zen. Tapi Kakak rasa, Kakak jatuh hati dengan teman kamu itu," jawab Defa dengan begitu pelan.

Kazen menghela nafas. "Jangan terlalu berharap ya, Kak," ucap Kazen setelahnya yang membuat Defa menoleh ke arah Kazen.

"Kenapa?"

"Nggak baik Kak berharap sama manusia. Zen nggak mau Kakak terlalu berharap sama Hata. Yang Zen bilang waktu itu sama Kakak emang benar. Tapi Zen nggak mau Kakak berharap lebih. Hata masih harus menjalani pendidikannya sekitar delapan tahun di Australia, supaya bisa jadi dokter yang hebat. Seandainya di sana Hata menemukan seseorang yang dia rasa pantas menjadi pendampingnya, Kakak bakal patah hati di sini. Zen nggak mau itu terjadi. Jadi Zen harap, Kakak jangan terlalu berharap dengan Hata. Karena Hata belum tentu jodoh Kakak. Cukup jatuh hati saja, jangan berharap berlebihan. Ngerti kan, Kak?"

Mendengar penuturan Kazen membuat Defa terdiam. Semua yang diucapkan Kazen memang benar. Dia tidak boleh berharap kepada manusia. Sama sekali tidak boleh.

Defa mengangguk. "Kakak ngerti! Kamu udah dewasa ternyata, Zen. Bisa nasehatin Kakak dengan bijak," ucap Defa sambil menggoda pelan Kazen. Juga berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Kakak jangan ngalihin pembicaraan. Dengar baik-baik ucapan Zen yang tadi. Hata belum tentu jodoh Kakak! Jadi jangan terlalu—

—berharap," sambung Defa melanjutkan ucapan Zen.

"Anak pintar," puji Zen yang membuat Defa menatap kesal Zen.

"Tuaan Kakak ya dari kamu. Kamu yang anak-anak itu bukan Kakak!"

Kazen menatap jahil Kakaknya. "Perasaan Kazen lebih pintar dari Kakak tuh. Artinya Kazen udah dewasa. Barusan juga Kakak bilang Kazen udah dewasa."

"Kazen!" rengek Defa yang membuat Kazen tertawa bahagia.

Defa yang melihat tawa Adiknya begitu tertegun. Tawa ini persis seperti tawa bertahun-tahun lalu saat hubungan keluarga mereka masih harmonis (Sebelum Mama mereka ketahuan selingkuh)

"Kamu tampan," puji Defa sambil menatap Kazen.

"Adik siapa dulu?" seru Kazen.

"Adiknya Defa lah!" timbal Defa dengan riang. Percayalah, rasa sakitnya hilang begitu saja kala menyaksikan kebahagiaan sang Adik.

Bersambung..

Kira-kira, kapan ya ending?
Setuju kalau cp nya, cuman sampai 45 an udah ending?


HATTALA AL-HAIDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang