6.𝐃𝐞𝐬𝐭𝐢𝐧𝐲 𝐟𝐨𝐫 𝐲𝐨𝐮

8.1K 361 3
                                    

Can't erase the fact that you will always be there.

Tubuh Arisa langsung terkulai di antara kasur empuk nan nyaman. Mata gadis itu menatap langit-langit kamar, kembali ke tempat asalnya mengingat banyak hal yang terjadi hari ini.

Remaja berusia 17 tahun itu lalu mendengus, meraih benda datar di meja samping tempat tidurnya dengan pikirannya melayang ke mana-mana.

"Setelah kau menjalani kehidupan normal mu lagi,kau tidak akan bisa bertemu dengan ku lagi."

Astaga, kenapa kata-kata Denial terus berputar di kepalanya. Satu jam yang lalu.Dia dibawa pulang oleh Denial menggunakan kekuatan dasarnya yaitu menghilang dan membuatnya tiba-tiba muncul di depan rumahnya. Ternyata waktu yang ia kira sangat lama di dalam gua, ternyata sangat singkat di dunia nyata. Kakek dan nenek Arisa masih bekerja karena ini adalah saatnya mereka mencari nafkah sementara Arisa bersekolah.

Gadis itu kemudian memutuskan untuk membersihkan rumah dan memasak untuk menyambut kepulangan nenek dan kakeknya.

Dan saat ini, dia sedang berbaring di sebuah tempat tidur mini yang empuk, cukup  untuk tubuh langsingnya, mencoba mengamati dan memproses banyak hal yang mengejutkan hari ini. Pandangannya terus menatap ke arah handphone yang kualitasnya jelek dan hanya bisa dipakai untuk chatting saja karena dibeli dengan uang tabungan sakunya saja, jadi sangat terbatas, pikirannya terus bertanya banyak hal.

Dia baru berusia 17 tahun, seorang siswi SMA dengan banyak ketakutan dan dia sudah menikah? Dan suaminya adalah iblis bukan manusia?

Itu gila.

Arisa mengerang frustasi, gadis itu mematikan layar ponselnya dan menaruhnya di samping. Ia langsung duduk dan melepas kacamatanya, sambil mengusap-usap wajahnya dengan kasar.

Ia benar-benar masih belum bisa memahami segala hal yang terjadi tiba tiba.

Arisa kemudian memakai kembali kacamatanya,memandang jam yang berdetak di dinding kamar sederhananya.
"Jam 8 pagi,"gumamnya pada dirinya sendiri.

"Itu artinya semenit yang lalu aku mencium patung itu. Dan pasti sekarang, Erisa, Novi, Azza, Fauzi, dan Febri panik karena melihatku tertimbun."

Arisa membulatkan matanya.

"Ah, benar juga! Kenapa aku lupa bertanya tentang kuil dan kenapa kuil itu tiba-tiba runtuh saat aku mencium patung itu." Arisa menepuk dahinya, lupa bertanya.

"Itu berarti aku tidak mempunyai kesempatan untuk bertemu dengannya lagi," sesalnya tiba tiba.

"Kenapa aku sedih?" Arisa memukul kepalanya untuk sadar.

"Seharusnya aku senang, kan? Aku tidak akan bertemu makhluk kejam seperti dia lagi dan itu hal yang baik karena aku baru saja lolos dari neraka kehidupan. Ya ampun, itu benar."
Arisa merekahkan senyuman,gadis itu kemudian beranjak dari kasurnya yang memberikan decitan nyaring.

Ia melangkah mendekati cermin setengah badan dan menatap pantulan dirinya di sana. Memperlihatkan wajahnya yang kusam yang sedikit berjerawat dengan rambut hitam sebahu yang kusut, dia benar-benar jelek dalam segala hal.

Dia mendengus kesal dan memutuskan untuk berhenti melihat ke cermin. Itu hanya membuatnya jijik melihat dirinya sendiri.

Arisa kembali berbaring di tempat tidurnya, melepaskan kacamatanya dan meletakkannya di samping tempat tidur. Gadis itu mendengus kecil dan memutuskan untuk tidur saja berharap pikirannya bisa sedikit tenang dari banyaknya hal mengejutkan yang terjadi hari ini.

______

"Kenapa kau ada di sini?" Denial menatap tajam ke arah seseorang di depannya saat ini, mata pria itu berubah menjadi merah yang mengerikan, wujudnya yang mengerikan membuat udara gua semakin suram.

Kukunya memanjang bersiap untuk melakukan penyerangan.

Seseorang di hadapannya malah tersenyum lembut mendapati reaksi Denial seperti itu.
"Apakah salah aku menjenguk temanku ini yang telah mati beribu ribu tahun?"

"Teman?" Bibir Denial melengkung membentuk senyum sinis.
"Sejak kapan kita jadi teman sialan!" Denial membentak, menahan semua amarah yang ada di ujung dirinya. Pria itu mengeluarkan geraman yang dahsyat, sehingga gua itu terisi dengan aumannya yang kejam.

"Aku tahu kau sungguh memendam banyak kesedihan dan kemarahan kepadaku dan para Malaikat, tetapi percayalah, aku tidak punya niat buruk dengan datang ke sini."

Ganresha, benar sekali, itulah sosoknya. Berani memasuki gua yang menjadi kematian Devi.Ketika pria itu telah membawa Arisa pulang, dan kembali ke gua dia terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba, yang membuat semua kemarahan dan kenangan pahit kembali ke pikirannya.

Namun Denial mencoba menahan diri, ia tahu meskipun ia mencoba melawan ia tetap akan kalah, kekuatannya telah terkuras drastis semenjak kematiannya, hanya bagian dasarnya saja yang tersisa.

“Aku cukup terkejut bahwa bahkan setelah kematianmu, engkau masih bangkit lagi, aku tahu itu karena akulah yang membangun kuil itu.Aku tidak menyangka kuil itu akan runtuh, yang berarti seseorang telah membangunkan jiwamu."

Denial mencibir.
"Kau membuatku merasa tidak berdayan dengan kehadiran patung itu dan harus terlibat dengan seorang gadis yang tidak bersalah."

Ganresha tersenyum lembut, aura cerah dan positif yang mengelilinginya membuat cahaya di sekitarnya menjadi terang. Suaranya selembut sutra dan setenang air pedalaman. Mata biru pria itu terus menatap Denial, yang memberinya tatapan kebencian yang mendalam.

"Gadis itu sudah menjadi gadis takdir untuk menjadi pasangan mu, seumur hidup."

Denial memalingkan wajahnya,mencoba untuk menenangkan dirinya. Berhadapan dengan Ganresha lama lama hanya membuatnya semakin muak.

"Aku sudah membawanya pulang ke dunianya, menjaga jarak kita. Aku tak ingin ia ikut campur dengan urusanku."

Ganresha lalu terkekeh.
"Kau benar-benar peduli dengan keselamatannya. Tapi kurasa kau lupa satu hal, kawanku, bahwa Tidak akan ada jalan kembali, tidak peduli seberapa jauh jaraknya, rintangan untuk penyatuan akan selalu ada."

"Itu telah menjadi garis takdir bagimu, yang akan menuntunmu menjadi iblis yang lebih baik dan memberikan keturunan yang lembut di masa depan."

"Percayalah Denial,gadis itu membutuhkan kehadiran mu."

The moon lights up the sky

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The moon lights up the sky.
The line of destiny has become its path.
To achieve goodness.
Peace.
Serenity.
Give offspring.
For your successor.
She.
Is chosen.

Marriage With The Devil (GHOST CURSED) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang