𝟐𝟒. 𝐏𝐫𝐞𝐬𝐮𝐦𝐩𝐭𝐢𝐨𝐧 𝐎𝐟 𝐓𝐫𝐮𝐭𝐡

4.3K 214 4
                                    

The moon waves over the emptiness of the universe, you, a new strength, my wife.

Arisa berjalan dengan goyah saat langkahnya yang lemah menyeretnya keluar dari ruang konseling yang terlihat dua kali lebih buruk setelah memasukinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arisa berjalan dengan goyah saat langkahnya yang lemah menyeretnya keluar dari ruang konseling yang terlihat dua kali lebih buruk setelah memasukinya.

Di tangan kanannya ada selembar kertas terlipat yang begitu kusut dan jelek sehingga genggamannya meremasnya erat-erat, menyampaikan ketidaksetujuannya dan keberatan di hatinya.

Surat itu berisi pernyataan bahwa dia dikeluarkan dari sekolah. Sungguh, apakah begitukah dunia memperlakukannya? Kalau saja dia tahu semuanya akan berakhir seperti ini, dia tidak akan ingin pergi ke sekolah hari ini.

"Denial ..." geram Arisa, menahan amarahnya atas ketidakhadiran pria itu yang berjanji setidaknya akan memberikan bantuan untuk hal-hal menakutkan di sekolah. Jarinya dengan kasar meremas kertas dalam genggamannya untuk lebih menggambarkan rasa sakit di hatinya.

Kondisinya? Jangan tanya bagaimana keadaannya sekarang. Jelas, lebih malang dari sebelumnya. Harapan hidupnya seakan sirna, pandangannya terhadap dunia menjadi semakin hambar dan minatnya dalam menjalani hari-harinya menjadi semakin tak terarah, seolah angin pun bertiup, menghamburkan semua mimpinya.

Arisa tidak lagi peduli bagaimana orang memandangnya saat dia berjalan menyusuri lorong menjijikkan itu. Matanya bengkak seolah air matanya telah habis dan berhenti. Hatinya bergejolak antara rasa sakit, jengkel, marah, tidak setuju, dan dendam yang membara.

"Ah!" Arisa meringis saat tubuhnya di dorong dari arah belakang hingga membuat tubuhnya refleks terjatuh. Gelak tawa segera memenuhi udara saat hal itu terjadi,Arisa segera melihat siapa pelakunya.

"Dikeluarkan dari sekolah ya ? kasian banget sih," ujar Cielo yang merupakan orang yang mendorong tubuh Arisa dari belakang, gadis itu melipat kedua tangannya di dada merasa puas karena telah melenyapkan salah satu dari saingannya.

Arisa menatap Cielo dengan tangan gadis itu menggenggam kertas lebih erat, menatap Cielo dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Tatapan matanya sedikit demi sedikit menjadi lebih tajam dari waktu ke waktu, sama sekali tidak disadari oleh Cielo yang terus mengejeknya dengan kata-kata murahan.

Ditambah lagi, udara dipenuhi dengan para siswa yang membisikkan hal-hal yang tidak menyenangkan kepadanya, yang benar-benar membuat pikirannya berpacu,berkecamuk. Arisa menggertakkan giginya kuat-kuat, tak sanggup menerima keadaan yang tak mampu menopangnya.

"Wajar saja kalau cewek kayak kamu dikeluarkan dari sekolah. Kamu beban, lemah, dan pembawa sial, sampai-sampai kepala sekolah harus dirawat di rumah sa—AAGH!"

Cielo langsung berteriak saat Arisa tiba-tiba berdiri dan menyambarnya,mencengkeram lehernya dan mencengkeramnya erat, membisikkan ketajaman abadi. Nafas Cielo terengah-engah saat ia berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Arisa di lehernya yang semakin erat dari menit ke menit.

Marriage With The Devil (GHOST CURSED) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang