𝟏𝟒. 𝐓𝐡𝐞 𝐂𝐡𝐚𝐨𝐬

8.1K 252 2
                                    

"Astaga, sungguh bencana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Astaga, sungguh bencana." Cielo bergumam sambil menutup mulutnya tidak percaya. Gadis itu kini berada di tengah kerumunan bersama Azza dan Erisa yang memberikan reaksi berbeda. Erisa sudah melihatnya jadi dia tidak terlalu terkejut, tidak seperti Azza yang mengamati dengan tatapan datar namun jelas ada berbagai tanda tanya tentang semua yang terjadi.

Di depan mereka, kepala sekolah terlihat dengan tubuhnya tergeletak tak berdaya di antara rak-rak dokumen di ruangannya, dengan darah mengalir dari belakang kepalanya. Kondisinya tentu saja memprihatinkan, menimbulkan sedikit rasa iba dan juga ngeri.

Para guru pemberani yang ada di sekelilingnya berusaha menghentikan pendarahan dengan cara membaringkan kain tebal di belakang kepalanya, ada pula guru yang berusaha mencari tahu mengapa hal itu bisa terjadi.

Bu Westnie, ada kekhawatiran terukir di wajah cantiknya, beberapa kali ibu guru tersebut mencoba mengirim pesan dan menelpon seseorang dengan tangan gemetar.

Seolah-olah tak pernah mengira bahwa ini semu akan terjadi.

Saat Cielo, Azza, dan Erisa asyik dengan pikiran dan reaksi mereka sendiri, terdengar sirine ambulans memasuki halaman sekolah, mengganggu anak-anak. Para guru mulai berdiri dan menyuruh para siswa untuk minggir, memberi jalan bagi para petugas untuk masuk ke ruangan dan mengangkat tubuh sang kepala sekolah.

Novi, Fauzi dan Febri terlihat berlari dari arah lorong ketika Erisa, Azza dan Cielo memutuskan untuk meninggalkan ruangan.

"Ada apa ini??" Fauzi bertanya dengan terengah-engah, kelelahan telah berlari dari kelas ke ruang kepala sekolah setelah mendengar info ini dari salah satu murid.

Novi pun melakukan hal yang sama, menganggukkan kepalanya sebagai tanda pertanyaan yang sama dilontarkan Fauzi dengan napas terengah-engah, membetulkan rambutnya dan merogoh saku roknya untuk mengambil cermin lipat dan melihat penampilannya.

“Kepala sekolah baik-baik saja?” sahut Febri sambil menatap ke arah jendela kaca yang langsung terhubung dengan ruang kepala sekolah.

"Tadi kepala sekolah ditemukan tergeletak di sisi rak dokumen dalam kondisi yang mengerikan. Bagian belakang kepalanya berdarah dan dia ditemukan tak sadarkan diri, mungkin masih hidup tetapi mengalami pendarahan hebat." Erisa menjawab cepat, mengulang kata-kata yang sudah dijelaskannya kepada Azza dan Cielo sebelumnya, keduanya mengangguk.

"Dan kutu buku itu, kau tahu. Dia menghilang setelah Bu Westnie menyuruhnya pergi ke ruang kepala sekolah. Gadis itu adalah orang terakhir yang ditemukan memasuki kantor kepala sekolah melalui CCTV di koridor ini," tambah Azza panjang lebar.

Febri, Fauzi, dan Novi saling berpandangan, ekspresi terkejut terpancar di mata mereka.

"Bagaimana kamu tahu?" tanya Cielo karena dia tidak ingat Azza memeriksa CCTV saat mereka berada di kantor kepala sekolah tadi.

"Aku mendengar salah satu percakapan guru.” Azza mengangkat bahu, gadis itu mengatakan fakta. Sebelumnya ia mendengar salah seorang guru mengatakan hal itu dari CCTV koridor sekitar ruang kepala sekolah, Arisa yang dilaporkan hilang saat study tour kemarin, ditemukan terakhir memasuki ruang kepala sekolah sebelum salah satu guru yang ingin meminta tanda tangan mendapati sang kepala sekolah tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir di belakang kepalanya.

Perkataan Azza membuat kelima orang itu menganggukkan kepala tanda mengerti.Tatapan mereka kemudian beralih ke petugas yang dengan cepat berlari menuju ruang kepala sekolah dan mulai membawa tubuhnya dengan hati-hati ke atas matras medis,dan membawanya dengan hati-hati ke ambulans melewati kerumunan.
Dengan para guru dan siswa yang mengikuti.
Termasuk ke-enam orang tersebut.

______
Jemari Izazz dengan cekatan mengetik pesan untuk Arisa, ini sudah kesepuluh kalinya pesannya tidak dibalas. Lelaki itu menghela napas kasar, jemarinya mengusap wajahnya dengan frustrasi.

Pandangan lelaki itu kemudian beralih pada kerumunan yang tak jauh darinya dengan suara sirine ambulans yang menyayat hati, beberapa kali ia mencoba menelepon Arisa namun hasilnya nihil.

"Di mana dia," gerutu Izazz sambil memandang ke arah kerumunan dan berulang kali mencoba menelepon kekasihnya yang tak kunjung menjawab panggilan teleponnya.

Para guru juga nampak demikian,menjelaskan dan mencoba untuk menelpon nomor telepon Arisa namun tak ada jawaban. Semua terasa di gantungkan,gadis itu lagi lagi menghilang, menimbulkan kerusuhan,meninggalkan pertanyaan.

CCTV di ruang kepala sekolah rusak dan tidak bisa diperbaiki. Sebagian orang mengutuk kejadian kebetulan ini. Pasti ini disengaja, ejekan-ejekan yang bernada fitnah mulai memenuhi udara menjadi asap yang memekakkan telinga. Ada yang mengatakan bahwa Arisa sengaja membuat skenario ini supaya bisa mencelakai semua orang,itu pemikiran yang dangkal,sungguh.

Izazz sangat mengenal gadis itu.

Ia tidak percaya dengan tuduhan itu.

Pasti Arisa punya alasan yang tidak bisa dijelaskan gadis itu.

Ya, sebuah alasan dan lelaki itu harus mencari tahu jawabannya.

Tapi di mana Arisa sekarang?

Ke mana kekasihnya pergi?

Pikiran dan pertanyaan yang menyelimuti Izzaz membuat lelaki itu tak menyadari kehadiran Tania yang tengah berjalan pelan ke arahnya,juga memfokuskan pandangannya ke arah kerumunan dan petugas ambulans yang menyalakan mesin. Saat tubuh sang kepala sekolah terlihat telah dimasukkan dengan hati-hati.

"Arisa ga akan melakukan kejahatan seperti itu."

Izazz mengalihkan pandangannya ke layar ponselnya, lamunannya buyar saat mata lelaki itu menangkap sosok Tania di sampingnya yang kemudian tersenyum sembari menatapnya,mata mereka bertemu.

Izzaz tidak langsung menjawab, lelaki itu tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya.
"Aku juga yakin, tapi aku juga khawatir dia tidak ada di ruang kepala sekolah."

Tangan Tania kemudian terangkat mengusap lengan Izazz, rambut indahnya yang bergelombang berkibar tertiup angin saat ambulans melintas di depan mereka, menambah kesan dramatis.

"Arisa pasti akan baik-baik saja. Gadis itu sangat beruntung karena bisa memiliki seorang lelaki yang selalu mengkhawatirkan keselamatan dan kondisinya. Arisa pasti akan baik-baik saja,"ujar Tania sambil terus mengusap-usap lengan Izzaz.

Bohong jika Tania tidak merasakan sakit saat mengucapkan setiap kalimat yang diucapkannya. Namun ia hanya mengaguminya, bukan haknya jika gadis itu cemburu, lagipula ia bukanlah orang yang bisa memiliki seseorang yang ia kagumi.

Tania sadar akan hal tersebut.

Izazz tersenyum dan menganggukkan kepalanya segera menarik lengannya, menyadari betapa dekatnya mereka. Kegugupan mulai memenuhi udara, kerumunan tampak mulai bubar.

Tania langsung berdeham, gadis itu sadar tindakannya terlalu berani mengusap lengan Izazz, ia pun mengalihkan pandangannya ke arah kerumunan yang mulai bubar.

Di kejauhan, Cielo menyipitkan matanya saat gadis itu menangkap interaksi akrab antara Tania dan Izazz. Erisa, Novi, Azza, Fauzi dan Febri sudah pergi terlebih dahulu diiringi celotehan mereka untuk membahas apa yang terjadi dengan kepala sekolah seraya berjalan menuju kelas. Namun Cielo masih berdiri di tempat, tangan gadis itu terkepal karena cemburu.

Ia memiliki saingan baru setelah Arisa.

Ia memiliki saingan baru setelah Arisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Marriage With The Devil (GHOST CURSED) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang