23. Apa itu orang yang sama?
Pagi ini Hattala kembali berangkat sekolah seperti sebelumnya. Hari ini juga pembagian nomor ujian akhir semester.
Kini, Hata tengah berada di warung siomay yang ada di dekat sekolah bersama teman-temannya. Naren, Kazen, Jaiden, dan Ganesa.
Hata tengah duduk sambil bersandar di dinding kayu warung, sambil sesekali menyantap makanannya. Karena jam pertama' digantikan dengan waktu bersih-bersih, alhasil Hata bolos bersama keempat temannya.
"Zen," panggil Naren yang membuat Kazen menoleh.
"Apa?" tanyanya sambil terus menyantap siomay di piringnya.
"Gue lihat lo kemarin bonceng cewek. Siapa?" tanya Naren. Pasalnya kemarin saat dia sedang membeli makanan di pinggir jalan, dia melihat Kazen sedang membonceng perempuan.
"Cielahh, siapa ey?" tanya Jaiden yang ikut penasaran. Karena setaunya, Kazen tidak pernah berpacaran.
"Nggak," jawab Kazen.
"Halah. Ngaku lo!" ucap Naren sambil melotot ke arah Kazen.
"Defa." pada akhirnya Kazen menjawab. Seketika jawaban yang diberikan Kazen membuat Hata yang tadinya duduk santai tanpa menghiraukan, kini menoleh ke arah Kazen.
Ganesa menyadari tingkah Hata. Dia mengerutkan kening. Ada yang aneh dengan Hata.
"Defa mana?" tanya Hata yang mendapat tatapan bingung dari keempat temannya.
"Tumben lo nanya, ada apa?" tanya Naren yang ikut merasa aneh dengan Hata.
Hata hanya menggeleng.
"Defa yang kemarin di rumah lo," jawab Kazen yang seketika membuat Hata terdiam.
Hata hanya mengangguk dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Apa orang yang sama?" gumam Hata dalam hati.
Jaiden yang benar-benar merasa aneh dengan tingkah Hata langsung menanyakan sesuatu kepada Hata.
"Lo kenapa Hat? Ada yang salah sama Defa?"
Hata hanya menggeleng.
Sedangkan Ganesa menatap curiga ke arah Hata. Dia jadi memikirkan sesuatu.
Setelahnya Hata berdiri. "Masuk, assalamu'alaikum," ucapnya yang langsung membayar makanannya dan pergi dari warung itu.
Sedangkan Kazen, Naren, Jaiden dan Ganesa hanya mampu menatap Hata dengan tatapan yang aneh.
"Kenapa Hata?" tanya Naren yang mendapat gelengan dari ketiganya.
**
Sedangkan Hata kini telah berada di lingkungan sekolah, tengah duduk di rerumputan belakang sekolah. Memikirkan sesuatu yang tiba-tiba mengganjal di hatinya.
"Sama?" gumamnya.
Setelahnya Hattala menghela nafas panjang. Mengusap kasar wajahnya.
"Ikhlas," ucapnya pada dirinya sendiri.
Setelahnya Hata bersandar di pohon yang ada di belakangnya. Memejamkan matanya untuk menenangkan isi pikirannya.
"Ikhlas," gumamnya lagi.
Cukup lama Hata terdiam di sana sambil memejamkan mata. Hingga suara pemberitahuan dari speaker membuatnya berdiri dan pergi menuju lapangan.
"Diberitahukan kepada seluruh siswa dan siswi silahkan berkumpul di lapangan untuk penerimaan nomor ujian. Yang tidak ada tidak bisa mengikuti ujian. Jadi bagi yang ada di luar gerbang sekolah, cepat masuk atau tidak dibagikan nomor ujian!"
Hata berjalan menuju lapangan. Di tengah jalan dia melihat Adiknya, Disha yang tengah dijahili oleh anak lelaki. Tanpa pikir panjang, Hata langsung menghampiri Adiknya.
"Jangan sentuh Disha!" tekannya saat melihat salah satu dari anak lelaki itu hendak menarik jilbab yang digunakan oleh Disha.
"Abang," rengek Disha yang langsung bersembunyi di balik punggung Hata.
Para lelaki tadi menatap takut ke arah Hata. Pasalnya tatapan Hata menghunus tajam kepada mereka.
"Maaf, Bang," cicit mereka pelan.
"Bermain boleh tapi jangan pernah sentuh Disha. Secuil kuku pun."
Tiga lelaki yang sepertinya teman sekelas Disha itu pun mengangguk. "Iya, Bang," ucap mereka.
Hattala mengangguk. "Ke lapangan," tegasnya.
Ketiga lelaki itu langsung berlari ke arah lapangan.
Setelahnya Hata menatap Disha dengan tatapan yang menyiratkan pertanyaan.
"Tadi Disha duluan soalnya," cicit Disha.
"Jangan terlalu sering bermain dengan laki-laki. Jaga diri baik-baik Disha. Mereka nggak boleh nyentuh kamu, walau tanpa sengaja pun."
Disha mengangguk. "Siap Abang," ucapnya. Setelahnya dia menarik tangan Hata untuk ke lapangan bersama-sama.
**
Di lapangan ternyata sudah ramai sekali orang-orang. Termasuk teman-teman Hata—Naren, Ganesa dan Jaiden juga sudah berada di sana. Sedangkan untuk Kazen, Kazen itu Adik kelas mereka.
"Baris yang bener, jangan lagi jahil sama mereka tadi," peringat Hata yang langsung diangguki oleh Disha.
Disha menyalim tangan Hata. "Assalamu'alaikum," ucapnya.
"Wa'alaikumussalam," jawab Hata.
Setelah Hata melihat Disha yang sudah bergabung dengan teman kelasnya, dia langsung berbaris ke barisan kelasnya.
Saat Hata telah berbaris, Hata melihat Ganesa tengah memandang Adiknya. Segera dengan menepuk pundak Ganesa. "Jangan tatap Disha," tekannya sambil menatap tajam Ganesa.
Ganesa terdiam kaku. Namun tak ayal dia mengangguk.
Setelahnya Ganesa langsung bertanya kepada Hata perihal tingkah Hata di warung tadi. Berhubung barisan Hata dan Ganesa sedikit jauh dari Jaiden dan Naren.
"Kenapa?" tanya Ganesa yang membuat Hata menggeleng. Hata mengerti maksud dari pertanyaan yang diajukan oleh Ganesa.
"Orang yang sama?" tanya Ganesa lagi.
Hata hanya diam. Tak lama dia menjawab, "Mungkin," jawabnya.
"Jika orangnya sama, lo bagaimana?" tanya Ganesa. Dia mengkhawatirkan hubungan persahabatan mereka.
Hata menoleh menatap Ganesa yang tingginya Ganesa mencapai telinganya. "Ikhlaskan," timbalnya.
Ganesa mengangguk. "Bagus. Gue nggak mau hubungan persahabatan kita rusak karena itu."
"Nggak akan. Kalau dia sama Kazen artinya dia bukan jodoh gue. Melainkan dia jodoh Kazen."
Ganesa terkekeh dan menepuk pundak Hata. "Sekali suka seseorang, ternyata udah punya temen."
Hata hanya terkekeh.
Bersambung....
Spesial deh, langsung 3 cp ak up
KAMU SEDANG MEMBACA
HATTALA AL-HAIDER
Literatura FemininaNote : NO PLAGIAT!! ⚠️Budayakan follow sebelum baca! ⚠️Budayakan votment setelah baca! 🔏Update = Sesuai mood author;) ☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️☄️ Laki-laki yang memiliki ketampanan yang nyaris dikatakan sempurna. Namun tidak sempurna, kar...