🌱🌺46. HATTALA AL-HAIDER 🌺🌱

506 32 3
                                    

46. Sebuah kebahagiaan

Malam ini Defa berbaring di ruang tamu bersama dengan Kazen. Dia memperhatikan Kazen yang tengah fokus bermain game di ponselnya.

Tadi pagi semuanya telah direncanakan. Pernikahan Hata dan Defa akan diadakan dua bulan lagi. Baju pengantin sendiri, Defa yang akan mendesain. Karena itu atas keinginan Defa. Untuk mahar sendiri, Defa menginginkan sesuatu yang tidak memberatkan bagi Hata dan tidak merugikan baginya. Satu lagi keinginan Defa, dia ingin, pernikahan dengan Qabul bahasa arab. Dan Hattala menyanggupi itu semua.

Jadilah, dua bulan lagi adalah hari pernikahan Hata dan Defa.

"Kenapa Kakak tadi pagi nangis, ya?" tanya Defa yang merasa aneh dengan dirinya sendiri.

"Entah. Kazen pun kaget liat Kakak tiba-tiba nangis. Bukannya senang malah nangis," timbal Kazen dengan mata yang masih fokus dengan game nya.

Setelah itu mereka terdiam cukup lama. Defa hanya memandang Kazen yang sedang bermain game.

"Kamu yang bakal jadi wali Kakak kan Zen?" tanya Defa.

Sontak Kazen mengangguk. "Kalau bukan Kazen siapa lagi? Ayah udah nggak ada."

Defa mengangguk. "Nggak kerasa Zen, Kakak udah mau nikah. Habis ini kamu yang nyusul. Surat rumah akan Kakak ganti jadi nama kamu."

Kazen terkejut. "Kenapa? Ini rumah Kakak."

Defa menggeleng. "Hitung-hitung hadiah Kakak untuk Adik tersayang," ucap Defa.

Kazen menatap Defa dengan tersenyum. "Rumah ini milik Kakak, bukan milik Kazen. Jadi ini milik Kakak jangan kasih ke Kazen."

"Kazen, dengerin Kakak. Setelah Kakak nikah, otomatis Kakak ikut suami. Tinggal di rumah yang sudah disiapkan suami. Ini rumah khusus untuk kamu dan calon istri kamu nanti. Kakak memang sudah pikirkan dari lama kalau emang rumah ini akan jadi milik kamu kalau Kakak udah mau nikah. Jadi kamu nggak bisa nolak."

"Masalahnya Kazen nggak punya calon istri, Kak," desah Kazen lesu.

Defa terkekeh pelan. "Nanti juga datang sendiri. Memangnya nggak ada gitu cewek yang suka sama kamu?"

"Ada. Tapi Kazen nggak suka mereka."

Defa mengangguk. "Bisa cerita? Siapa tau ada salah satu dari mereka yang buat Kakak tertarik," ujar Defa dengan terkekeh pelan.

Kazen menoleh ke arah Kakaknya. "Ada tiga orang. Pertama itu namanya Giana kalau nggak salah. Nggak usah dia, Zen nggak suka dia. Setiap hari selalu datang ke toko. Bukannya beli malah ngerusuh, ngaku-ngaku pacaran Zen. Yang kedua itu namanya Siera, baik sih baik Kak, sempat bikin Zen tertarik juga, tapi beda agama. Dan ini yang terakhir, paling Zen nggak suka. Nyesel waktu itu sempat ngasih nomer ponsel Zen sama dia. Setiap hari di teror terus. Chet, telepon, vc, bahkan sampai nyamperin ke toko. Risih Kak. Udah Zen blokir, dia malah nge-chet pake nomer lain."

Defa tertawa mendengar cerita Adiknya. Ternyata selama ini Adiknya disukai oleh orang-orang. Pantas saja sih, dilihat daie tampang Kazen dia memang sangat tampan. Ketampanan Kazen sudah menurun daie Ayah mereka. Ayah mereka itu tampan, pekerja keras, penyayang, hanya saja dia tidak sekaya Ibunya. Apa karena itu Ibunya sampai-sampai selingkuh? Astagfirullah. Tidak usah dibahas lagi, Ayahnya sudah tidak ada.

"Nah, sekarang, siapa yang buat Kakak tertarik?" tanya Kazen.

Defa sedikit berpikir sebelum menjawab, "Gadis yang kamu ceritakan terakhir. Siapa namanya?"

Zen menatap malas Kakaknya. "Dia?" tanyanya dengan malas.

Defa terkekeh pelan dan mengangguk. "Iya, dia. Siapa namanya?"

HATTALA AL-HAIDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang