🌾🏵️35. HATTALA AL-HAIDER 🏵️🌾

440 22 1
                                    

35. Defa

POV Defa

Hari ini, aku rasanya menjadi orang paling bahagia di dunia. Dia, laki-laki itu sadar dari tidur panjangnya. Terima kasih ya Allah. Jika boleh jujur tentang perasaan, aku...aku jatuh hati padanya. Kapan dan karena apa aku sama sekali tidak tau. Perasaan itu tiba-tiba datang. Setiap orang-orang menyebut namanya jantung ini berdebar dengan kencang.

Debarannya begitu kuat. Perasaan itu mulai tumbuh semakin membesar saat Kazen mengatakan sesuatu di rumah sakit kala itu. Dari awal aku sudah merasa tertarik dengannya, rasa tertarik itu muncul kala Kazen menghampiriku ke area balap waktu itu. Awalnya aku tertegun dengan suaranya saat menanyakan aku siapa. Lalu hari itu aku menanyakan kepada Kazen siapa orang itu. Ternyata, orang itu adalah Kakak laki-laki dari Disha.

Hattala Al-Haider, itu namanya.

Aku jatuh hati dengannya. Perasaanku hari demi hari rasanya semakin membesar.

Akankah kami berjodoh? Itu yang ada di pikiranku saat ini.

Kata Kazen, dia akan melamarku saat dia sudah menjadi Dokter yang hebat. Apa itu benar? Bukankah butuh waktu yang lama untuk menjadi seorang Dokter. Akankah hatinya masih jatuh kepadaku, atau nantinya akan ada orang lain yang mengisi hatinya?

Aku ingin menunggunya.

Tapi aku takut.

Takut jika nantinya kami tidak berjodoh.

Aku sudah membayangkan betapa menyedihkannya diriku jika saja dia menikah dengan orang lain.

Di sini aku bertahun-tahun menunggu, dan di sana dia menikah lalu hidup bahagia.

Aku hanya takut. Tidak menyalahkan. Karena salahku sendiri kenapa mau menunggu, padahal dia tidak menyuruh.

Aku tau rencana dari Allah pasti yang terbaik bagi hamba-Nya. Tapi rasanya aku tidak sanggup jika penantianku sia-sia. Maka dari itu aku memutuskan, aku menunggunya selama 8 tahun. Jika saja dalam 8 tahun dia tidak datang, aku mungkin akan menikah dengan orang lain, atau jika tidak ada jodoh akan menjadi lajang seumur hidup.

Namun aku benar-benar ingin menikah. Aku ingin rasanya memiliki seorang anak. Aku ingin merasakan menjadi seorang Ibu. Yang pasti aku tidak akan menjadi seperti Mama. Menjadi wanita yang jahat. Aku memang keturunannya, tapi tingkah laku Mama tidak akan menurun kepadaku maupun Kazen.

Sudah cukup sikap tidak baik itu hanya sampai pada Mama. Aku..aku masih belum bisa memaafkan Mama. Aku selalu berusaha, tapi itu sangat sulit. Rasanya kejahatan yang Mama lakukan begitu besar. Hatiku hancur lebur saat tau Mama selingkuh. Setega itu Mama dengan Ayah. Bahkan sampai mengancam Kazen.

Aku rasa dosa ku begitu besar karena tidak bisa memaafkan wanita yang telah melahirkanku ke dunia. Aku tau itu. Tapi sulit. Sulit untuk memaafkan Mama. Aku mengaku gagal menjadi anak yang baik—baik untuk Mama maupun untuk Ayah. Tapi aku akan berusaha menjadi Kakak yang baik untuk Kazen. Bahkan jika harus nyawa taruhannya, aku rela mati demi Kazen.

Dia satu-satunya orang berharga dalam hidupku saat ini. Mama berharga, tapi tidak seberharga Kazen. Kazen itu segalanya. Segala dari segala-galanya.

Kazen itu Adik yang baik, bahkan sangat-sangat baik. Aku menyayangimu, sangat menyayanginya. Jika ditanya siapa orang yang paling kamu sayangi? Aku akan—dengan cepat menjawab jika Kazen Danendra lah orangnya.

Kadang aku ngerasa bersalah karena ngebiarin Kazen ikut kerja. Harusnya aku yang bekerja. Tapi apalah daya. Zaman sekarang semuanya harus dengan uang dan pendidikan yang tinggi. Aku yang hanya lulusan SMP, hanya bisa bekerja sebagai pegawai cafe saja. Penghasilannya tidak seberapa, tapi bisalah untuk membayar cicilan rumah.

Kadang juga saat melihat Kazen yang langsung bekerja sepulang dari sekolah, aku rasanya gagal jadi seorang Kakak. Aku ingin bisa bekerja di tempat yang gajinya tinggi, supaya Kazen tidak ikut bekerja juga.

Kadang aku sampai benar-benar berharap ada orang yang tersesat yang memberiku sebuah pekerjaan yang gajinya tinggi. Aku tertawa pelan kala mengingat itu. Aneh sekali rasanya aku menceritakan ini.

Namun aku selalu berdo'a supaya harapan ku itu terwujud. Bekerja di kantoran dengan gaji yang mahal. Bukankah itu menggiurkan?

Aku sering mengeluh tentang kehidupanku, tapi nyatanya kehidupanku jauh lebih beruntung daripada kehidupan anak-anak jalanan yang tinggal di bawah jembatan yang setiap harinya menjadi pemulung. Emang benar, jika setiap hal kecil pun kita harus syukuri. Karena belum tentu orang di luar sana merasakan hal kecil yang kita rasakan.

Defa pov end

Bersambung..

HATTALA AL-HAIDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang