𝟔𝟔. 𝐄𝐍𝐃

3.9K 186 20
                                    

Say goodbye to everything.

Jemari Arisa terangkat, membelai langit malam yang penuh bintang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jemari Arisa terangkat, membelai langit malam yang penuh bintang. Ia duduk berdua di samping Denial, sesekali tersenyum kagum menatap langit yang terasa begitu luas dan tenang.

"Jujur saja, aku sedikit tak terbiasa ... aneh melihatmu seperti ini. Biasanya kau kasar, penuh ketegasan. Kejutan seperti ini sungguh di luar ekspektasiku," ucap Arisa sambil menurunkan tangannya. Ia beralih menatap Denial yang duduk tenang di sampingnya, matanya terpejam, seolah menikmati semilir angin malam yang dingin.

Denial terkekeh kecil, suaranya pelan tapi hangat. "Hanya kali ini, spesial," gumamnya, lalu membuka mata dan menoleh ke arah Arisa. Cahaya rembulan samar-samar menerpa wajahnya, menambah kesan misterius yang biasa ia tunjukkan. Mata Denial tertuju pada Arisa, yang tampak begitu cantik di bawah pancaran cahaya bulan yang lembut.

Hening menyelimuti mereka sejenak. Suara dedaunan yang digerakkan angin dan gemerisik rerumputan di bawah kaki mereka adalah satu-satunya suara yang terdengar. Langit di atas penuh dengan bintang-bintang, seolah menyaksikan momen di antara mereka berdua.

Arisa tersenyum tipis, merasakan debar di hatinya. "Mungkin ... sekali-kali, aku menyukai sisi lembut mu yang jarang kutemui," bisiknya perlahan, suaranya hampir tertelan oleh angin malam yang dingin.

Denial menatapnya, senyumnya samar namun dalam. "Aku tidak selalu kasar, Arisa. Mungkin ... dengan kau telah hidup denganku, aku merasa bisa sedikit melepaskan itu," katanya sambil menatap dalam ke mata Arisa, seakan berusaha menjangkau hatinya melalui kata-kata yang tak terucap.

Di bawah langit malam yang gelap dan berbintang, tanpa kata-kata lebih lanjut, mereka saling memahami. Hembusan angin yang dingin tak mengusik kehangatan yang mulai tumbuh di antara mereka, mengisi keheningan malam dengan perasaan yang tak terkatakan.

"Aku jujur masih belum bisa ikhlas berpisah dengan duniaku. Kau tahu, semuanya terasa terlalu tiba-tiba," ungkap Arisa, suaranya bergetar sedikit dengan nada sedih.

Denial menatapnya tajam namun tetap tenang. "Arisa, jika kau terus bertahan di duniamu, kau hanya akan membuat lebih banyak kekacauan."

Arisa tersentak, menatap Denial dengan perasaan tak terima. "Apa karena aku?!" suaranya meninggi, matanya berkilat emosi. "Kau yang justru membuat semuanya kacau! Aku hanya diam, aku tidak melakukan apapun!"

Denial terkekeh sinis. "Oh, ya? Kalau aku tak ikut campur, kau pikir bisa menghadapi semuanya dengan karaktermu yang lemah, huh?" Nada bicaranya tegas, seolah memancing Arisa.

"Aku tidak lemah!" balas Arisa dengan keras, namun suaranya sedikit bergetar. "Aku ... aku hanya takut. Takut dengan semua kemungkinan buruk yang bisa terjadi."

Denial menarik napas panjang, pandangannya melunak sedikit. "Takut itu wajar, Arisa. Tapi terus-menerus lari dari kenyataan hanya akan memperburuk segalanya. Kau harus lebih kuat dari ketakutanmu, atau dunia ini akan menghancurkan mu sebelum kau sempat melawan."

Marriage With The Devil (GHOST CURSED) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang