47. NGIDAM

640 47 4
                                    

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
فِيۡهِنَّ قٰصِرٰتُ الطَّرۡفِۙ لَمۡ يَطۡمِثۡهُنَّ اِنۡسٌ قَبۡلَهُمۡ وَلَا جَآنٌّ‌ۚ

"Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang membatasi pandangan, yang tidak pernah disentuh oleh manusia maupun jin sebelumnya".
(Q.S. Ar-Rahman ayat 56)

Happy reading 🦕✨❤️

Malam yang tenang menyelimuti pesantren, namun tidak bagi Ziya. Dalam kegelapan, perutnya berbunyi meminta perhatian. "Es krim!" serunya, memecah kesunyian malam. Ziya beranjak dari tempat tidur dan menuju dapur, berharap bisa menemukan es krim yang tersimpan di dalam freezer.

Sementara itu, Gus Rezi muncul dari ruang tamu, matanya berbinar dengan rasa ingin tahu. "Udah pernah belum dek? Dingin-dingin makan es krim?" canda Gus Rezi sambil tertawa, mencoba menggoda Ziya yang tampak bersemangat.

"Ah, bawaan bayi astaghfirullah mas," sahut Ziya, sambil menggigit sendok es krimnya, menikmati setiap suapan dengan senyuman lebar di wajahnya. Suara sendok yang beradu dengan mangkuk terdengar nyaring di malam sunyi itu, seolah menambah keasyikan suasana.

Gus Rezi tidak mau kalah. Ia melangkah mendekat, dengan ekspresi usil. "Nyalahin, debay Mulu," katanya sambil menyentuh perut Ziya dengan telunjuk. Ziya hanya tertawa, tak bisa membantah.

"Kalau bukan karena mas yang buat aku gini, gak akan aku makan es krim malam-malam," balas Ziya, sambil menunjukkan ekspresi menggoda, matanya berbinar penuh tantangan. Ia mengangkat sendok yang berisi es krim, seolah menantang Gus Rezi untuk ikut menikmatinya.

Gus Rezi menggelengkan kepala, berusaha menahan tawanya. "Makan sendiri," ucapnya, melanjutkan mengelus perut istrinya. Ziya hanya bisa tersenyum, merasakan hangatnya kasih sayang Gus Rezi di tengah malam yang dingin.

Ziya kembali menikmati es krimnya, merasakan sensasi dingin yang menyegarkan di mulutnya. Aroma vanila dan cokelat bercampur, menciptakan rasa yang membuatnya tak ingin berhenti.

"Habis makan es krim, lanjut tidur ya sayang?" kata Gus Rezi sambil mengecup kening Ziya lembut. Ziya menatapnya dengan mata berbinar, "Mas mau kemana?" tanyanya, suara lembutnya seperti melodi yang menggugah.

"Ada beberapa berkas yang harus Mas selesaikan malam ini," jawab Gus Rezi sambil menggaruk-garuk kepala, tampak sedikit ragu.

"Mau nemenin," ucap Ziya, matanya membesar seperti kucing yang sedang meminta perhatian.

Gus Rezi tersenyum, "Kasian dedeknya nanti sayang," ucapnya, sedikit khawatir.

"Dedeknya mau sama baba," Ziya berkata sambil menunjuk perutnya yang sudah mulai membesar, wajahnya penuh harapan dan sedikit nakal.

"Sayang, kamu tahu kan, kamu lagi hamil,kasian nanti kecapean," lanjut Gus Rezi, berusaha meyakinkan Ziya.

Ziya mendengus manja, "Tapi kan bisa sambil tiduran di sebelah Mas. Biar dedeknya juga bisa denger suara Mas," ucapnya dengan nada memelas, seolah-olah tidak ada alasan yang bisa menggagalkan keinginannya.

Gus Rezi menghela napas, tak bisa menahan senyumnya. "Oke deh, kalau gitu kita bawa bantal ke sini. Tapi janji ya, jangan maksain buat nahan ngantuk," katanya, sambil mengacungkan jari telunjuknya seolah mengingatkan.

GIRLS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang