اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
فِيۡهِنَّ قٰصِرٰتُ الطَّرۡفِۙ لَمۡ يَطۡمِثۡهُنَّ اِنۡسٌ قَبۡلَهُمۡ وَلَا جَآنٌّۚ"Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang membatasi pandangan, yang tidak pernah disentuh oleh manusia maupun jin sebelumnya".
(Q.S. Ar-Rahman ayat 56)Happy reading 🦕✨❤️
Sebelum subuh tiba, seluruh orang berdatangan lebih awal untuk menuju tempat shaf di Masjid Nabawi. Suasana tenang dan sejuk terasa di udara. Namun, tidak demikian dengan Ziya.Dia duduk di tempat paling belakang, sambil menikmati kegembiraan yang meluap-luap dalam hatinya.
Ziya telah lama mengimpikan akad nikahnya di Madinah, dan hari itu akhirnya tiba. Namun, di tengah kebahagiaannya,dia merasa ada tiga wanita yang duduk di belakangnya. Mereka terlihat sedih dan menangis tanpa bersuara.
Tiba-tiba, salah satu wanita itu memanggil nama Ziya dengan lembut."Putriku, Ziya, jika kamu tidak bahagia, maka umimu ini akan membawamu ke tempat yang kamu nanti-nantikan, Nak, Cepatlah kembali,"
"Umi, tenang ya? Pasti Gus Rezi akan menemukan Mb Ziya," ucap Syifa sambil menenangkan Umi Shafa.
Umi menatap Syifa dengan pandangan lesu, "Terima kasih ya nak," ucap Umi sambil mengusap air matanya.Ziya yang merasa terpanggil ketika seorang wanita di belakangnya menyebutkan namanya, suaranya tidak asing bagi telinga Ziya."Umi? Syifa?" gumam Ziya dalam hati.
Ziya membalikkan tubuhnya,di hadapannya terlihat seorang wanita yang tengah menangis tersedu-sedu, tak henti-hentinya menyebut nama 'Ziya'. Air mata pun tak bisa ditahannya lagi.
Ziya mendekati wanita itu dan berkata dengan suara gemetar, "Umi!"
"Zi...," sadarnya.
"Sudah lama umi menunggumu nak,umi merindukanmu," kata Umi sambil mengusap air mata Ziya.
Ziya memeluk Umi erat-erat, merasakan kehangatan dan kasih sayang yang selalu terpancar dari ibunya.Mereka berpelukan dalam keheningan, hanya suara hembusan angin dan suara alam yang mengiringi.
"Maafkan Ziya, Umi.Ziya nggak sengaja ninggalin Umi," ucap Ziya sambil memeluk erat Umi Shafa.
Ziya merasakan hangatnya pelukan dari uminya. Dia merasa bersalah telah membuat uminya sedih. Dia menyesal telah membuat uminya khawatir dan menangis. Tangisannya semakin keras, mencerminkan penyesalannya yang mendalam.
Saat Ziya menoleh, dia melihat sang mertua, ibu dari suaminya, yang menatapnya dengan senang. Matanya penuh dengan kehangatan dan rasa sayang. Ziya merasa tersentuh dengan tatapan itu.
"Umi," panggil Ziya kepada ibu mertuanya, sambil membiarkan tubuhnya jatuh di pelukan sang mertua. Dia merasakan kehangatan dan cinta dari ibu mertuanya.
"Maafin umi ya, umi gak bisa berbuat apa-apa membiarkan putri umi menangis," bisik umi Hanna kepada Ziya. Kata-kata itu membuat Ziya semakin terharu.
Tangisan Ziya semakin tersedu-sedu. "Umi gak salah, Ziya yang salah," katanya dengan suara tercekat oleh tangisnya.
Setelah berpelukan dengan umi Hanna Ziya beralih memeluk adik iparnya,Syifa. "Maafin mba ya....," ucapnya memeluk Syifa. Syifa menangis tersedu-sedu, hingga tak mampu berkata sedikit pun.
"Mb-a Zi-ya jang-ngan pel-gi Syif-fa tak-kut send-dili Mb," ucapnya, Ziya hanya mampu menahan tawanya melihat Syifa menangis. "Mba Ziya tidak akan meninggalkan Syifa lagi,kalau mba meninggalkan kamu,jangan maafin mba ya dek?" terang Ziya dan Syifa hanya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRLS
Teen FictionDISINILAH PERTEMUAN DARI ZIYA QUROTUL A'YUN. Ziya Qurotul A'yun, seorang perempuan cantik yang mendalami ilmu agama dan juga ketua geng motor, menemukan sahabat sejatinya. Ziya bertemu dengan tiga sosok wanita yang kelak akan menjadi sahabatnya dala...