ASSALAMUALAIKUM PARA GIRLS, DIMANAPUN KALIAN BERADA JANGAN LUPA YA! MEMBACA CERITA INI DALAM KEADAAN TENANG
•
•
•
CERITA INI TAK SEISLAMI DAN TAK SESEMPURNA APA YANG KALIAN KIRA.
•
•
BANYAK SEKALI KESALAHAN DALAM ALUR DAN JUGA PENULISAN,SAYA ADALAH MANUSIA YANG MEMILIKI BANYAK KEKURANGAN,DAN KESEMPURNAAN HANYALAH MILIK ALLAH.....
Ziya melangkah ke dapur dengan semangat. Ia membuka jendela lebar-lebar, membiarkan sinar matahari menerangi ruang dapur yang sempit namun nyaman. Aroma kopi yang baru diseduh menyebar, memberikan semangat baru di pagi hari. Ziya mulai menyiapkan bahan-bahan untuk membuat sarapan favorit keluarganya,nasi goreng spesial.
Di luar, Gus Rezi sudah mulai menggantungkan pakaian yang telah dijemur. Ia mengeluarkan kaos dan celana yang berwarna cerah, menyambut sinar matahari yang hangat. Dengan tangan cekatan, ia menyusun pakaian di tali jemuran, sambil sesekali melirik ke arah dapur.
***
Ziya, dengan senyumnya yang manja, mengajak Gus Rezi, untuk duduk di ruang tengah. Ditemani dua sosok ibu, Umi Hannah, mertuanya, dan Umi Shafa, ibunya, duduk di sebelah keduanya dengan menonton televisi.
"Sayang, coba deh pakai bando ini!" Ziya berkata sambil mengeluarkan bando berwarna pink cerah yang dihiasi dengan bunga-bunga lucu. Wajah Gus Rezi langsung berubah, setengah malu, setengah kesal. "Mas, cowok loh sayang,"
Ziya hanya tertawa manja, matanya berbinar penuh semangat. "Ayo, dong! Cuma sekali ini, ini mau-nya dedek loh,"
Umi Hannah dan Umi Shafa tidak bisa menahan tawa. Umi Shafa, dengan senyum lebar, berkomentar, "Iya, le. Bawaan bayi jangan ditolak!"
Gus Rezi menghela napas panjang. Di dalam hatinya, dia merasa seperti anak kecil yang sedang dipaksa memakai kostum konyol. Namun, melihat wajah Ziya yang penuh harapan, dia tidak bisa mengatakan tidak. Dengan sedikit ketegangan, dia mengulurkan tangannya untuk menerima bando itu.
"Ya sudah, tapi ini hanya untuk sekali saja!" katanya, wajahnya merah seperti tomat. Ziya segera memasangkan bando itu di kepala Gus Rezi sambil tertawa bahagia. "Tadaaa! Lihat, kan? Kamu jadi tampak lebih manis!"
Wajah Gus Rezi semakin memerah, namun dia berusaha menahan rasa malu. "Udah selesai? Mas gerah," dia mengeluh, tapi suaranya tidak terdengar serius.
Umi Hannah, yang sudah tidak bisa menahan tawa, berkata, "Sabar le."
Akhirnya, Gus Rezi menyerah. Dia mengangkat bahu dan berkata, "Mas mau muthola'a dulu." Izinnya berlangsung meninggalkan 3 perempuan yang duduk dilantai.
***
“Mas, maafin aku ya?” Ziya bergumam pelan, sambil memandang suaminya yang tenggelam dalam tumpukan berkas. “Mas, perut aku sakit loh!”
Dia nyengir pahit, merasakan perutnya berkontraksi. “Ngghh… Sakit!” pikirnya, tapi dia tahu, ini mungkin hanya kontraksi palsu yang bikin dia jadi galau. “Sssst, tenang, Ziya. Jangan panik,” bisiknya pada diri sendiri, berusaha menenangkan hati yang berdebar-debar.
Gus Rezi, dengan suara “dedak-dedak” keyboard yang terus berlanjut, terlihat asyik dengan dunia kerjanya. “Astagfirullah,dek yuk berjuang bareng sama umaa,” keluhnya dalam hati. Ia ingin sekali meraih tangan Gus Rezi dan menariknya untuk kembali ke pelukan hangat yang biasa mereka nikmati saat tidur siang.
Ziya melangkah pelan ke arah kamar mandi, perasaannya campur aduk. "Klek, klek," suara langkah kakinya terdengar di lantai rumah yang sepi. Ia menoleh sekali lagi ke arah Gus Rezi, yang masih tenggelam dalam laptopnya. "Mas, biasanya kamu yang gercep bantuin aku," keluhnya, sambil berharap suaminya mendengar. Namun, Gus Rezi hanya mengangguk kecil, masih asyik dengan pekerjaan yang sepertinya tak ada habisnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRLS
Teen FictionDISINILAH PERTEMUAN DARI ZIYA QUROTUL A'YUN. Ziya Qurotul A'yun, seorang perempuan cantik yang mendalami ilmu agama dan juga ketua geng motor, menemukan sahabat sejatinya. Ziya bertemu dengan tiga sosok wanita yang kelak akan menjadi sahabatnya dala...