22) Pembicaraan mengenai pemuda yang bernama Ahlan.
Di mobil Renal bertanya mengenai pendapat Hattala tentang Ahlan.
"Menurut kamu Ahlan bagaimana?" tanya Renal sambil masih fokus menyetir mobil. Karena memang, Hattala masih tidak diizinkan untuk menyetir mobil oleh Renal.
"Baik."
Renal hanya menghela nafas. "Jawab yang panjang lebar, coba. Jangan cuman, baik."
Hattala terkekeh pelan mendengar kekesalan Abi nya.
"Dia orang baik. Menurut Hata dia cocok dengan Kak Aili. Dan semua yang dia ucapkan, tersirat keseriusan yang besar dalam dirinya. Maka dari itu Hata percaya penuh dengan segala ucapannya, Abi. Dilihat dari dia berbicara dan caranya menanggapi, dia mampu menuntun Kak Aili menjadi lebih baik. Selain itu dia telah Hafizh Qur'an dari dua tahun yang lalu. Tidak ada alasan untuk kita menolaknya melamar Kakak."
Renal mengangguk. "Abi setuju dengan pendapatmu. Walau menurut Abi usia Kakakmu masih muda untuk menikah. Tapi jika memang sudah waktunya dia menikah, Abi ikhlas. Walau sulit rasanya melepas anak perempuan untuk menikah. Yang pasti Abi ingin kehidupan Kakakmu selalu harmonis dan bahagia. Tidak ada yang diinginkan seorang Ayah selain kehidupan yang bahagia bagi anak-anaknya."
Hattala menanggapi ucapan Renal dengan tersenyum. "Selain itu usia Ahlan jauh lebih muda daripada Kak Aili. Awalnya Hata sempat ragu pada keseriusan orang itu. Namun setelah melihat bagaimana dia merespon saat Hata menyuruh Kak Aili meneleponnya, Hata merasa tertarik dengan Ahlan. Dan setelah pertemuan tadi, Hata yakin jika Ahlan insyaallah akan menjadi imam yang baik untuk Kak Aili. Di samping itu pula kita harus terus berpikiran positif. Ahlan dan Kak Aili akan hidup bahagia. Ahlan bisa dipercaya walau usianya masih begitu muda."
"Kita Do'a kan terus kehidupan Kakakmu. Insyaallah ini jalan terbaik yang telah Allah tentukan untuknya."
**
Hata dan Renal sampai di rumah pukul 20.40 Wib. Ternyata Adita, Disha, dan Aili tengah menunggu di ruang tamu sambil menonton televisi.
"Assalamu'alaikum," ucap Renal dan Hata secara bersamaan.
"Wa'alaikumussalam," jawab Aili, Disha, dan Adita.
Tanpa pikir panjang, Aili segera menghampiri Adik dan Abi nya. Aili langsung menyalim tangan Renal, dan Hata langsung menyalim tangan Aili. Di susul oleh Adita dan Disha yang ikut menyalim tangan Renal. Sedangkan Hata langsung menyalim tangan Adita.
Setelah itu Aili langsung menarik tangan Hata untuk duduk di sofa.
"Abi sudah tau?" tanya Aili dengan berbisik.
Hata mengangguk.
"Bagaimana orangnya?" tanya Aili lagi.
Sebelum Hata sempat menjawab, Renal terlebih dahulu langsung bertanya kepada Aili.
"Kak, ada yang diceritakan kepada Abi?" tanya Renal sambil menatap Aili.
Aili seketika gugup. Dia menoleh ke arah Hattala. Hattala mengangguk mengisyaratkan untuk Aili menceritakan semuanya.
"Ada seseorang yang menyatakan perasaannya kepada Aili, Abi. Namanya Ahlan," ucap Aili yang membuat Renal mengangguk.
Sedangkan Adita dan Disha begitu terkejut. Pasalnya mereka tidak tau akan hal itu.
"Lalu, kamu terima dia?" tanya Renal lagi.
"Masih belum, Abi. Aili masih meminta tolong Hata untuk mencari tau bagaimana sifat dan sikap orang itu."
"Seandainya Hata mengatakan orang itu baik, kamu akan menerimanya?"
Aili semakin gugup. "Dia telah menyampaikan niat baik untuk Aili, tidak ada alasan untuk Aili menolaknya jika dia adalah orang yang baik. Selain itu, jika Abi, Umma, Hata, dan Disha merestuinya, Aili akan langsung terima."
Adita yang bingung langsung angkat bicara. "Apa maksudnya, siapa yang melamar Aili?"
"Ahlan. Ahlan Al-Faiz. Pemuda usia 19 tahun yang akan menyelesaikan pendidikan di pesantren Al-Hakim sekitar dua bulan lagi. Orang ini telah berani menyatakan perasaannya dan menyampaikan niat baiknya untuk Aili."
Adita begitu terkejut. "Abi tau orangnya?" tanya Adita yang membuat Renal mengangguk.
"Tadi baru bertemu."
Adita akhirnya mengangguk. "Aili, jika menurut Abi mu baik, Umma ikut ikut setuju."
"Dia berbicara dengan Hata bukan dengan Abi. Abi hanya berbicara dengan Ayahnya."
Disha yang sedari tadi diam ikut angkat bicara. "Kakak mau nikah?" tanyanya dengan tatapan mata yang berkaca-kaca. Sesungguhnya dia masih tidak ingin jika Kakaknya itu menikah.
"Jika orangnya baik, tidak perlu ditunda-tunda Disha. Biarkan Kakak mu menentukan pilihan hidupnya. Seandainya Kakak mu setuju untuk menikah dengan laki-laki itu, kita harus ikhlas," timbal Adita yang membuat Disha mengangguk dan langsung memeluk Aili.
"Aili tergantung dengan bagaimana sikapnya. Jika menurut Hata orang itu terbaik untuk Aili, Aili akan langsung setuju Umma."
Hata terdiam sesaat sebelum dia mengangguk. "Hata setuju, Kak. Ucapan yang Ahlan lontarkan semuanya tersirat nada keseriusan dalam dirinya. Hata yakin jika dia bisa menuntun Kakak menjadi jauh lebih baik. Walau usianya jauh berbeda di bawah Kakak."
Setelahnya Hata langsung menceritakan semua tentang percakapannya bersama dengan Ahlan.
Hari ini Hata yang datar dan tidak peduli sekitar itu telah hilang jika menyangkut urusan kehidupan Kakaknya. Dia memenuhi tanggung jawab sebagai seorang Adik. Ikut dalam melihat baik atau buruknya seseorang yang menyampaikan niat baik untuk Kakaknya. Tugas seorang Adik itu seperti ini. Jika boleh jujur, sejujurnya Hata sulit untuk melepas Kakaknya menikah. Walau selama ini jarang ada interaksi Hata dan Aili, namun percayalah rasa sayang Hata terhadap Aili lebih besar daripada rasa sayang Disha terhadap Aili.
Rasa sayang Adik laki-laki terhadap Kakak perempuannya itu begitu besar. Walau kadang kala pertengkaran selalu terjadi. Namun kalian harus percaya jika seorang Adik juga ingin yang terbaik untuk Kakak perempuannya. Kehidupan yang bahagia bagi Kakak perempuannya lebih utama daripada kehidupan bahagia bagi dirinya sendiri.
Bersambung....
Sebesar itu kasih sayang Hata kepada Aili🥺
😗😗Cinta readers banyak-banyak. 🫂
KAMU SEDANG MEMBACA
HATTALA AL-HAIDER
Literatura KobiecaNote : NO PLAGIAT!! ⚠️Budayakan follow sebelum baca! ⚠️Budayakan votment setelah baca! 🔏Update = Sesuai mood author;) ☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️ Laki-laki yang memiliki ketampanan yang nyaris dikatakan sempurna. Namun tidak sempurna, kar...