🌾🏵️38. HATTALA AL-HAIDER 🏵️🌾

581 36 1
                                    

38. Bantuan dari anggota Vaderas, Jaiden dan Hata.

Kazen menunggu kedatangan Aiden di depan ruangan Kakaknya yang masih ditangani oleh dokter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kazen menunggu kedatangan Aiden di depan ruangan Kakaknya yang masih ditangani oleh dokter. Dia masih bergerak gelisah dengan mulut yang terus mengucapkan do'a.

"Kazen!" seru seseorang yang begitu dikenali oleh Kazen.

Sontak Kazen menoleh ke sumber suara. Dia melihat sekitar 10 anggota Vaderas dengan Jaiden yang juga ada di sana.

"Kenapa nggak bilang gue? Gue bisa bantu. Jangan langsung jual motor. Untung Andi langsung telpon gue," ucap Jaiden dengan menatap marah Kazen.

"Kita sahabat Zen, lo jangan sungkan-sungkan minta tolong sama kita-kita," lanjut Jaiden.

Kazen terdiam. "Gue nggak mau ngerepotin kalian," timbalnya.

"Gue pikir jual motor adalah jalan satu-satunya. Mama aja nggak peduli sama Kak Defa. Gue benci sama Mama, Jai. Dulu gue pikir Mama nggak sejahat itu. Ternyata Mama emang jahat. Pantesan Kak Defa sulit buat maafin Mama. Kak Defa itu anak kandungnya Mama juga, tapi dia setega itu sama Kak Defa," ujar Kazen menceritakan keluh-kesahnya kepada Jaiden.

Sontak Jaiden yang mendengar itu langsung menarik Kazen ke dalam pelukannya. Anak-anak Vaderas yang juga ikut langsung memeluk Kazen dan Jaiden.

"Lo kuat, Zen," ucap Jaiden.

"Ketua kita kuat!" seru yang lainnya.

Kazen sontak semakin terharu mendengarnya. "Makasih kalian selalu ada di saat gue butuh."

Mereka melepaskan pelukan mereka satu persatu. "Kita udah bayar biayanya. Uang itu dari semua anak-anak Vaderas. Lo nggak perlu ganti, Bang. Kita sahabat saling bantu satu sama lain," ucap Andi yang membuat Kazen langsung memeluk orang itu dengan erat.

"Makasih," lirihnya.

Setelah itu dia menatap anak Vaderas yang lainnya yang juga ada di sana. "Gue ucapin banyak-banyak terima kasih sama kalian semua. Tanpa kalian mungkin gue udah jual motor atau bahkan kalang kabut cari uang buat biaya Kakak gue," ucapnya begitu tulus.

Anak Vaderas langsung mengangguk. "Jangan ngucapin makasih, Bang. Kita sudah seharusnya saling membantu," ucap salah satu dari mereka.

"Sampaikan ucapan makasih gue untuk anak-anak yang lainnya juga. Gue bakal ganti kalau udah punya duit," ucap Kazen yang langsung mendapatkan pelototan dari mereka semua.

"Bang, lo emang ketua kita. Tapi untuk hari ini lo harus nurutin kemauan kita-kita. Lo nggak usah ganti, kita semua ikhlas bantuin lo, Bang. Atau nggak, gini deh kalau Lo ngerasa nggak enak hati sama kita semua, lo bisa ajarin kita semua belajar, gimana?" ucap salah satu dari mereka memberikan penawaran.

Semua orang yang ada di sana mengangguk. "Iya nih, Bang, capek dimarahin mulu sama Emak."

Kazen tertawa lalu mengangguk. "Sekali lagi makasih banyak. Dan gue bakal ajarin kalian sebisa mungkin."

"Nah gitu dong! Kalau gitu malam ini kita nginap di rumah sakit nemenin pak ketu!" seru mereka yang langsung saja duduk di kursi-kursi yang ada di sana.

"Makasih An," ucap Kazen menatap Andi.

"Yaelah Bang santai aja. Motor lo udah di depan dan ini kuncinya," ucap Andi sambil menyerahkan kunci motor Kazen.

"Makasih banyak." lagi dan lagi Kazen mengucapkan makasih.

Andi sampai menghela nafas pelan. "Oke, sama-sama. Udah nggak usah makasih lagi, gue ikut duduk sama mereka dulu."

Kazen mengangguk.

Setelahnya Jaiden mendekati Kazen. "Ini, gue ada uang 5 juga dan juga ini dari Hata, 8 juta. Lo ambil Zen. Jangan nggak mau. Kita bukan kasihani lo, kita lakuin ini karena Lo sahabat kita. Bahkan gue, Hata, Gesa, Naren udah anggap Lo sebagai Adik kita sendiri," ujar Jaiden seraya menyodorkan amplop yang berisi uang 13 juta itu.

"Tapi gue benar-benar nggak bisa Jai. Makasih banyak udah ngertiin. Maaf gue nggak bisa terima," tolak Kazen dengan halus. Dia tidak bisa menerima uang itu, sudah cukup dia selalu merepotkan mereka. Jangan lagi.

"Kazen. Terima nggak?!" Jaiden menatap Kazen dengan tajam.

Namun Kazen tetap menggelengkan kepalanya. "Gue nggak bisa!"

"Lo tau kan Zen gimana Hata? Gue yakin kalau lo nolak ini dia bakal marah dan dia bakal ngasih tatapan mautnya buat lo. Jadi terima!" ucap Jaiden yang langsung meletakkan amplop tersebut ke tangan Kazen.

Tapi Kazen tetap menolak. Dia mengembalikan amplop itu. "Gue nggak bisa Jai. Kalau nanti gue butuh uang, gue bakal datang sama lo buat minjam. Tapi nggak gini. Lo juga butuh uang Jai. Gue tau ini pasti uang tabungan lo sama Hata kan?"

"Kazen, ini emang uang tabungan gue sama Hata. Tapi kita benar-benar mau ngasih ini ke lo. Kita masih punya Mama Papa yang biayai hidup kita. Tapi lo... Maaf, Lo harus membiayai hidup lo dan Kakak lo. Ambil ya Zen," ujar Jaiden berusaha meluluhkan keras kepalanya Kazen.

Kazen terdiam. Pada akhirnya dia mengambil amplop berisi uang itu. "Gue nggak tau mau ngucapin makasih seperti apa. Tapi gue ucapin makasih banyak. Gue bangga punya Abang kayak lo, Jai."

Jaiden mengangguk. "Akhirnya Lo ngakuin gue sebagai Abang."

Setelah itu terdengar suara pintu terbuka menampilkan seorang dokter perempuan yang baru saja keluar dari ruang tempat penanganan Kakaknya. Kazen langsung berdiri dan berjalan menghampiri dokter itu.

"Bagaimana kondisi Kakak saya, Dok?" tanya Kazen.

Dokter itu tersenyum. "Dia baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir. Luka tusuknya agak dalam, mungkin dia akan merasakan sakit jika terlalu banyak bergerak. Untuk kepalanya, karena benturan keras yang terjadi di kepalanya, itu menyebabkan rasa pusing. Dia akan merasakan pusing selama beberapa hari. Tapi itu tidak buruk. Sebentar lagi dia akan dipindahkan ke ruang ICU. Dan kemungkinan besok dia akan sadar," jelas Dokter itu.

Kazen bernafas lega. "Terima kasih ya Allah," lirihnya pelan lalu menoleh ke arah sang dokter. "Makasih Dok," ucapnya.

"Sama-sama. Saya permisi."

Setelahnya dokter itu langsung pergi. Kazen bahagia mendengar kondisi Kakaknya yang sudah baik-baik sama—hampir.

"Gue ikut nginap deh Zen," ucap Jaiden yang membuat Kazen akhirnya mengangguk.

Jadilah mereka menginap di rumah sakit, menunggu di luar ruangan Defa. Tertidur dengan posisi duduk. Kecuali Kazen. Dia sama sekali tidak tidur, karena dia terus menjaga Kakaknya, sesekali mengecek kondisi Kakaknya.

Bersambung...

Bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Follow

HATTALA AL-HAIDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang